Nostalgia Soto Ayam Sawahan di Surabaya
Saat liburan Hari Buruh, 1 Mei 2025 lalu, saya ke Surabaya bersama anak-anak. Tujuannya sebenarnya saya kangen naik kereta api. Saya memilih KA Jayabaya karena pas jadwal keberangkatannya dari Malang. Bisa berangkat santai pada siang hari. KA ini berangkat pukul 13.45 WIB dari Stasiun Malang. Karena sudah pesan jauh hari, saya sekalian pesan tiket pulangnya naik komuter ke Malang.
Yang tidak saya duga adalah adik saya juga sama-sama ke Surabaya. Itu saya ketahui dari anak-anak jika adik bungsu saya juga ke Surabaya. Saya tidak komunikasi langsung dengannya. "Bu, om masih di Masjid Akbar," kata anak anak saya. Jadi akhirnya nanti ketemuan di Tunjungan Plaza (TP). Disana kami jalan-jalan dan jajan. Tapi ia mengajak makan ke warung soto Sawahan. Saya mau saja.
Ia suka masakan disini. Juga nasi gorengnya. Lokasinya di area terminal lyn angkot E. Akhirnya kami semua makan disana. Ada yang pesan nasi soto, ada yang nasi goreng. Saya minta teh manis hangat. Entahlah, kondisi badan saya terasa gak enak saat itu. Padahal saat dari Malang sudah semangat berangkat. Rumah dinas almarhum bapak saya dulu di perumahan Telkom di Sawahan. Jadi sangat akrab dengan wilayah sana.
Dua adik saya sekolah sejak SD di Surabaya karena bapak dan ibu dimutasi bekerja di kantor Telkom Surabaya. Saya baru menyusul kuliah di Surabaya setelah lulus SMA di Malang. Adik saya yang kedua juga pindah menyusul ke Surabaya saat kelas dua SMA di swasta. Tapi karena bapak meninggal, ibu kembali ke Malang. Adik bungsu saya ikut ibu dan kuliah di Malang. Sedang kami bertiga bertahan di Surabaya karena masih kuliah dan kemudian bekerja. Ibu mengontrakkan kami rumah di Surabaya.
Surabaya memang mengesankan hati saya. Separuh hidup saya disana dan kini berlanjut di Malang. Karena itu saya kadang mengajak anak saya ke Surabaya buat berlibur dengan naik kereta api. Akhirnya saya pulang bareng mobil adik saya dari Surabaya. Saya skip rencana naik kereta api malam meski sudah memesab tiket pulang. Lumayan bisa irit waktu hingga 2,5 jam. Eh, besoknya saya malah teler dua hari.Sylvianita Widyawatifoto/sylvianita widyawati
Komentar
Posting Komentar