Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

Nonton Film 9 Dimensi di Matos

Gambar
Kamis malam (23/12/2016), saya mengajak anak-anak ke Matos. Setelah makan malam, mereka menjajal permainan baru yaitu menonton film 9 dimensi. Sekali menonton harus membayar Rp 30.000. Durasi filmnya beragam. Mulai 2 menit sampai 8 menit. Untuk menonton filmnya, disiapkan tiga kursi.  Kursi itu bisa bergerak-gerak sesuai dengan cerita filmnya. Karena itu, tempat duduknya ada pegangannya. Penontonnya naik ke kursi itu dan memakai kacamata untuk nonton film 9 dimensi. Pada awalnya, saya menyangka tiap penonton bisa melihat film pilihannya. Tapi ternyata tidak bisa.  Jadi, jika ada tiga penonton, maka film yang diputar sama.  Andai antar penonton tidak saling kenal, maka bisa jadi agak kurang sreg jika pilihan filmnya tidak sama. Karena itu, anak-anak berunding dulu memutuskan film yang bisa ditonton bersama. Pilihannya adalah petualangan di luar angkasa.  Durasinya lima menit.  Rahma saat menonton film sembilan dimensi   Awal naik ke kursi, anak-anak PD. Tapi berikutny

Belanja Buku Murah

Gambar
Paling asik itu ketika ke toko buku dan menemukan buku-buku murah. Dengan maksimal Rp 100.000, sudah mendapatkan beberapa buku yang bisa dijadikan bacaan nanti. Di Malang, untuk mendapatkan buku fiksi dan non fiksi, kadang saya dapatkan si konter buku Gramedia di Giant MOG. Sehabis belanja, saya selalu menyempatkan ke konter itu. Tempat itu tidak ada yang menjaga. Jadi bisa seasik-asiknya kita melihat buku-buku yang dipajang. Harga buku diskonnya mulai Rp 10.000 sampai Rp 30.000. Apa saya selalu membeli? Kalau ada yang cocok, saya kadang beli satu. Kadang malah bisa membeli lima buku jika menemukan yang cocok. Tapi kadang juga beberapa kali datang, saya tidak menemukan yang inginkan. Jika tidak ingin membeli, saya hanya membaca sinopsisnya. Buku-buku non fiksi juga banyak. Terutama mengenai ekonomi, komputer dll. Buku ilmu komunikasi jarang saya dapatkan di obral buku. Namun jika ingin membeli buku diskon, saya biasanya ke Togamas di Jl Dieng. Sylvianita widyawati

Om Telolet Om

Om telolet Om. Awalnya gak paham dengan kalimat itu. Apa sih? Saya dua hari lalu mencari tahu soal itu. Saya tanya ke Irma, teman saya. "Apaan sih Ir kok lagi ramai om telolet om," tanya saya ke Irma ketika kami sedang liputan. Ia menjawab soal klakson bus. Bunyinya telolet. Kalau bagus, ditepuk tangani. Kalau jelek disoraki. Ooo gitu, jawab saya. Pulang ke rumah, saya pun mencari tahu bersama si bungsu. Saya jelaskan yang sedang trend itu ke dia. "Emang lucu?" tanya Rahma ke saya. Gak tahu, jawab saya. Paling gampang mencari itu di instagram. Owalah...itu. Saya menemukan banyak video bus telolet.  Sampai ketika sekumpulan orang berhasil meminta sopir bus untuk telolet, maka mereka senang sekali. Sederhana banget tapi seperti bikin happy. Padahal sopir bus itu mungkin tidak mengenal kelompok yang menyuruh. Tapi mereka mau menurutinya. Makanya mereka happy. Dengan trend ini, nampaknya pekerjaan sopir bus jadi sorotan. Terutama pada bus yang punya klakson telolet.

Libur Sekolah

Sudah lima hari ini anak-anak libur sekolah. Mereka akan masuk kembali pada 3 Januari 2017. Sampai hari ini, mereka hanya mengisi kegiatan di rumah. Alasannya karena saya juga tidak mengambil cuti. Sehingga harus tetap bekerja. Begitu juga suami saya. Sebenarnya dari PSDM kantor sudah mewarning untuk mengajukan cuti buat karyawannya. Namun kebutuhan di unit kerja berbeda. Sehingga harus bergiliran cutinya. Sebab halaman harus diisi dengan berita. Kondisi ini saya beritahu ke anak-anak. "Ya gak papa libur di rumah dulu," kata mereka. Namun mungkin lama-lama juga bosan. Saya menjanjikan mereka berenang. Namun harus menunggu off duty. Jika hari kerja, sulit mengatur waktu. Di rumah sudah ruwet dengan domestik. Usai itu berangkat bekerja. Sore baru kembali. Jika sudah mendekati jam 15.00 WIB, mereka sudah sibuk menanyakan saya dimana. Ketika kembali ke rumah, ditanya lagi saya membuat berita berapa, hahahaa. Sylvianita widyawati

Kristik atau Kruissteek

Gambar
Saya menyebutnya kristik atau kruissteek. Sejenis kerajinan sulam. Medianya berbahan plastik kotak-kotak. Sedang benangnya biasanya untuk merajut. Kalau dulu juga ada medianya dari bahan kain yang dijual di toko kain. Ceritanya, saya terinspirasi dengan kerajinan menyulam ini setelah anak saya, Sasa mendapat tugas membuat sulaman. Saya ke anak-anak kemudian menceritakan tentang kristik ini. Tapi mereka nggak ngeh.Jadi ini seperti ada gap generasi. Karena saya ingin banget menceritakan sulam kristik ini, saya pun berusaha mendapatkan bahannya. Kesempatan membelinya baru tadi sore. Ini bahan kristik. Di toko sudah jarang ada karena sudah tak populer Pulang liputan, meski gerimis saya nekad ke toko perlengkapan kerajinan di Jl Agus Salim Kota Malang.  Tokonya sudah lama ada. Saya masuk ke toko dan menanyakan mengenai bahan kristik itu. " Tante apa masih menjual sih bahan kristik buat latihan? Soalnya itu kan kerajinan tangan lama banget," tanya saya ke pemiliknya. Say