Pertama Kali Kembali Sambang Matos Sejak Pensiun, Bukber Bareng Si Sulung di Ramen
Hari ini, Selasa (18/3/2025), tepat sebulan saya pensiun sebagai pewarta. Dan untuk pertama kalinya saya kembali sambang Matos (Malang Town Square) di Jl Veteran Malang. Padahal dulu hampir tiap hari ke Matos untuk mengetik berita sehabis liputan. Dari rumah, saya dan si sulung naik gocar karena tiba-tiba turun hujan di Sawojajar. Ternyata hujan tidak merata di sepanjang jalan ke Matos. Si sulung ngajak jalan-jalan. Katanya pingin lihat baju-baju di Matahari serta sekalian buka bersama (bukber).
Kami memutuskan langsung ke Ramen di area food court atas karena sudah jam 17.10 WIB. Saya pesan menu biasanya, paketan bento chicken teriyaki. Sedang anak saya beli ramen dan sushi. "Ih..kalap amat," komen saya. Ia pesan ramen pedas yang jelas tidak bisa saya icip-icip. Saat kami datang ke kedai Ramen, masih belum banyak pengunjung. Jadi lebih baik pesan dulu sambil menunggu magrib. Kami buka berdasar waktu di HP karena tidak terdengar adzan.
Sambil menunggu pesanan, saya turun ke foodcourt bawah untuk membeli Teh Racek jumbo dan dua buah kue lumpur kentang. "Ini makanan nostalgia, Sha. Soalnya ibu dulu kalau ke Matos beli teh dan kue ini," kata saya. Hal ini karena kerap ke Matos, sampai kehilangan selera harus beli apa. Minuman teh itu yang jadi pembuka buka puasa dan makan paket bento. Saladnya dihabiskan si sulung. Saya heran dengan semangat makannya yang banyak, hahaha.
Setelah itu kami baru jalan-jalan di Matos melihat baju diskonan sampai 70 persen. Hmm..siapa yang tidak tertarik. Misalkan baju gamis jadi Rp 210 ribuan dengan bahan yang bagus. Wah..kalau diteruskan, saya bisa kalap karena asiknya. Untung saya berhasil mengerem tapi sudah dapat tiga item, wkwkw. Jadi memilih baju diskon itu memang harus teliti, tidak buru-buru agar dapat yang bagus.
Selanjutnya, kami ke supermarket membeli pesanan si bungsu dan pulang. Untuk mendapatkan gocar saat pulang juga perjuangan karena ditolak dua kali oleh driver dan akhirnya nyantol ke driver yang sedang di Jl Bandung. Selama perjalanan, saya ngobrol dengan pak driver. Perjalanan jadi tidak terasa dan sampai juga di rumah. Segera saya berikan obat sirup panas dan buah buat si bocil.
Ia selalu kesulitan minum obat karena mendapat kapsul besar dari dokter. Secara umum, jalan-jalan ini okelah meski gak rileks amat karena bocil titipan banyak dan keluhan sakitnya. Ia bertanya mengapa tidak dibelikan baju. Saya jawab nanti saja nunggu ia sembuh karena khawatir gak cocok. Oleh ayah mereka, anak-anak diberi THR buat ekstra. Sylvianita Widyawati
Komentar
Posting Komentar