Rekonstruksi Pekerjaan di Uji Kompetensi Wartawan (UKW)

Habis ujian dua hari, legaaa...
Sampai juga akhirnya bisa mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW). Kebetulan sedang diadakan di Malang dan menjadi peserta di angkatan  IV PWI Jawa Timur.

Kegiatan dipusatkan di IKIP Budi Utomo Malang pada 14-15 Juni 2013. Sebelum pada hari -H-nya, aku sempat agak grogi karena masih awam. Alhamdullilah, pada hari H justru tenang.

Sebab ada kegiatan pra UKW dulu. Para pematerinya dari PWI pusat. Mereka adalah penguji kita nantinya. Di UKW ada tiga kelas yaitu muda, madya dan utama.

Kegiatan rapat di kantorku

Di acara itu, saya bertemu dengan teman-teman wartawan se Malang Raya. Di kegiatan pra UKW,  kita banyak mendapat masukan soal materi-materi yang akan diujikan. Semuanya mengenai pekerjaan kita sehari-hari.

"UKW ini adalah rekonstruksi pekerjaan kita," kata penguji. Kalau memang kita sehari-hari sudah melaksanakan itu, maka tidak akan sulit merekonstruksikan hal itu.

Misalkan membuat berita, mengadakan melakukan kegiatan wawancara, menyampaikan ide berita, membuat usulan rubrik dll.

Pra UKW berakhir pada Jumat sore. Setelah itu, kita langsung dibagi per kelas. Untuk kelas muda ada lima kelas. Kemudian dua kelas madya dan satu kelas utama. Untuk kelas muda, ada sembilan materi uji. Hari pertama, kita langsung diberi tiga materi uji dan berakhir sampai pukul 20.30 WIB.

Hari kedua, Sabtu, ada enam materi uji yang bisa diselesaikan sampai sore hari. Terus terang, pada hari pertama masih agak panik. Langsung materi uji rapat redaksi. Teknisnya, ada tim dari kelas madya yang mendatangi kelas muda. Mereka mengadakan rapat mengenai rencana-rencana mengisi halaman dengan berbagai topik.

Dari usulan itu, kelas muda harus menanggapi. Saat memberikan tanggapan itu, semuanya dinilai oleh tim penguji. Penilaian diberikan pada saat itu juga. Peserta juga harus tanda tangan untuk menyetujui atau tidak dengan nilai yang diberikan penguji. Ho..ho..Tapi pada hari kedua ujian, semua peserta merasa lebih rileks menjalaninya.
Saat liputan pilwali Malang di rumah calon, Bu Yayuk
Aku sendiri juga merasa begitu. Dah, mengalir saja. Kalau dipikirin malah penat sendiri, he..he. Tapi memang hari pertama terasa berat karena kita sudah merasa lelah. Ini karena acaranya sejak pagi sampai malam hari.

Usai itu, aku pulang ke rumah. Rasanya ngantuk dan capek banget. Namun pekerjaan rumah menumpuk. Setelah menyelesaikan itu, saya mulai membuka buku panduan UKW.

Tujuannya biar mengerti apa yang harus aku jalani besok. Alih-alih belajar, eh..malah ketiduran pas membaca buku itu, he.he.

Akhirnya, perjalanan ke kampus IKIP Budi Utomo keesokan harinya aku pakai untuk membuka-buka buku. Oh ya, hari kedua dibuka dengan uji materi membangun jejaring. Kita harus menyetorkan 20 nama dan telepon narasumber ke penguji.

Dari 20 nama itu, penguji yang memilih siapa-siapa yang harus kami hubungi. Aku disuruh menghubungi Bupati Malang, Rendra Kresna. Dua kali aku menelponnya. Namun tidak diangkat. Hopeless deh, Aku sendiri tidak tahu kegiatan pak bupati kemana.

Karena beliau baru pulang dari luar negeri. Sebagai gantinya, saya menelpon ketua DPRD Kabupaten Malang. Pak Hari Sasongko dan seorang kepala dinas. Setelah menyelesaikan tugas itu, tak dinyana saya ditelpon balik oleh Pak Rendra.

Ternyata Pak Rendra sedang mandi saat aku telpon, he..he. "Pas kamu nelpon, aku mandi," jelas Pak Rendra. Aku bilang tadi menelpon dan gagal. Sehingga nilaiku mungkin agak berkurang. Setidaknya, dari telpon itu, penguji tahu bahwa nomer HP-ku dikenali bupati. Penguji juga sempat bertanya-tanya ke bupati tentang aku lewat HP-ku. Ujian jejaring ini seru juga.

Uji lainnya hari kedua yaitu merancang rubrik dari hasil rapat redaksi, wawancara terjadwal, wawancara cegat/door stop, membuat berita dan menyunting berita. Aku sendiri merasa dengan pemberian ujian itu menjadi masukan bagi kerjaanku. sylvianita widyawati

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini