Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Jenang Kelapa Muda Khas Jombang

Gambar
Ini model jenang kelapa mudanya. Enak banget. Pagi ini saya nyamil jenang kelapa muda khas Jombang. Beberapa hari lalu, saya menitip uang ke teman saya, Sinta untuk dibelikan jenang itu kalau pulang kampung. Saya beberapa kali ke Jombang tapi tidak pernah ingin membeli oleh-oleh dari sana. Tapi karena merasakan jenang ini saat di UM, saya jadi menyukainya. Rasanya legit dan ada parutan kelapanya. Jadi gurihnya terasa. Menurut Sinta, jenang ini ada dua rasa. Yaitu kelapa muda dan durian. Saya pilih memesan dua kotak rasa kelapa muda. Anak-anak saya juga menyukai. Padahal biasanya kurang suka jenang. Kalau rasa durian, saya memang tidak suka durian olahan. Tapi kalau durian asli langsung dimakan suka. Mungkin lain hari harus mencicipi jenang dari daerah lain agar lebih variatif. Selamat mencoba. Sylvianita widyawati

Malming Uklam-Uklam

Gambar
Karena hari ini libur kerja, saya menjanjikan ke anak-anak untuk jalan-jalan. Pulang sekolah mereka sudah semangat. Setelah makan siang, mereka istirahat dulu. "Capek aku tadi habis latihan drumband. Sembujung disik, Bu," ujar Jasmine. Ia sudah mandi usai pulang sekolah karena merasa gerah.  Matahari yang awalnya menyengat, terasa cepat berubah. Tak lama kemudian turun hujan deras. Saya bilang ke anak-anak untuk tidur saja karena hujan sangat deras. Hujan bikin nyenyak tidur saya. Tapi saya juga dengar Jasmine dan Rahma, dua anak saya tidak tidur sama sekali. Mereka main kejar-kejaran di dalam rumah. Teriakan saya agar mereka tidur diabaikan. Suasana di food court Matos dari D'Cost Ya sudah. Saya akhirnya bangun pukul 15.00 WIB. Mereka sudah menagih janji jalan-jalan. Syukurlah hujan reda. Jadi kami bisa keluar rumah. Tujuan saya sebenarnya mau mencari tas. Akhirnya kami ke MOG.  Tapi muter-muter ke beberapa toko tidak menemukan yang pas. Tas untuk kerja co

Ojek

Beberapa kali saya naik ojek (bukan gojek) di Malang. Yang saya rasakan adalah ketidaksamaan tarif antar pengojek. Padahal rutenya sama. Pertama kali naik, saya pikir murah daripada saya jalan kaki menuju sebuah tempat di kawasan kampus di barat Malang. Waktu itu saya dikenakan Rp 10.000. Oke. Setidaknya menyelesaikan problem saya yaitu bisa sampai di lokasi dengan cepat. Namun hari berikutnya, saya naik ojek dari titik sama ke kampus itu. Harganya lebih murah. Malah saya diturunkan dekat banget dengan lokasi. Sedang tadi saya naik ojek dan turun di titik yang lebih dekat dikenakan Rp 7000. Dari beberapa pengalaman ini, saya jadi tahu kekurangan ojek tradisional. Yaitu tidak ada kesepakatan harga pada jarak tertentu antar pengojek . Harusnya ini bisa dikomunikasikan dengan grup. Dengan begitu konsumen bisa nyaman. Misalkan jarak sekian km dikenakan tarif sekian. Ini mungkin bisa jadi masukan pengojek. Karena saya yakin keberadaannya tetap dibutuhkan masyarakat. Apalagi jika tidak a

Hujan

Gambar
Saat musim hujan yang terasakan adalah berkejaran dengan waktu saat bekerja. Biasanya pagi sinar matahari terasa hangat. Tiba-tiba menjelang pukul 12.00 WIB atau 13.00 WIB, langit berangsur mendung. Tak lama kemudian hujan turun.  Hmmmm...Kadang terjebak di satu tempat sambil menunggu reda sedikit. Rasanya pasrah. Begitu ada peluang pulang, saya mengharapkan secepatnya sampai di rumah. Rasanya nyaman jika sudah di rumah. Tapi kalau akhirnya kehujanan di jalan juga harus besar hati.Ya dinikmati saja musim ini dan pernik perniknya.  Sylvianita widyawati

Belajar Menyulam

Gambar
Sasa, anak sulung saya mendapat tugas membuat produk sulam dari guru keterampilannya. Saya baru membelikan aneka benang dan peralatan menyulam minggu lalu usai liputan. Untung tokonya masih buka. Lokasinya depan Pasar Besar Malang. Nama tokonya Arjuno, sebuah toko benang dan perniknya. Pas kecil dulu, saya juga suka diajak ibu ke toko ini. Tokonya masih eksis sampai sekarang. Setelah sekian tahun, saya jadi tahu lagi harga benang sulam mulai Rp 1700 sampai Rp 2000 tergantung warna benang. Saya tidak tahu harganya mahal atau tidak karena belum komparasi ke tempat lain. Untuk kain katunnya, saya membeli di toko lain.  Sasa belajar menyulam Untuk menyulam, Sasa nonton youtube. Tapi akhirnya saya juga ikut menonton. Sebab Sasa bertanya soal teknik sulam. Saya menjawab kurang tahu untuk masing-masing namanya. Tapi setelah melihat di youtube, saya tahu teknik menyulamnya dan baruntahu nama masing-masing. Maklum, saya belajar otodidak dari ibu. Jadi tanpa belajar teorinya.

Buku Latihan Ujian Sekolah

Gambar
Hari ini saya off duty. Karena itu anak-anak mengajak jalan-jalan. Kami ke MOG karena di sana juga ada toko buku. Jasmine minta dibelikan buku latihan soal menghadapi ujian sekolah tahun depan. Jasmine dan Rahma Tujuan pertama kami langsung ke toko buku. Jasmine melihat isinya untuk memastikan soal ujian itu pernah dipelajarinya.  "Soal-soalnya ada semua di sini. Bukunya juga ada CD nya. Jadi aku bisa melihat di laptop Mbak Sasa," kata Jasmine kepada saya. Saya menjawab ok. Sementara Sasa tidak membeli buku latihan unas SMP karena nanti akan diberi sekolah dari uang les yang ia bayarkan.  Saya hanya berpesan kepada Jasmine agar ia mau belajar ke kakaknya yang sudah pernah mengikuti ujian sekolah. Jadi setidaknya ia tahu kisi-kisi soal yang diperkirakan nanti keluar. "Aku kalau lihat soal ujian SD jadi ingat dulu. Kenapa ada yang tidak bisa aku jawab padahal soalnya mudah," ceritanya. Saya menjawab mungkin saat itu ada yang belum ia mengerti. Se

Surat Pembaca

Gambar
Akhir-akhir ini saya mengamati anak kedua saya, Jasmine suka sekali membaca rubrik Suara Publik di Harian surya. Pagi hari sebelum dia berangkat sekolah, halaman itu yang selalu dibacanya. Ia sangat tertarik dengan keluhan masyarakat mengenai sulitnya ujian teori dan praktik untuk mendapatkan SIM. "Banyak sekali ya yang menulis. Tapi masih belum ada respons," ungkap Jasmine. Rubrik Suara Publik di Harian Surya Ia berempati mungkin setelah ayahnya dua kali gagal ujian teori untuk mendapatkan SIM A dan C. Suami saya lupa memperpanjang SIM lamanya pada Juli 2016 lalu. Biasanya ia sangat perhatian jadwal. Pada Oktober 2016 ia baru ngeh ternyata sudah kadaluwarsa. Karena itu ia harus mengurus baru dan ikut ujian. Sudah dua kali ia ikut ujian dan gagal. Ia juga sudah berusaha belajar dari simulasi soal yang bisa diunduh. Teman-teman barunya saat ujian juga banyak yang gagal. Ia menyatakan berusaha terus mencoba ujian mendapatkan SIM sampai tuntas. Kalau gagal ya di

Mengetik Berita Di Rumah

Gambar
Sebenarnya saya ingin menyelesaikan seluruh pekerjaan saya di lapangan. Saat pulang, saya sudah tidak mengetik berita lagi di rumah. Namun itu tidak sering terjadi. Seperti hari ini. Saya masih mengetik berita di rumah. Tadi liputan belum tuntas, siang hari sudah hujan. Setelah mendapatkan hasilnya, saya geser ke tempat lain. Tujuannya menemui mahasiswa UM. Ilustrasi Akhirnya bertemu mahasiswa itu meski harus mencari info dulu. Namun selama wawancara juga turun hujan..Alhasil saya menunggu hujan agak reda baru bisa pulang. Sampai di rumah, saya selalu harus menjawab kepada anak saya, berapa berita yang harus saya tulis.  Ketika menyebut angka, mereka seperti berhitung waktu berapa lama saya menyelesaikan.  "Kalau nggak diganggu ya cepet," jawabku. Begitulah.  Sampai rumah, dua hp yang baterainya keok itu saya isi. Saya bisa makan atau shalat dulu. Setelah itu menulis. Di sela itu, biasanya anak anak melaporkan PR mereka ke saya. "Aku tuh nggak senang ibu

Me Time

Me time. Kalau diterjemahkan bebas adalah waktu buat diriku sendiri. Gampang ditulis, sulit dilaksanakan. Apalagi bagi ibu berperan ganda. Sebenarnya bisa sih dilaksanakan. Tapi setelah menyelesaikan semua kewajiban sebagai ibu atau pekerja. Kapan? Saya pikir-pikir kok sulit ya. Coba saya runut satu persatu. Misalkan saat libur kerja Sabtu. Pagi hari, saya harus mengantar si bungsu sekolah. Setelah menunggu beberapa lama, saya meninggalkan dia. Tujuan saya ke pasar untuk belanja bahan masakan buat mereka. Sampai rumah, saya bersih-bersih rumah, memasak. Kadang saya juga menghidupkan mesin cuci. Setelah beres, saya mandi dan istirahat sebentar. Ini me time. Tapi baru agak pules, si bungsu pulang sekolah. Kadang ia tidak mengganggu saya. Kadang ia juga teriak "ibu kalau libur jangan tidur saja,"  kata Rahma sambil membangunkan saya. Tidur saja? Perasaan baru tidur. Duh, rasanya masih capek. Dia minta ini itu. Ok, saya tidak tidur lagi. Saya duduk di sofa. Tak lama kemudian,

HBD Harian Surya

Gambar
Hari ini ulang tahun ke 27 tahun bagi Harian Surya.  Di kantor Biro Malang ada acara syukuran sederhana. Pagi hari kami semua berkumpul untuk pemotongan tumpeng. Saya datang agak terlambat ke kantor.  Saya melihat, teman-teman sedang antre mengambil makanan. Nampaknya kami semua sengaja tidak sarapan pagi. Akhirnya kami makan bersama di ruang rapat besar. Ya..dinikmati saja menu nasi kuning dari Mas Kacong ini. Mas Kacong ini dulu OB di kantor. Namun ia kemudian berusaha sendiri. Buat tamu, sudah disiapkan menu prasmanan. Menjelang pukul 10.00 WIB, banyak tamu datang. Terutama muspida Kota Malang. Selepas mereka upacara di balaikota,mereka berjalan kaki ke kantor Surya. Jaraknya memang dekat. Ucapan selamat ulang tahun buat Harian Surya Tamu silih berganti. Teman-teman media juga datang. Saya dan kawan-kawan bisa ngobrol banyak. Yang beda saat ini adalah kami menyiapkan FB live buat tamu. Jadi mereka bisa saling mengucapkan selamat atau berkomentar soal surat kabar kam

Cita Cita

Gambar
Tadi sebelum berangkat ke sekolah, saya berbincang-bincang dengan dua anak saya, Jasmine dan Rahma. Awalnya saya cerita tentang teman saya yang pandai menggambar. Saat ini, ia sedang menyelesaikan studi S2 Bahasa Inggris. Namun ia juga masih menulis untuk media online. Jasmine kemudian bertanya tentang teman saya itu. "Mbak Anja sebenarnya memilih jadi wartawan atau dosen nanti?" tanya anak kedua saya. Saya menjawab mungkin pilihannya jadi dosen Bahasa Inggris.  Lalu saya pun bertanya ke Rahma, si bungsu tentang cita-citanya. "Kamu pingin jadi apa besok, Rahma? tanya saya. Sambil mengenakan sepatunya, ia menjawab begini.  "Iya, aku masih bingung, Bu," jawab Rahma. Saya menyatakan jadi guru juga gak papa atau terserah pingin jadi apa. Ia lalu menjelaskan jika ingin jadi dokter.  Saya tanya alasannya kenapa? "Soalnya cita-citaku itu sudah dicatat guruku, Pak Prapto. Masak mau beda?" Jelasnya. Saya masih bingung mendengar jawabannya. Ia kemu

Melangkah Di atas Awan

https://youtu.be/u1yBqtXA9-U