Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Nonton Film 9 Dimensi di Matos

Gambar
Kamis malam (23/12/2016), saya mengajak anak-anak ke Matos. Setelah makan malam, mereka menjajal permainan baru yaitu menonton film 9 dimensi. Sekali menonton harus membayar Rp 30.000. Durasi filmnya beragam. Mulai 2 menit sampai 8 menit. Untuk menonton filmnya, disiapkan tiga kursi.  Kursi itu bisa bergerak-gerak sesuai dengan cerita filmnya. Karena itu, tempat duduknya ada pegangannya. Penontonnya naik ke kursi itu dan memakai kacamata untuk nonton film 9 dimensi. Pada awalnya, saya menyangka tiap penonton bisa melihat film pilihannya. Tapi ternyata tidak bisa.  Jadi, jika ada tiga penonton, maka film yang diputar sama.  Andai antar penonton tidak saling kenal, maka bisa jadi agak kurang sreg jika pilihan filmnya tidak sama. Karena itu, anak-anak berunding dulu memutuskan film yang bisa ditonton bersama. Pilihannya adalah petualangan di luar angkasa.  Durasinya lima menit.  Rahma saat menonton film sembilan dimensi   Awal naik ke kursi, anak-anak PD. Tapi berikutny

Belanja Buku Murah

Gambar
Paling asik itu ketika ke toko buku dan menemukan buku-buku murah. Dengan maksimal Rp 100.000, sudah mendapatkan beberapa buku yang bisa dijadikan bacaan nanti. Di Malang, untuk mendapatkan buku fiksi dan non fiksi, kadang saya dapatkan si konter buku Gramedia di Giant MOG. Sehabis belanja, saya selalu menyempatkan ke konter itu. Tempat itu tidak ada yang menjaga. Jadi bisa seasik-asiknya kita melihat buku-buku yang dipajang. Harga buku diskonnya mulai Rp 10.000 sampai Rp 30.000. Apa saya selalu membeli? Kalau ada yang cocok, saya kadang beli satu. Kadang malah bisa membeli lima buku jika menemukan yang cocok. Tapi kadang juga beberapa kali datang, saya tidak menemukan yang inginkan. Jika tidak ingin membeli, saya hanya membaca sinopsisnya. Buku-buku non fiksi juga banyak. Terutama mengenai ekonomi, komputer dll. Buku ilmu komunikasi jarang saya dapatkan di obral buku. Namun jika ingin membeli buku diskon, saya biasanya ke Togamas di Jl Dieng. Sylvianita widyawati

Om Telolet Om

Om telolet Om. Awalnya gak paham dengan kalimat itu. Apa sih? Saya dua hari lalu mencari tahu soal itu. Saya tanya ke Irma, teman saya. "Apaan sih Ir kok lagi ramai om telolet om," tanya saya ke Irma ketika kami sedang liputan. Ia menjawab soal klakson bus. Bunyinya telolet. Kalau bagus, ditepuk tangani. Kalau jelek disoraki. Ooo gitu, jawab saya. Pulang ke rumah, saya pun mencari tahu bersama si bungsu. Saya jelaskan yang sedang trend itu ke dia. "Emang lucu?" tanya Rahma ke saya. Gak tahu, jawab saya. Paling gampang mencari itu di instagram. Owalah...itu. Saya menemukan banyak video bus telolet.  Sampai ketika sekumpulan orang berhasil meminta sopir bus untuk telolet, maka mereka senang sekali. Sederhana banget tapi seperti bikin happy. Padahal sopir bus itu mungkin tidak mengenal kelompok yang menyuruh. Tapi mereka mau menurutinya. Makanya mereka happy. Dengan trend ini, nampaknya pekerjaan sopir bus jadi sorotan. Terutama pada bus yang punya klakson telolet.

Libur Sekolah

Sudah lima hari ini anak-anak libur sekolah. Mereka akan masuk kembali pada 3 Januari 2017. Sampai hari ini, mereka hanya mengisi kegiatan di rumah. Alasannya karena saya juga tidak mengambil cuti. Sehingga harus tetap bekerja. Begitu juga suami saya. Sebenarnya dari PSDM kantor sudah mewarning untuk mengajukan cuti buat karyawannya. Namun kebutuhan di unit kerja berbeda. Sehingga harus bergiliran cutinya. Sebab halaman harus diisi dengan berita. Kondisi ini saya beritahu ke anak-anak. "Ya gak papa libur di rumah dulu," kata mereka. Namun mungkin lama-lama juga bosan. Saya menjanjikan mereka berenang. Namun harus menunggu off duty. Jika hari kerja, sulit mengatur waktu. Di rumah sudah ruwet dengan domestik. Usai itu berangkat bekerja. Sore baru kembali. Jika sudah mendekati jam 15.00 WIB, mereka sudah sibuk menanyakan saya dimana. Ketika kembali ke rumah, ditanya lagi saya membuat berita berapa, hahahaa. Sylvianita widyawati

Kristik atau Kruissteek

Gambar
Saya menyebutnya kristik atau kruissteek. Sejenis kerajinan sulam. Medianya berbahan plastik kotak-kotak. Sedang benangnya biasanya untuk merajut. Kalau dulu juga ada medianya dari bahan kain yang dijual di toko kain. Ceritanya, saya terinspirasi dengan kerajinan menyulam ini setelah anak saya, Sasa mendapat tugas membuat sulaman. Saya ke anak-anak kemudian menceritakan tentang kristik ini. Tapi mereka nggak ngeh.Jadi ini seperti ada gap generasi. Karena saya ingin banget menceritakan sulam kristik ini, saya pun berusaha mendapatkan bahannya. Kesempatan membelinya baru tadi sore. Ini bahan kristik. Di toko sudah jarang ada karena sudah tak populer Pulang liputan, meski gerimis saya nekad ke toko perlengkapan kerajinan di Jl Agus Salim Kota Malang.  Tokonya sudah lama ada. Saya masuk ke toko dan menanyakan mengenai bahan kristik itu. " Tante apa masih menjual sih bahan kristik buat latihan? Soalnya itu kan kerajinan tangan lama banget," tanya saya ke pemiliknya. Say

Jenang Kelapa Muda Khas Jombang

Gambar
Ini model jenang kelapa mudanya. Enak banget. Pagi ini saya nyamil jenang kelapa muda khas Jombang. Beberapa hari lalu, saya menitip uang ke teman saya, Sinta untuk dibelikan jenang itu kalau pulang kampung. Saya beberapa kali ke Jombang tapi tidak pernah ingin membeli oleh-oleh dari sana. Tapi karena merasakan jenang ini saat di UM, saya jadi menyukainya. Rasanya legit dan ada parutan kelapanya. Jadi gurihnya terasa. Menurut Sinta, jenang ini ada dua rasa. Yaitu kelapa muda dan durian. Saya pilih memesan dua kotak rasa kelapa muda. Anak-anak saya juga menyukai. Padahal biasanya kurang suka jenang. Kalau rasa durian, saya memang tidak suka durian olahan. Tapi kalau durian asli langsung dimakan suka. Mungkin lain hari harus mencicipi jenang dari daerah lain agar lebih variatif. Selamat mencoba. Sylvianita widyawati

Malming Uklam-Uklam

Gambar
Karena hari ini libur kerja, saya menjanjikan ke anak-anak untuk jalan-jalan. Pulang sekolah mereka sudah semangat. Setelah makan siang, mereka istirahat dulu. "Capek aku tadi habis latihan drumband. Sembujung disik, Bu," ujar Jasmine. Ia sudah mandi usai pulang sekolah karena merasa gerah.  Matahari yang awalnya menyengat, terasa cepat berubah. Tak lama kemudian turun hujan deras. Saya bilang ke anak-anak untuk tidur saja karena hujan sangat deras. Hujan bikin nyenyak tidur saya. Tapi saya juga dengar Jasmine dan Rahma, dua anak saya tidak tidur sama sekali. Mereka main kejar-kejaran di dalam rumah. Teriakan saya agar mereka tidur diabaikan. Suasana di food court Matos dari D'Cost Ya sudah. Saya akhirnya bangun pukul 15.00 WIB. Mereka sudah menagih janji jalan-jalan. Syukurlah hujan reda. Jadi kami bisa keluar rumah. Tujuan saya sebenarnya mau mencari tas. Akhirnya kami ke MOG.  Tapi muter-muter ke beberapa toko tidak menemukan yang pas. Tas untuk kerja co

Ojek

Beberapa kali saya naik ojek (bukan gojek) di Malang. Yang saya rasakan adalah ketidaksamaan tarif antar pengojek. Padahal rutenya sama. Pertama kali naik, saya pikir murah daripada saya jalan kaki menuju sebuah tempat di kawasan kampus di barat Malang. Waktu itu saya dikenakan Rp 10.000. Oke. Setidaknya menyelesaikan problem saya yaitu bisa sampai di lokasi dengan cepat. Namun hari berikutnya, saya naik ojek dari titik sama ke kampus itu. Harganya lebih murah. Malah saya diturunkan dekat banget dengan lokasi. Sedang tadi saya naik ojek dan turun di titik yang lebih dekat dikenakan Rp 7000. Dari beberapa pengalaman ini, saya jadi tahu kekurangan ojek tradisional. Yaitu tidak ada kesepakatan harga pada jarak tertentu antar pengojek . Harusnya ini bisa dikomunikasikan dengan grup. Dengan begitu konsumen bisa nyaman. Misalkan jarak sekian km dikenakan tarif sekian. Ini mungkin bisa jadi masukan pengojek. Karena saya yakin keberadaannya tetap dibutuhkan masyarakat. Apalagi jika tidak a

Hujan

Gambar
Saat musim hujan yang terasakan adalah berkejaran dengan waktu saat bekerja. Biasanya pagi sinar matahari terasa hangat. Tiba-tiba menjelang pukul 12.00 WIB atau 13.00 WIB, langit berangsur mendung. Tak lama kemudian hujan turun.  Hmmmm...Kadang terjebak di satu tempat sambil menunggu reda sedikit. Rasanya pasrah. Begitu ada peluang pulang, saya mengharapkan secepatnya sampai di rumah. Rasanya nyaman jika sudah di rumah. Tapi kalau akhirnya kehujanan di jalan juga harus besar hati.Ya dinikmati saja musim ini dan pernik perniknya.  Sylvianita widyawati

Belajar Menyulam

Gambar
Sasa, anak sulung saya mendapat tugas membuat produk sulam dari guru keterampilannya. Saya baru membelikan aneka benang dan peralatan menyulam minggu lalu usai liputan. Untung tokonya masih buka. Lokasinya depan Pasar Besar Malang. Nama tokonya Arjuno, sebuah toko benang dan perniknya. Pas kecil dulu, saya juga suka diajak ibu ke toko ini. Tokonya masih eksis sampai sekarang. Setelah sekian tahun, saya jadi tahu lagi harga benang sulam mulai Rp 1700 sampai Rp 2000 tergantung warna benang. Saya tidak tahu harganya mahal atau tidak karena belum komparasi ke tempat lain. Untuk kain katunnya, saya membeli di toko lain.  Sasa belajar menyulam Untuk menyulam, Sasa nonton youtube. Tapi akhirnya saya juga ikut menonton. Sebab Sasa bertanya soal teknik sulam. Saya menjawab kurang tahu untuk masing-masing namanya. Tapi setelah melihat di youtube, saya tahu teknik menyulamnya dan baruntahu nama masing-masing. Maklum, saya belajar otodidak dari ibu. Jadi tanpa belajar teorinya.

Buku Latihan Ujian Sekolah

Gambar
Hari ini saya off duty. Karena itu anak-anak mengajak jalan-jalan. Kami ke MOG karena di sana juga ada toko buku. Jasmine minta dibelikan buku latihan soal menghadapi ujian sekolah tahun depan. Jasmine dan Rahma Tujuan pertama kami langsung ke toko buku. Jasmine melihat isinya untuk memastikan soal ujian itu pernah dipelajarinya.  "Soal-soalnya ada semua di sini. Bukunya juga ada CD nya. Jadi aku bisa melihat di laptop Mbak Sasa," kata Jasmine kepada saya. Saya menjawab ok. Sementara Sasa tidak membeli buku latihan unas SMP karena nanti akan diberi sekolah dari uang les yang ia bayarkan.  Saya hanya berpesan kepada Jasmine agar ia mau belajar ke kakaknya yang sudah pernah mengikuti ujian sekolah. Jadi setidaknya ia tahu kisi-kisi soal yang diperkirakan nanti keluar. "Aku kalau lihat soal ujian SD jadi ingat dulu. Kenapa ada yang tidak bisa aku jawab padahal soalnya mudah," ceritanya. Saya menjawab mungkin saat itu ada yang belum ia mengerti. Se

Surat Pembaca

Gambar
Akhir-akhir ini saya mengamati anak kedua saya, Jasmine suka sekali membaca rubrik Suara Publik di Harian surya. Pagi hari sebelum dia berangkat sekolah, halaman itu yang selalu dibacanya. Ia sangat tertarik dengan keluhan masyarakat mengenai sulitnya ujian teori dan praktik untuk mendapatkan SIM. "Banyak sekali ya yang menulis. Tapi masih belum ada respons," ungkap Jasmine. Rubrik Suara Publik di Harian Surya Ia berempati mungkin setelah ayahnya dua kali gagal ujian teori untuk mendapatkan SIM A dan C. Suami saya lupa memperpanjang SIM lamanya pada Juli 2016 lalu. Biasanya ia sangat perhatian jadwal. Pada Oktober 2016 ia baru ngeh ternyata sudah kadaluwarsa. Karena itu ia harus mengurus baru dan ikut ujian. Sudah dua kali ia ikut ujian dan gagal. Ia juga sudah berusaha belajar dari simulasi soal yang bisa diunduh. Teman-teman barunya saat ujian juga banyak yang gagal. Ia menyatakan berusaha terus mencoba ujian mendapatkan SIM sampai tuntas. Kalau gagal ya di

Mengetik Berita Di Rumah

Gambar
Sebenarnya saya ingin menyelesaikan seluruh pekerjaan saya di lapangan. Saat pulang, saya sudah tidak mengetik berita lagi di rumah. Namun itu tidak sering terjadi. Seperti hari ini. Saya masih mengetik berita di rumah. Tadi liputan belum tuntas, siang hari sudah hujan. Setelah mendapatkan hasilnya, saya geser ke tempat lain. Tujuannya menemui mahasiswa UM. Ilustrasi Akhirnya bertemu mahasiswa itu meski harus mencari info dulu. Namun selama wawancara juga turun hujan..Alhasil saya menunggu hujan agak reda baru bisa pulang. Sampai di rumah, saya selalu harus menjawab kepada anak saya, berapa berita yang harus saya tulis.  Ketika menyebut angka, mereka seperti berhitung waktu berapa lama saya menyelesaikan.  "Kalau nggak diganggu ya cepet," jawabku. Begitulah.  Sampai rumah, dua hp yang baterainya keok itu saya isi. Saya bisa makan atau shalat dulu. Setelah itu menulis. Di sela itu, biasanya anak anak melaporkan PR mereka ke saya. "Aku tuh nggak senang ibu

Me Time

Me time. Kalau diterjemahkan bebas adalah waktu buat diriku sendiri. Gampang ditulis, sulit dilaksanakan. Apalagi bagi ibu berperan ganda. Sebenarnya bisa sih dilaksanakan. Tapi setelah menyelesaikan semua kewajiban sebagai ibu atau pekerja. Kapan? Saya pikir-pikir kok sulit ya. Coba saya runut satu persatu. Misalkan saat libur kerja Sabtu. Pagi hari, saya harus mengantar si bungsu sekolah. Setelah menunggu beberapa lama, saya meninggalkan dia. Tujuan saya ke pasar untuk belanja bahan masakan buat mereka. Sampai rumah, saya bersih-bersih rumah, memasak. Kadang saya juga menghidupkan mesin cuci. Setelah beres, saya mandi dan istirahat sebentar. Ini me time. Tapi baru agak pules, si bungsu pulang sekolah. Kadang ia tidak mengganggu saya. Kadang ia juga teriak "ibu kalau libur jangan tidur saja,"  kata Rahma sambil membangunkan saya. Tidur saja? Perasaan baru tidur. Duh, rasanya masih capek. Dia minta ini itu. Ok, saya tidak tidur lagi. Saya duduk di sofa. Tak lama kemudian,

HBD Harian Surya

Gambar
Hari ini ulang tahun ke 27 tahun bagi Harian Surya.  Di kantor Biro Malang ada acara syukuran sederhana. Pagi hari kami semua berkumpul untuk pemotongan tumpeng. Saya datang agak terlambat ke kantor.  Saya melihat, teman-teman sedang antre mengambil makanan. Nampaknya kami semua sengaja tidak sarapan pagi. Akhirnya kami makan bersama di ruang rapat besar. Ya..dinikmati saja menu nasi kuning dari Mas Kacong ini. Mas Kacong ini dulu OB di kantor. Namun ia kemudian berusaha sendiri. Buat tamu, sudah disiapkan menu prasmanan. Menjelang pukul 10.00 WIB, banyak tamu datang. Terutama muspida Kota Malang. Selepas mereka upacara di balaikota,mereka berjalan kaki ke kantor Surya. Jaraknya memang dekat. Ucapan selamat ulang tahun buat Harian Surya Tamu silih berganti. Teman-teman media juga datang. Saya dan kawan-kawan bisa ngobrol banyak. Yang beda saat ini adalah kami menyiapkan FB live buat tamu. Jadi mereka bisa saling mengucapkan selamat atau berkomentar soal surat kabar kam

Cita Cita

Gambar
Tadi sebelum berangkat ke sekolah, saya berbincang-bincang dengan dua anak saya, Jasmine dan Rahma. Awalnya saya cerita tentang teman saya yang pandai menggambar. Saat ini, ia sedang menyelesaikan studi S2 Bahasa Inggris. Namun ia juga masih menulis untuk media online. Jasmine kemudian bertanya tentang teman saya itu. "Mbak Anja sebenarnya memilih jadi wartawan atau dosen nanti?" tanya anak kedua saya. Saya menjawab mungkin pilihannya jadi dosen Bahasa Inggris.  Lalu saya pun bertanya ke Rahma, si bungsu tentang cita-citanya. "Kamu pingin jadi apa besok, Rahma? tanya saya. Sambil mengenakan sepatunya, ia menjawab begini.  "Iya, aku masih bingung, Bu," jawab Rahma. Saya menyatakan jadi guru juga gak papa atau terserah pingin jadi apa. Ia lalu menjelaskan jika ingin jadi dokter.  Saya tanya alasannya kenapa? "Soalnya cita-citaku itu sudah dicatat guruku, Pak Prapto. Masak mau beda?" Jelasnya. Saya masih bingung mendengar jawabannya. Ia kemu

Melangkah Di atas Awan

https://youtu.be/u1yBqtXA9-U

GOJEK

Layanan Gojek di Kota Malang sudah beberapa bulan. Namun baru seminggu terakhir saya memanfaatkan. Berawal dari tugas liputan agak jauh. Memang bisa dijangkau dengan angkutan umum. Namun ke lokasi yang saya tuju tidak terjangkau. Untuk menggunakan layanan ini, awalnya saya minta bantuan teman yang sudah duluan memasang aplikasinya. Akhirnya saya pun memikirkan untuk memasang aplikasi itu lagi di HP android saya. Aplikasi ini pernah saya hapus usai mengikuti kegiatan di Surabaya pada Februari 2016 lalu. Alasannya? Memori HP saya sedang penuh. Selain itu, layanan Gojek belum masuk Kota Malang. Hari ini, saya dua kali menggunakan Gojek. Pertama saat pulang dari Polinema di Jl Soekarno Hatta ke rumah. Sebenarnya  naik angkutan bisa meski oper dua kali. Tapi saya ngantuk banget. Akhirnya memilih naik Gojek. Saya sempat berbincang-bincang dengan pengemudinya. Katanya dia baru bergabung dengan Gojek. "Jaket saya masih hijau terang. Masih baru, Bu," terang Pak Gojek yang masih muda

Kampung Wisata Mburing Malang

Ini tersesat yang bermanfaat rasanya. Minggu (23/10/2016), sekeluarga berencana mencari tempat wisata di Buring, Kota Malang. Informasi adalah bisa naik perahu di sungai. Namun kami tidak tahu lokasinya. Akhirnya, kami sampai di Jl Mayjen Sungkono. Kami tanya ke warga dimana lokasinya. Dari tiga orang, seorang menyarankan agar kami naik ke Jl KH Malik. Karena kepo, kami naik saya. Ternyata kami menemukan semacam taman. Kami kemudian bertanya kepada bapak yang di lokasi itu. Ia membenarkan ada wisata itu. Tapi ternyata ada organizernya. Kami diarahkan ke sebuah homestay depan taman itu. Ada tulisan Malang Hill Homestay dan Gallery. "Coba ibu tanya ke kantor itu. Ada paket-paketnya. Mungkin berguna," jelas dia. Kami kemudian ke homestay dan masuk ke kantornya. Ternyata menemukan informasi itu. Dari brosur informasi itu, saya baru tahu jika di kawasan itu selain ada penginapan juga mengatur kegiatan menjelajah Buring dari sisi budaya, wisata dan olahraganya lewat Kampung Wisat

Pensiun

Gambar
Beberapa hari lalu sebelum anak saya berangkat sekolah, kami sempat ngobrol. Saya duduk di sofas sambil membaca surat kabar pagi. Sementara dua anak saya, Jasmine dan Rahma sedang memasang sepatunya. Entah rasanya saat itu saya lelah banget. "Ih..capek banget ya aku. Pingin istirahat, libur," kataku pada mereka. Entah apa yang dipikiran anak saya. Mereka menyarankan saya pensiun. Ini bukan pertama kalinya saran itu keluar. "Ibu pensiun saja," celetuk Rahma, si bungsu kepada saya. Pensiun??????? Memang pernah ada dibenak saya. Tapi saya masih belum menemukan formulasi tepat saya harus ngapain jika pensiun. "Terus ibu ngapain di rumah,? jawab saya ke Rahma. Dia menjawab singkat. "Ibu ya bisa nyapu-nyapu atau apa gitu," ceplosnya. Menunggui kegiatan anak-anak beberapa waktu lalu Hmmm, anakku. Sepertinya mereka ingin saya di rumah saja. Sementara saya juga masih bingung mau ngapain di rumah jika benar-benar pensiun. Ada beberapa rencana, tapi masi

Begini Suasana di Museum Bentoel Malang

Gambar
Untuk menuju ke Museum Bentoel Kota Malang tidak terlalu rumit. Jika naik angkutan umum, bisa mengambil rute yang ke arah Pasar Besar dengan naik angkot AG. Setelah itu, turun di depan di Jl Wiromargo dan berjalan beberapa meter. Atau bisa lewat sisi lain Jl Wiromargo yaitu Jl Sersan Harun  dengan naik angkot GA dan berjalan kaki. Jika membawa kendaraan sendiri, areal parkir di museum juga sangat luas dan teduh. Berbagai merek rokok dari Bentoel Masuk ke museum, banyak spot bisa untuk menjadi lokasi foto selain mendapatkan edukasi mengenai sejarah Bentoel. Informasi yang dipasang cukup lengkap beserta foto. Di sebuah ruangan ada contoh aroma-aroma cengkeh yang bisa dirasakan. Sebab di kotak-kotak itu ada lubangnya. Misalkan aroma Jawa, Madura, Kasturi dll. Pindah ke ruangan lainnya, ada beragam merek Bentoel dari masa ke masa. Mulai dari rokok kretek hingga rokok buatan mesin. Produk-produk itu dipasang di dinding. Memang sudah bukan kemasan aslinya. Namun dibuat lagi. Dari k

Yuk...Mengunjungi Museum Bentoel Malang

Gambar
Berawal dari melintasi pabrik rokok Bentoel yang berada di Karanglo, Kabupaten Malang, saya jadi tertarik mengajak anak-anak mengunjungi Museum Bentoel di Jl Wiromargo Kota Malang. "Bentoel itu pabrik apa sih?" tanya Jasmine anak saya yang kedua. Saya menerangkan jika itu pabrik rokok ternama di Malang. Dia hanya menjawab ooo. Namun ia tidak mengetahui bagaimana produknya. Saya kemudian menerangkan ke dia, bahwa Bentoel ada museumnya. "Kamu bisa tahu sejarah dan produk-produknya buat belajar," kataku. Saya menerangkan lokasi museum dekat Pasar Besar Kota Malang. Akhirnya, Sabtu (15/10/2016), tanpa perencanaan matang, kami ke sana. Saya, suami dan dua anak saya. "Ayo..jalan-jalan ke sana. Ke Museum Bentoel," ajak saya sepulang ia dari sekolah. Tampak depan Museum Bentoel Malang Suami saya juga belum tahu ada museum itu. Kami bersepeda ke sana. Kami sebenarnya kurang tahu jam bukanya. Jadi ke sana agak gambling apakah buka atau tutup. Akhirnya kami s

Paling Senang Itu Berburu Buku Murah

Gambar
Saya suka sekali membaca buku. Kadang tak harus beli. Jika ada waktu senggang, saya pasti akan mampir ke toko buku untuk melihat yang terbaru. Jika tertarik, saya pasti membelinya. Kadang tidak pada saat itu juga. Lain kali akan kembali ke toko buku itu untuk membeli. Buku yang saya sukai itu mengenai komunikasi, media massa dan jurnalistik. Yang ini, saya agak konsisten membelinya. Selain saya dapatkan di toko buku, saya membelinya di pameran. Biasanya harganya agak murah. Pernah di Kota Malang disinggahi KKG Fair di Aula Skodam. Agak lama sih. Tapi saya banyak dapat buku diskonan/murah produksi Kompas. Saya jadi kalap mata. Yang penting, topik bahasannya saya suka, harga terjangkau dan akan saya baca. Meski tidak sekaligus habis seperti saya melahap novel ringan. Yang agak sebal dengan kelakuan saya ini adalah suami saya. Ia kurang menyukainya. Padahal ini kesukaan saya sejak kecil dalam membeli buku. Ayah saya sangat murah hati jika saya bilang ingin beli buku. Selain buku, ayah

Yuk ke Kampung Tridi dan Warna Warni

Gambar
Objek wisata yang sedang hits saat ini di Kota Malang adalah Kampung Warna Warni Jodipan (KWD) dan Kampung Tridi. Awal berkembangnya adalah KWJ setelah dikreasi oleh delapan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang mengerjakan tugas PR mereka dengan menggandeng klien perusahaan cat. Bertahun-tahun, kampung Jodipan yang berada di pinggir kali Brantas atau di bawah Jembatan Buk Gluduk Malang seperti itu adanya. Ternyata butuh pemikiran yang of out the box untuk menjadi sesuatu yang beda. Yaitu menunggu kelahiran para mahasiswa untuk menuangkan idenya mewarnai kampung itu sehingga menjadi destinasi wisata baru. Kelompok Guys Pro, Mahasiswa UMM, Kreator KWJ Jika tak ada kampung warna warni itu, mungkin masyarakat tidak ada alasan ke sana. Termasuk saya, Saya juga tidak memiliki teman di kampung itu. Kalau ke sana, apa tujuannya. Namun dengan menjadi kampung wisata dengan pesona warna warninya, saya pun ada alasan mengajak suami dan anak-anak saya ke sana. Sehingga tak

Mengunjungi Perkemahan Sunan Kalijaga di Gresik, Jatim

Gambar
Andai tim anak saya tidak melaju ke final Indonesia Scouts Challenge (ISC) tingkat Jawa Timur 2016 pada 17 September 2016 lalu, saya pasti tidak mengunjungi Kabupaten Gresik. Hal ini setelah tim putri SDN Lesanpuro 1 lolos sebagai juara pertama pada gelombang 2 ISC Kota Malang. Ada empat tim dari Kota Malang yang berangkat ke final. Yaitu SD Unggulan Al Ya'lu dan SD Anak Saleh. Kunjungan ke Gresik berawal dari keinginan Jasmine agar orangtuanya memberi support. "Nanti nggak harus ke perkemahan. Asal aku tahu ayah atau ibu ada di Gresik aku sudah senang," kata Jasmine waktu itu. Tapi ke Gresik juga ngapain kalau hanya di sana. Akhirnya, setelah berembug dengan suami, kami memutuskan bersama ke sana. Tapi kami tidak menginap di Gresik. Namun di Surabaya. Sehingga suami saya usai pulang dari Kalimantan tidak ke Malang. Namun saya dan anak-anak ke Surabaya. Kemudian pada Sabtu sorenya baru ke Gresik. Saya berangkat dari Malang pada pagi hari. Sampai di Surabaya siang hari

Uji Coba Bikin Macaroni Schotel

Gambar
Saya suka mencari info menu untuk bekal sekolah. Biasanya yang menarik perhatian akan saya informasikan ke anak-anak. "Eh..ini ada menu sekolah...Mau nggak,? tanya saya ke anak-anak. Tanggapannya beragam. Ada yang mau  dan tidak. Hal itu karena masing-masing punya selera sendiri. Tapi kadang-kadang sama. Karena itu, saya sering minta saran untuk dibuatkan apa? Kadang saran itu diberikan, kadang tidak. Akhirnya, kalaupun membawa bekal, biasanya kurang semangat makannya. Beberapa hari lalu saya mencoba resep bikin macaroni schotel. Cara bikinnya mudah namun perlu dipanggang. Mereka sempat saya tawari menu ini. Katanya oke. Semua bahannya sudah siap tinggal mengolahnya. Namun karena untuk bekal sekolah, maka saya harus bangun lebih pagi. Alarm jam 04.00 WIB membangunkan saya. Akhirnya pagi sekali sudah sibuk di dapur. Anak-anak masih tidur. Bahannya macaroni yang dimasak dulu. Sambil memasak, saya membuat saus putihnya. Ini macaroni schotel hasil ujicoba resep di instagram, heh

Yuk..Ke Studio Mural di Matos

Gambar
Beberapa waktu lalu saya mengajak anak-anak ke Malang Town Square (Matos). Tujuannya buat refreshing. Kadang karena tidak banyak waktu liburan ke alam, jatuhnya sering ke mall. Alasannya karena akses transportasi dan waktu yang sempit. Salah satu tujuannya ke mural studio. Lokasinya ada di RF (Roof Top). Dulu, lokasi ini ada Studio 21. Namun karena pindah ke lokasi lain, maka tempatnya jadi mural studio. Salah satu gambar di mural studio Matos Saya sudah pernah ke sana sebelumnya sambil nonton pameran foto teman-teman. Setelah itu kondisi di sana saya sampaikan ke anak-anak. Ternyata mereka kepo juga. Benar saja, mereka antusias ketika di sana. Apalagi banyak spot yang bisa dijadikan foto selfie karena banyak gambar mural. "Wah..asyik di sini," ujar anak-anak begitu sampai di sana. Saya akhirnya jadi fotografer hape. Senang saja membuat anak-anak gembira. Beberapa foto saya ambil untuk mereka. Dengan melihat mural itu, anak-anak seperti langsung berimajinasi. Ini bi

Sisa Cerita Liburan di Jogjakarta

Gambar
Banyak foto yang saya ambil saat liburan Lebaran di Jogjakarta pada Juli 2016 lalu. Sayang juga jika hanya disimpan. Siapa tahu bisa jadi inspirasi liburan buat keluarga. Saya suka sekali mengabadikan moment-moment buat kenangan. Karena bisa jadi tidak ke sana lagi namun masih ada foto-foto yang bercerita. Seperti spot yang menjadi favorit saya saat menginap di Hotel Grand Zuri Jogjakarta. Sejak lama saya ingin menginap di hotel ini. Alasan utamanya karena dekat sekali dengan stasiun kereta api Tugu Jogjakarta. Jika ke stasiun cukup jalan kaki dari hotel di Jl Mangkubumi ini. Kalau ingin jalan-jalan ke Malioboro juga tinggal berjalan kaki. Memang saat libur lebaran harganya jadi mahal. Namun kalau dipikir dengan biaya menginap di hotel agak jauh tapi masih mengeluarkan uang transportasi lagi, mungkin seimbanglah. Apalagi saat lebaran tidak mudah mendapatkan hotel di tengah kota. Kalaupun ada, maka harganya sudah mahal sekali. Ini pemandangan di kolam renang Hotel Grand Zuri Jogja

Belajar Mengenal Tanaman

Gambar
Sebenarnya di buku-buku pelajaran, jenis-jenis tanaman sudah dikenalkan ke anak-anak. Namun saya selalu khawatir anak-anak hanya sekedar tahu nama namun kurang mengenalnya. Karena itu, jika sedang jalan-jalan, saya sering menjelaskan nama tanaman. Kebetulan di komplek perumahan saya masih ada yang menanam tanaman 'langka' untuk masa sekarang. Contohnya saja pohon sukun. Bagi anak-anak sekarang, nama itu mungkin kurang familiar. Sebab sudah jarang yang mau menanam pohon zaman dulu. Kebetulan, pohon sukun tetangga saya sedang berbuah. "Itu buahnya buat apa saja sih, Bu?" tanya anak-anak saya. Saya jelaskan bisa dimakan dengan dikukus. Atau dibuat untuk gorengan setelah dikukus. "Bisa juga buat tepung," cerita saya. Tepung sukun? tanya mereka. Iya, jawab saya. Saya pernah liputan ke sebuah SMPN Terbuka. Ternyata untuk keterampilan, mereka memanfaatkan tepung sukun untuk membuat roti. Belajar mengenal tanaman di Taman Malabar Kota Malang Saya jelaskan ke

Membeli Anggrek di Pasar Bunga Splendid

Pagi tadi saya mengantarkan Jasmine ke Pasar Bunga Splendid di Kota Malang membeli bunga anggrek untuk keperluan sekolahnya. Oleh sekolah, siswa diberi waktu seminggu untuk mengumpulkan bunga itu. Setiap kelas berbeda jenis bunganya. Anak saya yang duduk di kelas 3 hanya diminta membawa tanaman puring. Untung tanpa membeli, di depan halaman rumah ibu saya banyak tumbuh. Tapi kalau anggrek kan tidak sembarangan ditanam. Jadi, saya harus ke pasar bunga. Saya memilih jenis anggrek yang biasa. Saya langsung bilang ke penjualnya mencari anggrek di bawah harga Rp 40.000. Akhirnya saya mendapatkan angrek dengan harga Rp 35.000. Bunganya ada beberapa meski masih kuntum. Dari perbincangan saya dengan penjualnya, beberapa hari terakhir ini banyak pembeli bunga anggrek untuk keperluan sekolah. Ya..semacam untuk mengikuti lomba-lomba kehijauan itu. Sekolah berhias instans.  "Yang..ngomel-ngomel wali murid. Terutama ibu-ibunya. Mungkin mahal ya," tutur ibu penjual bunga di Pasar S

Berwisata di Danau Buatan UMM

Gambar
Sejak lama danau buatan di depan gedung RKB Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) ada. Namun setahun terakhir, danau itu diberi fasilitas tambahan berupa sepeda air berwujud bebek. Suatu hari lalu, saat liputan di sana, pingin banget merasakan naik bebek itu. Kayaknya seru ya keliling danau buatan itu. Namun karena buru-buru harus liputan lain, akhirnya keinginan itu tidak terlaksana. Namun ketika ada liputan ujian tulis gelombang dua pada Juli 2016 lalu, keinginan itu mencuat lagi. Gara-gara melihat banyak yang baik bebek itu. Mereka adalah orangtua peserta tes. Sambil menunggu anaknya ujian, mereka menikmati sarana itu. Usai wawancara dengan Rektor UMM, kami, beberapa teman langsung ke 'dermaga'. Rasanya senang juga berkeliling. Yang mengayuh bebek itu adalah Mas Andi, petugas dan Irma.  Tambahan fasilitas di danau buatan UMM, sepeda air Lumayan terhibur wisata ringan itu. Istilah sekarang mungkin piknik ndek-ndekan, he,,he.he. Kami berencana lain hari akan ke

Orangtua Bekerja dan Dilemanya

Gambar
Bagi yang tidak memiliki pembantu atau nenek yang tinggal serumah menjadi permasalahan sendiri ketika memiliki anak. Ini terutama terjadi ketika ayah ibu sama-sama bekerja. Dan tidak mudah mempercayakan ke orang lain untuk menunggu anak kita selama kita bekerja. Barangkali itu yang bisa saya rasakan ketika ada wacana full day school dari Mendikbud baru-baru ini. Saya masih beruntung memiliki seorang ibu. Sehingga ketika saya bekerja, anak pulang sekolah ke rumah neneknya dan ada yang menemaninya. Ibu dan saya satu komplek perumahan, namun beda blok. Konsep 'menitipkan' sebenarnya sangat terpaksa. Karena sebenarnya saya ingin anak-anak pulang ke rumah usai mereka pulang sekolah agar tidak meribetkan ibu saya. Namun saya tidak tega anak-anak tinggal sendiri di rumah tanpa pengawasan. Sementara anak-anak juga takut karena tidak ada orang dewasa yang mengawasi. Sehingga diambil kesepakatan, semua saat pulang sekolah ke rumah ibu. Saya pulang kerja juga ke rumah ibu. Setelah sem

Full Day School

Gambar
Nampaknya wacana full day school dari Mendikbud Prof Dr Muhajir Effendy jadi perbincangan hangat hari ini. Wawancara dengan media saat itu di basement UMM Dome Malang, Minggu (7/8/2016) usai dia mengisi acara. Sebagai wartawan, wacana itu perlu dibahas lebih detil mengenai kesiapannya. Namun posisi sebagai ibu? Saya sedang memikirkannya. Namun belum tahap menolak atau menyetujui. Saya sedang membayangkan anak saya berada di sekolah seharian meski nanti Sabtu-Minggu libur. Hmmm...(membayangkan.........) Saya paling senang menunggui anak berkegiatan jika libur kerja Sebagai ibu pekerja, saya senang saja anak di sekolah. Tapi bagaimana anak-anak menjalani seharian di sekolah? Karena kadang anak saya saat pulang jam 13.30 WIB sampai di rumah, wajahnya sudah lelah banget. Begitu juga ketika anak saya yang di SMP datang. Mungkin ini skeptis awal. Masih perlu pembiasaan. Sebagai ortu merasa tenang karena mengetahui keberadaan anak di sekolah. Namun jika diterapkan, perlu persiapan b

Libur Tapi Sibuk Amat Ya ?????

Keinginan saya kalau libur Sabtu adalah bisa istirahat. Minimal bisa tidur sianglah. Tapi seringnya malah nggak bisa. Seperti juga dengan hari ini. Menurut saya malah sibuk amat. Pagi sudah sibuk memasak karena anak kedua saya, Jasmine ingin jika pulang sekolah merasakan lontong kare ayam. Jadi saya harus ke pasar membeli daging ayam. Karena sudah rencana bikin kare ayam, sekalian saya bikin sayur sambal goreng labu siam. Kedua masakan itu mudah. Bumbunya dijual jadi di pasar. Saya tinggal menambah potongan cabe hijau besar dan tomat.  Untuk lontong, tinggal membeli. Saya membeli empat buah. Karena sudah ada lontong, saya tidak bikin nasi. Setelah selesai memasak, saya harus menjemput anak bungsu saya ke sekolah karena pak becak langganannya kalau hari Sabtu off. Sampai di rumah, anak-anak lahap banget dengan makanan yang saya masak buat mereka. Setelah itu, saya berencana istirahat. Namun suasana rumah ramai banget. Sasa, anak pertama saya dikunjungi teman-temannya. Karena bete