Gojeker

Saya dan dua anak saya konsumen gojek, sebuah aplikasi angkutan online. Kehadirannya sangat membantu anak-anak berangkat sekolah dan pekerjaan saya jika butuh waktu cepat. Anak-anak masuk sekolah jam 06.30 WIB. Jika naik angkutan kota bisa. Namun mungkin harus berangkat pagi sekali ke sekolah.

Minimal harus memberi waktu satu jam sebelum jam masuk. Karena tidak ada yang mengantar pagi, saya memutuskan agar anak saya memakai gojek. Sehingga bisa berangkat pukul 06.00 WIB. Jadi, berangkat tidak dalam kondisi buru-buru. Kalau begini, berangkat sekolah juga tidak spaneng. Kloter pertama, si mbarep berangkat.

Dengan aplikasi di HP nya, ia biasanya transaksi sendiri. Dengan go pay, juga lebih murah. Saking seringnya, ia jadi hafal  driver yang mengantar. Kadang driver yang pernah mengantar kakaknya, pernah juga mengantar adiknya. Anak saya nomer dua juga memakai jasa gojek jika ke sekolah. Setiap hari Rp 3000 untuk berangkat sekolah.

Ke lokasi sekolahnya memang ada ojek konvensional. Namun biayanya jadi lebih mahal. Selain itu, ia masih harus jalan kaki dulu keluar perumahan. Kemudian naik angkot dan berganti ojek di ujung gang sekolahnya. Yang jelas, waktunya jadi lebih lama. Kalau pakai jasa gojek, kira-kira kurang dari 10 menit sudah sampai di sekolahnya.

Ia juga bisa santai dulu sebelum memulai pelajaran. Jika berangkat sekolah nyaman bergojek, pulangnya anak-anak lebih santai. Yang sekolah dekat rumah sering jalan kaki bareng temannya. Tapi kalau tidak ada temannya, ia pilih pesan gojek. Sedang kakaknya, pulangnya juga naik angkutan umum yaitu bus sekolah dan angkot.

Baru kalau sudah terlalu sore karena ada eskul, saya minta naik gojek biar cepat sampai rumah. Ya..ini bukan endorse tapi memang sebuah kenyataan. Setiap hari seperti itu. Makanya, saat ada demo lalu terkait angkutan konvensional vs online, sebagai konsumen, saya juga sedih. Bayangkan, angkot dan taksi tidak berani operasi. Begitu juga gojek.

Jalan agak sepi. Ke depan, semoga pilihan-pilihan angkutan ini saling berkembang. Karena saya yakin masyarakat membutuhkan. Mungkin perlu inovasi-inovasi. Seperti ojek konvensional juga bisa bersaing dengan online jika ada patokan harga per km. Sehingga masyarakat ketika naik bisa menghitung ongkos yang dikeluarkan.

Taksi sebenarnya juga bisa gitu. Bisa menambah aplikasi seperti halnya angkutan online. Misalkan tujuan A ke B keluar angkanya atau bagaimana. Sehingga masyarakat bisa mengukur pengeluarannya. Jika sekarang kan hanya perkiraan biaya.

Beberapa kali saya coba naik angkutan online juga nyaman. Karena dari rumah, saya sudah tahu mengeluarkan uang berapa untuk ke satu tujuan. Atau kenapa tidak membuat aplikasi taksi Malang ya? Jadi semua operator bisa bersatu. Konsumen tinggal memilih armada apa. Selain itu bisa mengetahui posisi taksinya dimana. Hayoo...siapa yang mau buat? Sylvianita widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini