(Kaos) Candi Borobudur Kok Ditulis Jogjakarta?

Saya terkesan dengan percakapan penjual kaos di pasar suvenir di sekitar Candi Mendut, Kabupaten Magelang pekan lalu. Ceritanya dimulai saat saya membeli kaos untuk anak saya. Penjual itu menawarkan Rp 50.000 dapat tiga kaos. Menurut saya sih murah untuk kaos yang akan dipakai di rumah. Kalau dari bahannya memang beda dengan kaos katun yang menyerap keringat.

Jadi Kaos Kesayangan Jasmine
Sambil memilih-milih, saya tertarik pada gambar Candi Borobudur. Saya nyeletuk kok Candi Borobudur ada tulisan Jogjakarta ya? "Padahal borobudur kan di Kabupaten Magelang ya, Bu? tanya saya ke penjual kaos wanita itu. ia menjawab iya.

"Saya juga pernah sudah menyarankan untuk merubah. Kan bisa promosi Magelang atau ditulis Jawa Tengah," jawab ibu itu. "Trus....?," tanya saya. Ibu itu menjawab tidak ada perubahan.

"Ya tetap saja seperti ini," jawab dia. Saya sempat keceplosan bicara bahwa mungkin maksudnya masuk Provinsi Jogjakarta. "Oh..bukan, Bu. Magelang ikut Jawa Tengah," jelas ibu itu sambil memasukkan kaos pilihan saya ke tas plastik. Saya kemudian menjawab, Oh iya.

"Bener, ikut Jawa Tengah," kata saya. Ia menduga, jika dengan embel-embel Jogya, wisatawan lebih senang. Mungkin juga, pikir saya. Gara-gara percakapan itu, saya jadi ingat pengalaman saya. Dulu, saat sekolah, seingat saya, Candi Borobudur juga dibranding ada di Jogjakarta. Entah saya yang salah dengar atau gimana. Saat liburan sekolah menunggu jadwal masuk ke SMA, saya dan sepupu saya rekreasi ke Jogja. Saya memiliki sisa uang setelah membayar sekolah. Saat itu, kami naik bus malam dari Malang. Tujuannya ke Candi Borobudur di Jogja.

Kami sampai Jogja pagi. Mungkin jam 03.00 WIB. Bus malam itu berhenti di kantor bus itu. Saya lupa dimana. Setelah semua penumpang turun, kami masih diam di dalam bus. Sopir bus kemudian menanyakan ke kami akan ke mana. Saya menjawab, ingin ke Candi Borobudur. "Lo..itu di Magelang. Masih agak jauh dikitlah. Sekarang juga masih pagi. Masalahnya, bus ini hanya sampai Jogja," tutur sopir itu. Saya menjawab begini, lo candinya bukan di Jogja? Terus kami gimana, Pak? tanya saya.

Mungkin kasihan melihat kami, ia mencari solusi. Saya dan sepupu saya dicegatkan bus lain tapi masih satu perusahaan. Tujuan bus itu memang terakhir ke Terminal Magelang. "Iki tolongen digowo yo. Mereka ingin ke Borubudur, tapi pilih bus sampai Jogja," kata sopir itu ke temannya. Kami dilarang membayar lagi karena ingin menolong kami. Senang rasanya. Karena gelap, saya tidak tahu lewat mana. Akhirnya kami sampai ke Terminal Magelang menjelang subuh. Sopir memberitahu kami jika bus ke Borobudur berangkat pertama pukul 07.00 WIB.

Karena tidak tahu harus kemana, kami mencari kampung terdekat. Tujuannya ke mushola untuk sholat Subuh sekalian cuci muka dll. Menjelang pukul 06.00 WIB, kami berjalan ke terminal. Kami adalah penumpang pertama bus bernama Borobudur itu. Setelah cukup lama menunggu, bus berangkat. Kami memilih duduk dekat sopir agar bisa bertanya apa saja. Ia juga yang memberitahu naik bus apalagi jika kami ingin ke Jogja dan turun dimana. Waktu itu, kami ingin pulang ke Malang naik kereta api. Namun karena tidak tahu jadwalnya, kami gambling mendatangi Stasiun Tugu. Ternyata, jam berangkatnya malam.

Karena malas nunggu lama, kami memutuskan naik bus ke Malang. Namun setidaknya, di stasiun itu, kami bisa numpang mandi dan makan gudeg di mbok2 yang jualan di stasiun. Setelah membeli oleh-oleh, kami kemudian pulang ke Malang. Lumayan koplak pengalaman itu karena ternyata Candi Borobudur tidak di Jogja, ha...ha..ha. Nah, mungkin informasi di kaos-kaos seperti itu juga perlu dirubah untuk edukasi. Jangan-jangan masih ada yang menduga Borobudur ada di Jogja. Sementara banyak candi lain ada di Provinsi Jogjakarta. (sylvianita widyawati)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini