Postingan

Menampilkan postingan dengan label UB

Inilah Aplikasi Mengetahui Keberadaan Angkot di Malang

Gambar
Pengalaman menunggu  angkot  lama membuat Ismail Abdul aziz (19), mahasiswa Jurusan Desain Grafis Program Vokasi Universitas Brawijaya (UB) Malang jadi mendapat inspirasi membuat prototipe  aplikasi  mengetahui keberadaan  angkot . Saat itu, mahasiswa semester lima ini masih duduk di bangku SMPN 18 Malang periode 2009-2010. "Waktu itu lama banget kalau nunggu  angkot  TSG. Nunggu bisa satu jam. Kadang akhirnya malah jalan kaki karena nggak jelas kapan  angkotnya  datang," cerita alumnus MAN 1 Malang ini kepada SURYAMALANG.COM  di sela pameran jurusan ini di Gedung Kebudayaan UB, Kamis (14/1/2016). Ismail Abdul Aziz, pembuat aplikasi Menurutnya, dengan  aplikasi  Way Lay, maka bisa mengetahui keberadaan  angkot  yang kita ingin saat kita di satu posisi. Way lay sendiri artinya saat enak-enak jalan ditanyai. Untuk itu, ia memakai ponsel android. "Ini masih prototipe. Jadi belum bisa diaplikasi masyarakat misalka...

Pendidikan Masih Terlelap Pembelajaran Klasik

Gambar
Suasana seminar di gedung Widyaloka UB Guru kini hanya sebagai fasilitator. Bukan sebagai satu-satunya sumber ilmu. Sehingga bisa mengarahkan siswa mencari sumber lain dengan memanfaatkan internet. Hal itu disampaikan oleh Dr Sugeng Riyanto MSc, Wakil Direktur Pembelajaraan Jarak Jauh (PJJ) Universitas Brawijaya (UB) Malang dalam seminar "Pembelajaran Abad 21", Selasa (8/3/2016)" di gedung Widyaloka. Namun untuk itu, guru harus tetap memberikan pengarahan agar siswa mendapatkan informasi yang benar.  Sehingga tidak melakukan pencarian ke situs-situs yang tidak sesuai.  Dalam pembelajaran abad 21, belajar sudah tidak hanya pensil, buku, tapi memanfaatkan smartphone, notepad sebagai pengganti. "Kita masih lelap dengan pembelajaran klasik. Pensil, pen dan buku. Belum dibiasakan belajar secara terbuka," kata dia.  Sehingga sepertinya ada takut. "Dengan media terbuka lewat gadget, internet. Bisa belajar di ruang tanpa batas. Bahkan sambil sho...

Erwin, Pelukis HP Android Raup Rp 4 Juta Per Bulan

Gambar
Saya mengenal  Erwin Saputra (22), mahasiswa seni rupa, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) bermula dari chatting di WA. Ia mendaatkan no HP saya dari kakak kelasnya. Akhirnya kita bertemu di kantor Harian Surya di Malang. Saya melihatnya sebagai anak muda yang bersemangat.  Ia menuturkan mengenai kemampuannya membuat lukisan dengan memanfaatkan aplikasi yang ada di HP Androidnya. Hasilnya, ia   meraup Rp 4 juta per bulan. Hasilnya nggak kalah dengan gaji saya sebulan, he..he.  Order membuat lukisan didapat dari media sosial instagram. Ia rajin mengunggah hasilnya. Sehingga ia dapat pemesanan sampai luar negeri. Seperti Amerika Serikat, Abu Dhabi, Malaysia dan Thailand.  Erwin dengan karyanya ketika berkunjung ke Harian Surya di Malang "Awalnya pada 2015, ada mata kuliah seni gambar. Saya gak sabaran mengerjakan itu karena modelnya berpola. Akhirnya saya mencoba lewat HP," kata Erwin kepada  SURYAMALANG.COM , Kamis (18/2/2016). Da...

Berkebun Cukup Memakai Aeroponic

Gambar
Saat itu, di gedung Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Malang sedang ada kegiatan rangkaian Dies Natalis ke 53. Ada beragam acara. Namun saya tertarik dengan sebuah pameran di lantai bawah. Konsep bertanamnya bisa dicontoh masyarakat perkotaan. Miftahul Iksan, mahasiswa Teknik Lingkungan membuat alternatif berkebun buat masyarakat perkotaan. Namanya Aeroponic. Ia menyelesaikan prototipe berkebun dengan media air. "Tanpa media tanah, masyarakat masih bisa berkebun buat yang hobi menanam," kata mahasiswa angkatan 2012 ini kepada SURYAMALANG.COM  saat pameran di Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) pada 12 Februri 2016 lalu. Miftahul dengan prototipe Aeroponic-nya Di prototipe itu, Ikhsan membuat aquarium kaca berukuran sekitar 120 cm dengan tinggi 60 cm. Di atasnya diberi foam yang dilubangi dan net pot (pot plastik) kecil untuk bertanam. Akar-akar sayur menjulur ke dalam aquarium. Pada akarnya diberi rockwool, sejenis busa untuk menyimpan nutr...

Ovik Ingin Advokasi Penyandang Tuna Rungu

Gambar
Saya tertarik mewawancarai mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya (UB) ketika ada informasi mengenainya. Awalnya saya tidak tahu namanya. Karena hnya disebutkan dia sebagai Miss Tuna Rungu Indonesia. Saya kemudian ingat Joko, mahasiswa Pertanian. Dia relawan di PSLD UB. Saya kemudian meminta bantuan agar ia mencarikan nomer HP-nya. "Namanya Ovik, Mbak," jelas Joko dalam percakapan lewat WA. Setelah mendapatkan no HP-nya, saya janjian bertemu. Saya juga berusaha mencari data dulu mengenai dia. Wajahnya manis dan cerdas. Terima kasih sudah dibantu oleh Rafida, asisten dosen Psikologi. Mbak Rafida ternyata pernah membantu saya menjadi penterjemah ketika saya mewawancara Laura. Ia mahasiswa Indonesia yang kuliah di Hongkong. Ia membuat kamus untuk tuna rungu. Berita ini sudah dimuat di Harian Surya dan versi online. Sekarang saya share di blog saya, Semoga berkenan. Oktaviany Wulansari Oktaviany Wulansari (23) tertarik mengadvokasi teman-temannya yang tuna run...