Selamat Lebaran 2025

Selamat Lebaran ! Hari kedua Lebaran, Selasa (1/4/2025) masih terasakan suasana Lebaran. Hari ini masih ada kunjungan silahturahmi dari sanak keluarga. Kalau di rumah saya tidak ada tamu dari keluarga, hehehe. Sebab semua masih ke ibu. Kalau ada tamu yang datang ke rumah, mereka adalah teman anak saya. Meski tak banyak tamu, tapi saya menyediakan kue-kue Lebaran ya menyenangkan juga. 

Tahun ini saya hanya bikin kue kering nastar dan kastangel. Kue lainnya membeli di toko. Selera membuat kue sendiri sudah menurun. Saya membuat kue antara lain buat balasan hantaran teman anak saya. Saya baru belanja bahan di toko kue pada Sabtu (29/3/2025). Saat toko bahan kue sudah sepi, saya malah mulai belanja, wkwkw. "Orang lain bersih-bersih rumah, kita malah baru bikin kue ya," kata saya pada si sulung yang menemani saya belanja.

Kami ketiga toko bahan kue karena di satu toko ada yang kurang. Dan akhirnya setelah menguras uang, kita baru membuatnya pada sore hari. Agar tidak terganggu masak buat buka, saya utamakan memasaknya. Setelah selesai, baru fokus membuat kue. Sesi pertama harus selesai sebelum buka. Lalu dilanjutkan sesi kedua setelah buka puasa. Fokusnya membuat nastar. Baru pada Minggu (30/4/2025), saya baru bikin kastangel. Saya baru bikin separuh. 

Karena sudah capek, pembuatan kastangel sisa bahan, mungkin dilanjut minggu ini kalau tidak malas. Nah, menjelang Lebaran, saya bikin sayur manisa atau labu. Masak kare ayam dan telur petis. Untung kompor baru saya ganti. Jadi dua tungku berfungsi semua. Masakpun jadi cepat. Saya dan anak-anak sholat ied di masjid dekat rumah. Setelah selesai, masakan itu saya bawa ke rumah ibu yang masih satu komplek. "Selak luwe, Mbak. Ayo nang omah ibu," kata adik bungsu saya yang membawa masakan saya.

DRAMA LONTONG
Begitu sampai di rumah ibu, saya tata di meja makan. "Wah...lontong ini dapatnya penuh drama," ceritaku pada iparku yang ikut menata di meja makan. Saya ceritakan bahwa saya sudah pesan lontong 20 buah ke penjual di Pasar Lesanpuro dan membayar lunas. Pas aku samperin pada Minggu pagi, si ibu penjual lupa dengan pesanan saya. Duh, mau kesel tapi gimana. Si ibu sudah tua. Dan saya tunjukkan buku pesanan lontong saya itu.

"Waduh. Mbahnya lupa, Mbak. Sampean harus bikin lagi Mbah buat mbak ini," kata penjual daging ayam dan sapi yang bedak jualannya dekat mbah penjual lontong. Ia menyarankan saya menulis alamat lengkap dan no HP saya. Pikiran saya sudah ambyar. Kalau tidak diantarkan sesuai janji, saya pasrah saja. Eh, ternyata sore hari, anak penjual lontong mengirimkan 20 lontong pesanan saya. Hmmmm lega deh. 

Bisa dibayangkan kalau tidak datang, pasti gak asik kan makan sayur manisa tanpa lontong. Makan pakai nasi juga gak seru. Apalagi ipar saya juga sudah pesan ke saya agar membawa lontong agak banyak buat makan bakso. Sarapan pagi pertama usai sholat ied adalah lontong sayur petis telur atau bakso. Meski di rumah sudah ada menu lengkap, habis unjung-unjung malah kelaparan. Kami ke kedai makan di JL Ijen. Di dalam sudah banyak pengunjung.

Ternyata belum resmi buka kedai itu. Kami disuruh  menunggu empat menit lagi untuk pesan. Begitu dibuka, wah..dapat nomer antrian 43. Tapi worth it lah menunggu. Makannya enak dan kami menghabiskan seluruh pesanan dengan lahap. Alasannya, kami belum makan nasi, wkwkwk. Padahal di rumah sudah makan lontong sayur atau bakso!!! Ini kelaparan atau kalap ya? Sylvianita Widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Belum Sosialisasi E KTP, Pelaksanaan Molor