Aktifitas Wartawan Terekam Kamera Humas UMM
Beberapa waktu lalu saat puasa Ramadhan, saya dapat kiriman foto dari teman saya, Hanum dari RRI Malang. Ia mengirim foto saya yang terekam kamera humas UMM (Universitas Muhammadiyah Malang). Saat itu ada kegiatan wisuda dimana mantan narapidana teroris dimana Ali Fauzi menyelesaikan pendidikan S3-nya di UMM. Kagum saya pada beliau. Sebelum wisuda itu, saya sempat bertemu Pak Ali Fauzi di halaman gedung GKB IV UMM secara tidak sengaja.
Waktu itu saya dapat penugasan wawancara dengan mahasiswa UMM yang menjadi relawan posko tragedi Kanjuruhan. Ketika disana, saya melihat ada spanduk bahwa Pak Ali akan sidang terbuka disertasinya. Saya langsung izin wawancara ke staf humas UMM, Mbak Rina. Sebab moment itu amat sayang jika dilewatkan. Dan Pak Ali tidak keberatan diwawancarai. Saya bersama Hanum waktu itu.
Senang bisa wawancara dengan lepas. Saya kagum dengan semangat belajarnya sampai jenjang S3. Saat wisuda itu, dia juga membawa temannya, Umar Patek, yang juga mantan napiter Bom Bali yang baru bebas. Rambutnya sepertinya baru dicat. Dalam hati saya, ya Allah saya jumpa dengan Umar Patek. Saat kasus itu meledak, saya ingat sketsa gambarnya di koran Jawa Post waktu itu. Lha kok akhirnya bisa ketemu.
Rasa saya ini mungkin "wagu" atau aneh. Saya sebagai wartawan waktu itu ya memiliki rasa sebagai manusia akan tokoh yang melejit atas kasusnya. Seperti rasa itu muncul ketika saya harus liputan almarhum Bu Sumiarsih di LP Wanita Malang. Almarhum akhirnya dihukum mati atas kasus pembunuhan sebuah keluarga TNI AL yang heboh waktu itu. Saat itu saya mungkin masih SMA saat kasusnya meledak.
Saya juga membaca di koran-koran yang dilanggani almarhum ayah saya. Sampai suatu hari liputan almarhum Bu Sumiarsih menjelang eksekusi. Kalau ingat waktu itu, rasanya de javu. Nyari keluarganya di Malang, nyari pendetanya yang lokasi gerejanya masih katanya...katanya disini disitu. Awalnya ke gereja A di kawasan Kudusan Kota Malang.
Ketika saya menyampaikan tugas saya, malah ibu dalam halaman gereja itu menyatakan tidak mau langganan media saya. "Lo..saya tidak menawarkan langganan koran. Saya cari Pak pendeta buat liputan," jawab saya. Akhirnya ia mengerti maksud kedatangan saya. Pada akhirnya, saya bisa bertemu pendeta itu sampai suatu hari kemudian, almarhum dieksekusi mati dan dikuburkan di Malang. Bagi orang lain, mungkin hal seperti itu biasa ya atau ngapain diceritakan.
Tapi bagi saya, behind the scene (BTS) itu menarik. Apa yang dibaca pembaca dalam berita itu selalu ada BTS yang akan dikenang wartawan/penulisnya.
AIR MATA MENGALIR
Berikut berita wisuda Dr Ali Fauzi MPd I, eks napiter mengikuti wisuda di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan IPK 3,76 pada Selasa (21/2/2023) lalu di Dome UMM. Berita ini sudah tayang di suryamalang.com. Ia menyelesaikan kuliahnya di jenjang S3 Fakultas Ilmu Agama (FAI) UMM selama tiga tahun lima bulan. Di wisuda itu ia mewakili para wisudawan menyampaikan pidatonya.
Airmatanya mengalir tiba-tiba di podium saat ia menyampaikan permintaan maaf pada ulahnya dulu. "Saya minta maaf karena telah melakukan aksi terorisme dulu dan kemudian dihujat masyarakat. Di forum ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Mudah-mudahan ke depan tidak ada lagi bom lagi, penembakan polisi dan lainnya," kata Ali saat di podium.
Ia menyatakan, kampus UMM telah berhasil menjadikan mesin untuk mengubah sampah bernama Ali Fauzi. "Yang dulu jadi ulat, namun lewat tangan-tangan dingin dosen yang bijak, Ali Fauzi jadi kupu-kupu yang menggembirakan," jelas dia. Pada wartawan usai wisuda, ia mengatakan saat di podium memang ia sangat terharu.
"Saya menangis tadi. Gak papa kan ya?" tanyanya balik. Ia mengatakan sempat frustasi saat semester empat. Tapi berkat dorongan para promotornya, ia bisa menyelesaikan disertasinya yang berjudulâModerasi Beragama Bagi Para Eks Napiterâ. Ia menyatakan jatuh bangun sampai vertigo saking sulitnya menyusun disertasinya karena beberapa kali revisi.
"Lebih sulit dibanding merangkai bom," katanya. Ali Fauzi mengatakan ingin menjadi dokter bagi teroris untuk mengobati mereka-mereka yang masih punya pemikiran destruktif, pemikiran rusak. "Tentu itu tidak bisa saya dapatkan sendiri. Saya harus belajar dan berguru. Saya temukan di UMM yang memberikan ilmu-ilmu buat saya untuk mengobati eks napi teroris," jelas dia.
Sehingga pengalaman kuliah S3 selama 3 tahun 5 bulan di UMM terlihat ada progres eks teroris lewat sentuhan-sentuhannya. "Terbaru ada ada Bripda Nesti eks polwan yang ikut jaringan sekarang ikut saya. Ada juga Mas Eko eks polisi yang juga merapat, dan banyak lagi. Tentu ini secara kebetulan tetapi ada metode yang saya dapatkan di sini dan saya aplikasikan di sini, mengobati kawan-kawan," papar dia.
Dalam wisuda ini, selain membawa keluarganya, datang juga Umar Patek, eks napiter Bom Bali yang baru bebas dari lapas. "Pak Umar Patek pada awal Januari lalu bebas dan sekarang bersama saya. Mungkin beliau lebih fokus buka usaha," kata Ali. Dikatakan, karena latar belakangnya ia guru, maka ia tertarik meneruskan pendidikannya.
"Memang bikin disertasi sulit dan mudah bikin bom. Saya ini expert di pembuatan bom. Jabatan terakhir saya itu di Jamaah Islamiyah Jawa Timur sebagai kepala instruktur perakitan bom. Jadi saya ahli merakit satu kilo bahkan satu kontainer itu biasa. Bagi saya itu jauh lebih mudah daripada menulis jurnal, menyelesaikan desertasi. Karena sebuah tulisan itu tidak ada benernya," ceritanyanya tentang proses disertasinya.
Pernah datang ke promotor pertama tidak diterima, ke co-promotor katanya paragrafnya harus yang atas harus dipindah. "Saya kemudian komunikasi lagi, mereka (para dosen) memotivasi saya. Katanya, ini saja sudah separuh, Anda berani perang, perang dengan tulisan takut. Akhirnya saya berpikir, saya ini kombatan, saya prajurit dan kemudian berlanjut," jelasnya.
Keterharuannya di wisuda kali ini karena ia merasa masih masih dihargai orang lain. "Saya yang dulu dibuang dan dibenci ternyata saya masuk citivas akademi," papar dia. Umar Patek menyatakan apa yang dilakukan oleh Ali Fauzi dengan menempuh pendidikan tinggi memberi inspirasi. "Mungkin bisa jadi inspirasi bagi eks napiter lainnya," jawab Umar Patek pada suryamalang.com. Namun ia sendiri akan fokus berwirausaha dan memiliki anak.
Rektor UMM Dr Fauzan MPd mengatakan memang diwisuda kali ini istimewa. "Sejak awal sudah mendesain Islam moderat. Hari ini jadi moment bersejarah karena salah satu wisudawan adalah eks napiter yang taubat dan melanjutkan studi di UMM," kata Fauzan. Dimana Ali Fauzi menemukan sistem baru berupa mindset dalam kehidupannya terutama kehidupan beragamanya.
"Ia sudah menyesali apa yang dilakukannya dulu itu destruktif dan keluar dsri ajaran Islam. Saya terima kasih pada pada dosen-dosen yang memberikan pembelajaran dan perubahan mindset dari semula keras, anti kemanusiaan menjadi orang yang peduli pada kemanusian dan berjalan pada jalan yang benar saat ini," pungkasnya. Sylvianita Widyawati
Komentar
Posting Komentar