Kuliner Mie Bangladesh, Rasanya Gimana Ya?

Semalam, Rabu (19/2/2025) ada keperluan ke toko Benang Raja di Jl Raya Langsep Malang. Yang jelas sasaran pembelian ada daster, hehehe. Daster buat anak-anak, buat saya juga celana batik buat di rumah. Waktu itu sudah jam 20.00 WIB. Saya jakan berdua saja dengan si bungsu. "Ayo, Ma kita kemana lagi?" tanya saya ke Rachma. Selama di toko itu, Rachma menguap saja. Mungkin karena dingin di dalam toko. 

"Apa Ibu tidak lapar?" tanyanya. Aku jawab ya lapar sih. Makanya aku tanya mau kemana lagi. Akhirnya kami ke kedai makanan Mie Bangladesh dekat toko Benang Raja. Cara memesannya, kami ke kasir dan diberi pilihan menu. Kami memesan Mie Bangladesh. Awalnya mau memesan sendiri-sendiri. Ternyata ada porsi jumbo plus puding telur Rp 35 ribu. "Mending kita beli ini saja daripada nanti gak kemakan," kata saya. 

Apalagi ini pertama kalinya kami mencoba Mie Bangladesh. Kalau misalkan gak cocok, masalah juga kan. Sayang juga uangnya. Selain mie, kami hanya pesan teh. Setelah menunggu beberapa lama, mie pesanan kami datang. Saya pakai garpu, Rachma pakai sumpit. Ya inilah menu makan bersama. Ya lumayanlah buat pengganjal perut. Mienya seperti mie instant tapi diolah lagi. Ada bawang gorengnya juga dan diberi kuah. Kalau orang Jawa bilang mie "nyemek-nyemek" atau berkuah sedikit.

Nah, puding telurnya itu adalah dua telur yang dimasak setengah matang. Saya suka telur model begitu jika makan mie goreng di rumah. Buat pengganjal perut okelah. Sambil menghabiskan mie itu, saya pesan gocar buat pulang. "Aman, masih 4 menit lagi," kata saya pada Rachma. Ia lalu menghabiskan sisa mie itu. Lewat grup, saya memberitahu dua anak saya soal Mie Bangladesh itu. Awalnya mau nitip pesan makanan, tapi Rachma bilang ke kakaknya, bikin sendiri saja di rumah.

Benar, ternyata saat sampai rumah, si sulung sudah bikin mie instant Mie Aceh. "Wis nggae dewe, Bu," kata Shasa. Setelah itu, obrolan berlanjut di kamar depan sambil membagikan daster dan celana pendek buat anak-anak yang bisa dipakai di rumah. "Wah..yang ini gue banget dasternya. Daster ibu, mana?" tanya si sulung. Lalu saya tunjukkan daster saya yang berwarna cokelat. Saya sebenarnya juga sudah pesan tiga daster batik di shopee. Karena setelah pensiun, saya kan selalu di rumah dengan baju dinas daster. Sylvianita Widyawati


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Belum Sosialisasi E KTP, Pelaksanaan Molor

Perak Ngajum Capai Selandia Baru