Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Menginap Di Hotel Kokoon Surabaya

Gambar
Tahu nama Hotel Kokoon Surabaya lewat aplikasi Traveloka pekan lalu. Gara-gara tergoda dengan hotelnya. Masih baru, ada kolam renang dan terkesan antik. Dan pastinya ramah kantong. Per kamar dapat Rp 336.000/net plus sarapan. Karena sudah meninggalkan Surabaya sejak 2004, saya tidak pernah melihat Jl Slompretan, tempat hotel ini ada. Saat sampai Rabu malam (26/12/2018), Surabaya habis hujan. Mobil rombongan kami melewati jalan sepi di areal perdagangan. "Bener gak sih ada di sini?" batin saya. Akhirnya sampai diujung jalan dan masuk ke area drop in. Sedang kendaraan usai check in harus parkir di belakang hotel lewat Jl Bongkaran. Kami pesan dua kamar meski pisah lantai. Pertama datang terkesan dengan lobi dan area restoran. Ada beberapa benda kuno namun dikombinasi dengan mebeler baru namun linier. Di area ini memang bangunan lama yang dipertahankan. Namun untuk ke area kamar hotel benar-benar bangunan baru. Saya dapat kamar di lantai 5. Adik saya di lantai 3. Hebohnya si

Napak Tilas "Wisata" Ke Surabaya

Gambar
Batal ke Banyuwangi, liburan tipis-tipis kami memutuskan ke Surabaya. Kami naik mobil, Rabu sore (26/12/2018). Jalanan padat sampai Lawang. Setelah itu landai sampai di Surabaya. Tujuan pertama adalah ke Hotel Kokoon di Jl Slompretan buat istirahat. Tujuan wisata dadakan ke Surabaya adalah semacam napak tilas karena kami pernah lama sekali tinggal di kota ini. Karena mendadak, saya juga baru pesan hotel lewat traveloka pada 25 Desember 2018 malam. Selain menginap semalam, kami melihat sekolah-sekolah adik-adik dulu hingga ke bekas perumahan Telkom di Sawahan. Masuk Jalan Tidar, terkesan sesak. Mungkin banyak kendaraan parkir di kanan kiri jalan. Terasa lebih sumpek. Tak banyak yang berubah pada bangunan-bangunan lainnya di jalan ini. Sampai kemudian masuk ke Sawahan. Warung di pojok terminal lin E masih ada. Tapi hanya ada beberapa angkot. Namun sudah tidak ada angkot lin T (Sawahan-Joyoboyo) warna cokelat susu. Dari sana, kami melihat apartemen Gunawangsa Tidar menjulang depan Pol

Ke Sidoarjo Naik KA Mutiara Selatan

Gambar
Selasa lalu (13/11/2018), saya dan anak-anak ke Sidoarjo. Acara dadakan ini awalnya karena kangen naik kereta api. Akhirnya pesan tiket di traveloka naik KA Mutiara Selatan. Dari Stasiun Kotabaru Malang berangkat pukul 16.30 WIB. Sampai Sidoarjo pukul 18.00 WIB. Kami naik kelas bisnis Rp 45.000 per orang. Ya..nyaman saja naik kelas ini. Kami pernah naik dulu ke Surabaya di kelas eksekutif. Saat itu nyampai Surabaya pukul 18.30 WIB di Stasiun Gubeng. Kereta ini aslinya rute Surabaya-Bandung. Namun diperpanjang relasinya sampai ke Malang. Bagi yang ingin ke Surabaya agak sorean memang pas naik ini. Saya juga merasa begitu. Pekerjaan sudah agak lowong dan anak-anak sudah pulang sekolah. Jam 16.00 WIB, kami sudah di Stasiun Malang. Cetak tiket sudah saya lakukan siang hari di sela kegiatan kerja. Di perjalanan, anak-anak tidur nyenyak. Saya aja yang ribet dengan kerjaan menulis berita. Ceritanya, saya kelelahan usai mencari berita. Akhirnya saya tidur sebentar. Kemudian saya memindahkan

Ke Banyuwangi Naik KA Tawangalun

Gambar
Kali ini ke Banyuwangi bersama Rahma, Rabu (24/10/2018). Kami naik KA Tawangalun dari Stasiun Kota Malang pukul 16.05 WIB. Jam 15.00 WIB, kami sudah sampai di stasiun. Kereta api di jalur tiga. Naik kereta api ini murah meriah. Rp 62.000 per orang. Saya baru pesan tadi pagi jam 05.30 WIB lewat aplikasi. Meski hari biasa, penumpangnya cukup banyak. Ke Banyuwangi naik kereta api ini dari Malang adalah pertama kali. Saya sempat ragu melakukan perjalanan sore. Apalagi dengan membawa anak. Rahma inginnya naik eksekutif. Tapi dari Malang kan tidak ada. Jadi kalau mau ya ke Surabaya dulu baru dapat kereta eksekutif. Tapi saya malas ke Surabaya dulu. Biayanya juga jadi lebih banyak. Suasana di kereta ya asik2 saja. Tidak berisik dan AC juga dingin. Mungkin suatu hari kelak saya berharap ada gerbong kereta eksekutif dari Malang ke Banyuwangi. Saya yakin banyak peminatnya. Misalkan diberi satu atau dua gerbong. Semoga harapan ini didengar PT KAI. Oh ya, sekedar info jika KA akan berhenti di

Intuisi Ibu

Gambar
Hampir sebulan lalu, aku ditelpon ibuku. Dia menangis karena tidak bisa menghubungi adikku selama tiga hari. "Atiku gak enak. Pasti ada apa-apa," kata ibu padaku Agustus 2018 lalu. Padahal adikku baru pulang ke Malang sampai 26 Agustus lalu. Aku merasa ibuku berlebihan. Pertama karena adikku sudah cukup umur. Masak tidak bisa menjaga diri? Aku waktu itu juga beranggapan ibu lebay. Ibu telpon ke adik-adikku yang lain. Semua mencoba mengontak nomer hp adikku. Kemana dia? Akhirnya kami hanya berasumsi dia baik-baik saja tapi entah dimana. Aku kurang tahu pergaulan adikku secara detil. Namun kemudian ada kabar jika adikku pergi dengan temannya. Sampai beberapa hari ini aku resah lagi. Aku sampai berniat melaporkan ke polisi saja karena tidak jelas dia kemana. Temannya hanya mengatakan dia baik-baik saja. Sampai kemarin aku menghubungi temannya. Dan ternyata adikku ada masalah di kotanya. Ya Allah. Nyesek hatiku. Aku seperti kecolongan karena tak tahu bagaimana dia. Selama ini

"Gak Punya Ayah"

Gambar
Kamis (20/8/2018), saya ada tugas liputan buat iklan. Inti acaranya penyaluran santunan buat anak yatim. Karena belum mulai, saya melengkapi wawancara dengan anak laki-laki penerima santunan. Sebut saja A. Jawabannya spontan ketika saya tanya apakah ia senang dapat santunan? Ia jawab tidak. Saya tanya kenapa? "Sebab gak punya ayah," jawabnya. Jawabannya dalem banget. Saya sampai merasa mak jleb. Sedang teman satunya merasa biasa karena kerap dapat santunan. "Maklum, Mbak, anak kecil. Jawabannya spontan," kata pendampingnya. Tapi menurut saya, itu jawaban jujur kehilangan ayah. Saya artikan, ia tak sesenang temannya yang mendapat duniawi. Tapi tak ada sosok ayah yang menemaninya. Saya berjalan menuju masjid tempat acara dengan terngiang jawabannya. Semoga ayah yang dirindukan anak itu mendengarkan kerinduanmu, ya, Nak. Sylvianita Widyawati

Obatnya Tanpa Obat

Gambar
Saya kerap migren dengan sebab beragam. Namun terasa cepat datang jika pikiran saya penat. Belum mengerjakan ini itu. Kuncinya memang dipikiran. Saat gak mood, bisa saja datang. Tapi kalau dipikiran oke-oke saja, tak menimbulkan apa-apa. Di tas kerja, selalu saya bawa Safe Care (bukan promo) Mind and Spirit, minyak angin aromaterapi. Saya sudah mengenalnya bertahun lalu. Awalnya dikenalkan teman. Saat itu liputan di pantai di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Saya lupa bawa obat sakit kepala. Saya disodori minyak itu. Mungkin dibantu pikiran ingin sembuh, saya merasa enakan. Setidaknya tidak mengasup obat kimia. Saya pernah bertahun-tahun selalu menyediakan di tas kerja saya obat sakit kepala. Tapi juga sudah berhasil saya tinggalkan dengan minum sari jahe panas, jamu herbal dan saya olesi leher belakang dengan minyak angin seharga Rp 16.000. Setelah itu, saya istirahat sebentar. Badan enakkan dan sakit kepala hilang. Akhirnya, sampai sekarang, minyak angin itu tak pe

Bukan Panutan

Gambar
Ketika mulutmu jahat Itulah karaktermu Apa tidak ada kalimat positif buat kami? Apa kamu yang negatif buat kami? Apa tidak sayang melewati waktu ini dengan itu? Apa tidak sayang mereka mendengarkan kalimat negatifmu? Saat jauh, kamu rindu kami Saat dekat, kamu begitu jauh Apa yang kamu cari? Kami hanya butuh penghangat rumah Dengan cerita-cerita Bukan selalu ada salah di kami Apa tidak bosan? Kami bosan Kami juga perlu bahagia Kalau bahagia itu tidak kamu dapatkan, karena itu akibat mulutmu sendiri Mungkin aku harus menuntun anak-anak sendiri Atau, baiklah kamu tetap di belakang kami Tapi biarkan kami juga bahagia (Mengingatkanku) Rumahku, Aku menyayangimu Senin, 17 September 2018

Ke Banyuwangi

Gambar
Sudah lama saya tak pernah ke Banyuwangi. Padahal Banyuwangi saat masih kecil, setidaknya sampai SMP sering kami singgahi. Almarhum adik kandung ayah saya tinggal disana karena beristrikan orang Banyuwangi. Kakek nenek dari almarhum ayah saya dimakamkan saya. Sedang adik saya nomer dua juga tinggal disana sampai sekarang. Dalam perjalanan waktu, Banyuwangi seperti persinggahan singkat. Dari Malang ke sana rasanya terlalu lama di jalan dan melelahkan. Berbeda rasanya ketika bepergian ke Jogjakarta meski waktu tempuhnya hampir sama. Terakhir saya kesana pada Juli 2018 sebelum anak-anak masuk sekolah. Entah tanpa perencanaan ruwet, akhirnya malah bisa cuti. Begitu juga adik bungsu saya. Kami naik mobil disopiri adik kedua. Ibu juga ikut. Suasana di mobil kemriyek. Tapi ya fun. Sambil nyamil sana sini tak terasa malah gak tidur di perjalanan. Sebab kami sepakat menemani adik yang jadi driver. Akhirnya sampai Banyuwangi pas lelah. Kami kemudian lelap tidur sampai siang hari di rumah adik

Gudeg Wijilan VS Gudeg Stasiun Tugu

Gambar
Dua hari terakhir di Jogja, saya pesan menu makanan gudeg yang berbeda. Pada Senin sore (18/6/2018), saya pesan makanan lewat ojek online. Saya ngawur saja milik gudeg wijilan Bu Zanti di Jl Pakuningrat. Alasannya karena tak jauh dari hotel menginap saya di Jl Mangkubumi dan harganya terjangkau. Yaitu Rp 15.000 per paket. Isinya gudeg, krecek dan satu telor. Saya pesan empat kotak lewat gojek. Total Rp 60.000. Yang tidak saya kira, paket nasi gudegnya uenal banget. Nasinya punel dan masih panas. Langsung saya santap. "Cek..enake gudeg iki. Bumbunya pas," pikir saya. Memang krecek dan tempenya agak pedas. Tapi overall, ueanak pol. Anak-anak saya suka. "Kok kita baru tahu ya gudeg ini," ujar anak saya. Sayangnya saya tidak bisa pesan lagi karena harus berangkat naik kereta pagi ke Malang, Selasa (19/6/2018). Begitulah, Selasa pagi sekeluarga naik becak ke Stasiun Tugu. Satu becak Rp 20.000. Udara Jogja segar karena masih 22 derajat celcius. Tapi kalau siang sampai 3

Mengunjungi Masjid Suciati Saliman di Sleman

Gambar
Dalam perjalanan menjemput adik ipar saya di rumah ibunya di Jogja, Jumat (15/6/2018), ada obrolan soal masjid Suciati Saliman di Sleman. Galuh, ipar saya cerita soal masjid yang didirikan oleh penjual ayam terkenal di Sleman. "Ayo..kapan2 kesana kalau ke arah kota lagi," ujar saya ke adik ipar saya. Karena kepo, kami browsing di internet. Rencana kesana pada 17 Juni. Eh..tak sengaja malah mampir ke masjid itu pada Sabtu malam (16/6/2018). Gara-gara gak menemukan rumah makan buka. Akhirnya ipar saya mengajak mampir sekalian sholat isya. "Ayo. Biar nanti kalau pulang tinggal tidur," kataku. Masjidnya disebut mirip masjid Nabawi. Masjid itu di lahan pojok. Indah sekali. Luar biasa. Kami berwudhu di depan dekat parkiran. Selain itu juga ada toilet. Sayangnya, sedang pesing. Mungkin pengunjung juga tak menjaganya. Sedih banget. Bisa juga karena belum ada takmir masjid jadi belum ada petugas khusus masjid. Masjid itu berlantai 3. Di tiap lantai ada tempat wudhu. Dised

Lebaran Di Jogja

Gambar
Lebaran 2018, kami sekeluarga ke Jogja. Suami sudah berangkat duluan pada 11 Juni 2018 lalu. Sedang aku dan anak-anak baru berangkat pada hari pertama Lebaran pada 15 Juni 2018 sore. Alasannya ya karena aku masih kerja sampai 13 Juni. Praktis, hanya sehari libur buat persiapan. Karena banyak yang dikerjakan, aku justru ngerasa gak fit. Badan gak enak karena kelelahan menumpuk. Terasakan makin gak nyaman saat di kereta api ke Jogja. Kami naik KA Bima lewat Surabaya karena mengejar waktu agar sampai hari itu juga di Jogja. Kalau menunggu naik KA Malioboro Ekspres, maka akan sampai esok hari. Sedang jadwal di Jogja hanya sampai 19 Juni 2018. Dalam perjalanan aku sulit istirahat. Sampai Stasiun Tugu, aku ke minimarket membeli tolak angin. Siapa tahu enakan. Sampai rumah mertua, setelah ngobrol2, aku putuskan istirahat. Tapi keesokan harinya juga belum fit benar. Namun harus ke rumah keluarga suami. Percaya nggak, aku berlebaran  ditambahi migren. Menyiksa banget. Penyelamatku ya obat da

Marhaban Ya Ramadhan

Gambar
Kamis (17/5/2018) menjadi hari pertama puasa. Semoga puasanya dilancarkan semuanya. Begitu juga sholat tarawihnya. Biasanya kami ke masjid dekat rumah. Tinggal jalan kaki aja. Ramadhan juga bulan paling sibuk buat para ibu. Jam alarm harus disetel kenceng agar terbangun buat persiapan sahur, wkwkkw. Biasanya alarm bunyi malah dimatikan. Molor lagi bangunnya. Dari nambah lima menit bisa jadi satu jam. Tapi kalau saat puasa molor, wah..bisa jadi penyebab tidak sahur semua. Tapi dalam sebulan selalu ada masa seperti itu. Bangun kesiangan jam 5 pagi. Akibatnya sekeluarga tidak sahur. Waktu krusial itu bagi ibu pekerja adalah menyiapkan masakah buka. Sementara pekerjaanku misalkan belum selesai. Pontang panting. Karena itu aku biasanya menyiasati dengan sudah mempersiapkan bahan untuk dieksekusi sore hari. Oh ya, anak-anak libur sekolah. Semoga juga bisa diberdayakan. Kadang anak-anak di rumah maunya manja-manja tanpa mau membantu orangtua. Ini yang bikin males. Oke, selamat berpuasa se

Awas Copet di Angkot Malang

Rabu (11/4/2018) saya ada kegiatan di kawasan Dinoyo Malang. Biasanya saya pilih baik ojek online biar cepat sampai. Tapi karena janjian ama teman-teman jam 10.00 WIB, saya pilih pakai angkot saja. Saya naik angkot ADL di Jl Trunojoyo. Gak taulah rasanya sudah gak enak situasinya. Saya curiga dengan pria yang duduk di depan saya. Tangannya memegang tas plastik. Wajahnya risau saja. Toleh sana toleh sini kayak orang gelisah. Begitu juga dengan bapak yang duduk di sisi pintu. Feeling saya mereka saling kenal. Saya pilih dekat seorang ibu. Tas saya kekep terus. Ada rasa deg-degan entah kenapa. Dua penumpang pasutri turun di Jl Semeru. Suaminya pakai alat bantu. Ia turun susah payah. Penumpang depan pintu turun juga karena sesak. Kemudian diganti dua penumpang suami istri lain. Suaminya duduk di dekat pria yang bawa tas plastik itu. Gak sengaja, mata saya melihat aksi tangan bapak pembawa tas plastik itu. Tangannya meraba saku menonjol dari bapak sebelahnya. Sepertinya HP. Ya Allah, say

Janji Terlunasi Nonton Yowis Ben

Gambar
Saya punya janji kepada dua anak saya nonton film Bayu Skak, Yowis Ben. Akhirnya, Sabtu siang (24/3/2018), kami nonton bersama di Cinemaxx Matos. Jika awal konsepnya nobar bertiga, ternyata jadi berlima. Suami saya yang gak senang nonton bioskop akhirnya ikut. Anak pertama yang sudah pernah nontom dengan temannya, ikut nonton lagi. Walhasil, pengeluaran membengkap. Per orang Rp 45.000 karena akhir pekan, wkwkwk. Yowis gpp. Mumpung habis gajian. Sebab bisanya nonton ya akhir pekan karena saya libur kerja. Saya semangat banget nontonnya sambil melihat next movie apa lagi yang dipromokan di bioskop itu. Lhadalah..dipromokan film horor. Sumpah males. Ada dua film. Per film mungkin 2-3 menit. Rasanya lama banget. Kami berempat sudah menurut mata saja. Tapi suaranya keras banget. Saya gak suka film horor. Saya senang nonton film yang bikin bahagia. Biar mahal, habis nonton bisa cerita-cerita lagi. Begitulah, akhirnya nonton Yowis Ben. Ada drama-drama dikit, lucu, mengibur. Ceritanya padat

Seblak Ala2

Gambar
Entah kenapa tiba-tiba pingin makan seblak. Merasakan beli di luar saja belum pernah. Akhirnya saya putuskan beli kerupuk udang mentah kecil-kecil. Di Giant Sawojajar dijual Rp 7500 untuk 1/4 kg. Saya ingat di lemari es ada sosis. Sampai rumah, saya browsing di IG resep bikin seblak. Tujuannya mencari inspirasi sesuai bahan yang ada di lemari es. Setelah itu saya panaskan air. Saat mendidih saya masukkan kerupuk mentah itu sampai agak lunak. Sambil menunggu, saya potong daun prei, sosis tiga buah, lombok kecil tiga buah, kencur secukupnya dan daun jeruk satu buah. Setelah itu, kerupuk yang sudah lemas itu saya tiriskan. Kemudian saya mulai menumis bahan lainnya dan kemudian memasukkan kerupuk itu ke dalam tumisan. Saya beri air secukupnya. Bumbunya hanya saya beri lada dan royco. Wah..enak juga. Agak pedas dikit. Kata Sasa, anak pertama saya ini seblaknya kurang kuah. "Seblak nyemek2 ini, Sa. Kuahnya kurang," jawabku. Sepertinya kebanyakan kerupuk. Jadi kuahnya harus agak

Akhirnya Nonton Dilan😗

Gambar
Setelah sekian kali anak saya bilang saya PHP in mereka, kami berangkat nonton film Dilan 1990 di bioskop Mandala Malang, Jumat malam (2/3/2018). Saya gak PHP sebenarnya. Tapi kondisinya gak memungkinkan. Karena Sabtu besok saya libur, gak papa lah nonton malam hari. Pilihannya film Dilan dan Yo Wis Ben. Hal ini karena saya tidak tahu kondisi disana. Apakah penonton penuh atau gak.  Kami nonton yang jam 20.20 WIB. Sampai di bioskop, saya ke bagian tiket. "Kalau Yo Wis Ben, tiketnya tinggal satu, Bu," jelas petugas. Karena itu saya langsung memutuskan nonton Dilan. "Iya Dilan aja, Mbak. Tiketnya ada gak? Tanya saya. Ternyata Dilan masih cukup banyak tersedia. Di Malang, tinggal satu layar. Lainnya terisi film Indonesia lain, termasuk Yo Wis Ben yang dibintangi Bayu Skak. Saya bersyukur bisa nonton Dilan dalam kondisi tidak ramai. "Mending telat nonton ya daripada antri panjang kayak dulu," ungkapku ke anak-anak. Kalau Yo Wis Ben masih ramai karena film baru.

Beli Daster Bikin Bahagia

Gambar
Merasa paling senang, bahagia itu ketika membeli daster. Mungkin ini mewakili perasaan semua perempuan. Saya gemar sekali membeli daster. Sebagian besar berbahan batik. "Ibu iki lo tuku daster ae wis seneng," ungkap anak saya kalau melihat saya beli daster. Rasanya di rumah nyaman. Beda banget kalau keluar rumah atau kerja. Saya suka pakaian sporty yang nyaman. Dan warna mood booster saya adalah biru atau apapun yang ada nuansa birunya. Hem garis-garis yang kasual saya sukai. Tapi gak gampang menemukannya. Kadang ada, tapi model lengannya melebar. Malah kalau gak sengaja jalan-jalan bisa menemukan yang bagus namun ramah di kantong. Bahan kain katun saya suka. Soal busana, saya dari tahun ke tahun modelnya ya gitu-gitu aja. Orang bilang tomboi, saya nggak merasa. Karena saya keibuan banget. Itu hanya kemasan luar saja. Jadi berapa koleksi daster batik saya? Gak pernah menghitungnya. Sylvianita Widyawati

Dilanda Dilan

Gambar
Semua dilanda Dilan. Dilan adalah tokoh film di Dilan 1990. Sampai menyentuh 5,7 juta penonton, saya belum menontonnya sejak dirilis 25 Januari 2018. Paling utama adalah nyocokin jadwal dengan anak-anak. Sebab mereka sekolah pulang sore. Saya pada sore hari juga masih belum menyelesaikan semua ketikan. Akhir pekan sebenarnya bisa. Tapi kalau nonton, tiketnya jadi mahal. Duh, akhirnya gak ketemu-ketemu jadwal dan tiket yang ramah kantong. Pernah, minggu lalu sudah siap, eh..tiketnya hanya ada malam hari. Waduh..saya gak bayangin jika bawa anak saya yang SD terus mengantuk saat pulang. Wah..repot juga. Akhirnya kami sementara ini akrab di thrillernya aja di youtube. Seolah2 sudah mengenali para pemainnya. Pernah dapat novelnya lewat PDF. Tapi kok gak asik mantengin HP aja. Jadi, jika senggang, saya nonton parodi-parodi film Dilan. Jumlahnya cukup banyak. Intinya semua terkesan dengan film itu. Pada Minggu (18/2/2018), saya liputan pemeran Dilan ke Malang. Rasanya senang. Tapi rasanya

Incip-Incip Bandeng Asem di Matos

Gambar
Saya suka banget asem-asem bandeng. Menu ini saya temukan di kedai makan di lantai dasar Matos. Saya beberapa kali ke kedai itu tapi tidak pernah meliriknya. Biasanya saya pilih menu lain, seperti lontong kupang atau nasi goreng. Rasanya uenak banget. Nasi dan asem-asem bandengnya dipisah. Tak lupa saya pesan teh manis hangat. Harga seporsi Rp 33.000 plus nasi. Untuk mengetahui enak tidaknya masakan, cara sederhana dengan menghirup baunya. Hmmm.. Setelah itu ambil sendok buat mencicip kuahnya. Masakannya enak. Saya lahap saja makan itu. Apalagi saat itu lapar banget. Dua anak dan suami saya pesan menu yang beda. Di akhir acara bisa saling mencicipi. Oh ya, yang bikin beda lagi adalah bandengnya tidak ada durinya. Bisa dibayangkan bagaimana lancarnya saya makan, wkwkkwkw. Satu porsi itu berisi dua potong bandeng. Kira-kira ya satu bandeng ukuran sedang dibagi dua. Mungkin saat mentah, durinya sudah dicabuti. Jadi saat dihidangkan bisa termakan semua. Begitu juga dengam kuahnya. Singk