Yang Perlu Diperhatikan Saat Persiapan Pulkam Lebaran

Mungkin sudah ada yang mulai pulang kampung (pulkam). Di balik pulkam itu, banyak sekali persiapannya. Biasanya Lebaran setahun ke depan sudah "diintip" tanggalnya. Sehingga persiapan lebih mudah. Baik dari sisi transportasi, penginapan (jika menginap) di hotel agar nyaman, oleh-oleh buat keluarga dan lainnya. Kalau mengandalkan hanya THR dari kantor, rasanya tidak mungkin. Maka harus ada tabungan lain yang disiapkan.

Apalagi pulkamnya jauh misalkan di luar Jawa. Pulkam di Jawa saja butuh banyak biaya. Dari pengalaman saya pulkam ke daerah Pak Su, karena waktu itu masih belum ada rute kereta api ke Jogja langsung dari Malang, kami masih naik travel. Harganya sudah pasti naik. Nah, paling utama yang perlu diperhatikan adalah dari hasil pengalaman pulkam keluarga saya:

1. Pastikan tanggal pulkamnya dan kembalinya. Ini penting karena menyangkut persiapan keuangan dan lainnya. Makin lama di luar daerah, maka biaya makin membengkak. Karena rasanya liburan dan uang sat set cepat habis. Jika dari hasil diskusi dengan keluarga sudah pasti tanggal X, harus diputuskan tanggal pulangnya. 

Kepastian waktu penting karena bagi pekerja ada batas waktu liburnya bagi orangtua. Dan biasanya anak-anak masa liburnya lebih panjang bagi yang sekolah. Jika sudah ketemu waktunya, segera memesan transportasi untuk PP (Pulang-Pergi). Dari pengalaman saya, pulkam lima hari sudah cukup lama dan membutuhkan dana yang banyak. Karena selain mengunjungi keluarga, pasti ada keinginan berlibur dengan kuliner atau ke tempat wisata.

2. Pastikan juga jadwal mengunjungi siapa saja di pulkam untuk anjangsana. Biasanya pada hari pertama hanya di rumah utama/rumah ibu/mertua. Pada hari kedua dan ketiga berkeliling ke rumah keluarga suami/istri. Di daerah tertentu, kunjungan ke banyak saudara sudah jadi agenda rutin. Baru pada hari berikutnya memikirkan wisata/kulineran jika anggaran memungkinkan.

3.Pastikan juga sudah memiliki rencana memberi buah tangan/hadiah Lebaran bagi siapa saja. Misalkan buat mertua, adik ipar saja atau anak-anaknya. Jika tidak dipikirkan matang, maka bisa boncos. Apalagi jika hanya mengandalkan dari THR. Wadidaw...Pulang-pulang sudah tongpes. Belanja hadiah buat keluarga di kampung bisa lebih mudah jika disiapkan di kota asal sehingga tidak bingung lagi. 

Secara garis besar, tiga hal itu perlu mendapat perhatian jika pulkam. Pengalaman pulkam saya ke daerah Pak Su, sempat ada pengalaman tidak menyenangkan terkait akomodasi. Bagi saya yang sangat prepare, hal itu menjadi pengalaman menyedihkan. Saat itu saya sudah rencana membeli tiket PP untuk transportasi. Tapi Pak Su merasa ia dibatasi waktunya pulkam.

Hasilnya, saya hanya memesan tiket berangkat dan tidak tahu lagi bagaimana nanti kita pulang. Waktu itu anak-anak masih kecil. Sampai di Jogja, Pak Su baru bingung mencari tiket pulang. Kesel kan? Ya jelas susah dapat. Hanya keajaiban membantu kita ketika mendapatkan travel ke Malang tapi dengan dioper ke travel lain waktu itu di sebuah terminal di Jawa Tengah. Sedang anak-anak masih mengantuk.

Dengan pengalaman itu, selain kesal dengan Pak Su karena memikirkan dirinya sendiri, sejak itu saya jadi planner perjalanan. Mungkin dia bisa saja begitu sendirian. Tapi jangan bawa keluarga kan. Sebagai planner perjalanan, saya pastikan tanggal mudik dan pulangnya dengan kesepakatan. Biasanya saya juga tak mau kelamaan pulkam karena biaya membengkak. 

Nah, kalau Pak Su merasa pulangnya kurang lama, saya sarankan pulang lebih dulu namun bersama pulang. Hal ini terjadi karena waktu itu untuk jadwal libur di kantor saya baru keluar mendekati hari H. Sedang jadwal kantor Pak Su berbeda. Dari hasil kompromi, maka Pak Su pulang lebih awal dan saya menyusul dengan anak-anak setelah Lebaran. Tapi pernah juga saya menyusul sendiri dan anak-anak sudah berangkat dengan ayahnya.

Mereka saya pesankan tiket kereta api ke  Jogja dan saya menyusul sore hari. Jadwal pulangnya juga saya atur berikut tiketnya. Dalam perkembangan waktu, saya dan anak-anak biasanya pada hari H pada sore hari baru ke Jogja. Sedang Pak Su mungkin sudah tig atau empat hari bahkan seminggu sudah pulkam. Sehingga ia lebih lama di rumah ibunya. Metode ini lebih enak dijalankan. Tapi kami ya sholat ied di wilayah masing-masing. Saya lebih suka sholat ied di Malang. 

Tapi pengalaman saya ini mungkin berbeda dengan keluarga lainnya. Yang kita jalani sekarang adalah hasil dari pengalaman-pengalaman sebelumnya agar tidak sampai terjadi hal menyenangkan. Tapi pada Idul Fitri tahun ini, saya dan anak-anak hanya di Malang. Pak Su sudah berangkat pulkam, Rabu (26/3/2025). Namun sifat tidak terencananya masih menyala. 

Seperti tidak mau segera memesan tiket pulang karena merasa dibatasi waktunya. Padahal yang membatasi waktunya adalah jadwal bekerjanya. Kalau versi saya, H-2 atau H-1 jadwal kerja, harusnya sudah sampai di kota asal agar bisa istirahat karena badan pasti capek. Lha saya naik kereta api Malang-Jogja saja, sampai di rumah mertua pasti sudah teler dan mengantuk.

Bagaimana jika ingin menginap di hotel? Boleh saja jika sudah ada kesepakatan. Biasanya jika sudah sepakat, pada hari ketiga sampai kelima bisa dipakai menginap di hotel. Masa menginap di hotel bisa jadi waktu menyenangkan buat anak-anak karena setahun sekali staycation. Tapi mungkin ada pandangan lain dari keluarga. Saya biasanya beralasan ingin merasakan jadi wisatawan, wkwk. Kan setahun sekali.

Berburu harga kamar di hotel juga perjuangan. Pokoknya anggaran harus ready agar sewaktu-waktu ada "war" di aplikasi bisa segera dieksekusi. Bagaimana cerita pulkam kalian? Sylvianita Widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Belum Sosialisasi E KTP, Pelaksanaan Molor