Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Beli Daster Bikin Bahagia

Gambar
Merasa paling senang, bahagia itu ketika membeli daster. Mungkin ini mewakili perasaan semua perempuan. Saya gemar sekali membeli daster. Sebagian besar berbahan batik. "Ibu iki lo tuku daster ae wis seneng," ungkap anak saya kalau melihat saya beli daster. Rasanya di rumah nyaman. Beda banget kalau keluar rumah atau kerja. Saya suka pakaian sporty yang nyaman. Dan warna mood booster saya adalah biru atau apapun yang ada nuansa birunya. Hem garis-garis yang kasual saya sukai. Tapi gak gampang menemukannya. Kadang ada, tapi model lengannya melebar. Malah kalau gak sengaja jalan-jalan bisa menemukan yang bagus namun ramah di kantong. Bahan kain katun saya suka. Soal busana, saya dari tahun ke tahun modelnya ya gitu-gitu aja. Orang bilang tomboi, saya nggak merasa. Karena saya keibuan banget. Itu hanya kemasan luar saja. Jadi berapa koleksi daster batik saya? Gak pernah menghitungnya. Sylvianita Widyawati

Dilanda Dilan

Gambar
Semua dilanda Dilan. Dilan adalah tokoh film di Dilan 1990. Sampai menyentuh 5,7 juta penonton, saya belum menontonnya sejak dirilis 25 Januari 2018. Paling utama adalah nyocokin jadwal dengan anak-anak. Sebab mereka sekolah pulang sore. Saya pada sore hari juga masih belum menyelesaikan semua ketikan. Akhir pekan sebenarnya bisa. Tapi kalau nonton, tiketnya jadi mahal. Duh, akhirnya gak ketemu-ketemu jadwal dan tiket yang ramah kantong. Pernah, minggu lalu sudah siap, eh..tiketnya hanya ada malam hari. Waduh..saya gak bayangin jika bawa anak saya yang SD terus mengantuk saat pulang. Wah..repot juga. Akhirnya kami sementara ini akrab di thrillernya aja di youtube. Seolah2 sudah mengenali para pemainnya. Pernah dapat novelnya lewat PDF. Tapi kok gak asik mantengin HP aja. Jadi, jika senggang, saya nonton parodi-parodi film Dilan. Jumlahnya cukup banyak. Intinya semua terkesan dengan film itu. Pada Minggu (18/2/2018), saya liputan pemeran Dilan ke Malang. Rasanya senang. Tapi rasanya

Incip-Incip Bandeng Asem di Matos

Gambar
Saya suka banget asem-asem bandeng. Menu ini saya temukan di kedai makan di lantai dasar Matos. Saya beberapa kali ke kedai itu tapi tidak pernah meliriknya. Biasanya saya pilih menu lain, seperti lontong kupang atau nasi goreng. Rasanya uenak banget. Nasi dan asem-asem bandengnya dipisah. Tak lupa saya pesan teh manis hangat. Harga seporsi Rp 33.000 plus nasi. Untuk mengetahui enak tidaknya masakan, cara sederhana dengan menghirup baunya. Hmmm.. Setelah itu ambil sendok buat mencicip kuahnya. Masakannya enak. Saya lahap saja makan itu. Apalagi saat itu lapar banget. Dua anak dan suami saya pesan menu yang beda. Di akhir acara bisa saling mencicipi. Oh ya, yang bikin beda lagi adalah bandengnya tidak ada durinya. Bisa dibayangkan bagaimana lancarnya saya makan, wkwkkwkw. Satu porsi itu berisi dua potong bandeng. Kira-kira ya satu bandeng ukuran sedang dibagi dua. Mungkin saat mentah, durinya sudah dicabuti. Jadi saat dihidangkan bisa termakan semua. Begitu juga dengam kuahnya. Singk