Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Angkot Mogok Naik "Ojek" Sekuriti

Saya termasuk warga yang sangat memanfaatkan angkutan kota (angkot) di Kota Malang. Jadi ketika ada demo angkot karena gerah kehadiran angkutan umum online, dampaknya ya terasa, Senin (20/2/2017). Karena sudah mendengar ada info demo, saya memberitahukan anak saya yang akan sekolah pagi. Ia memutuskan minta antar omnya untuk ke sekolah..Nah..giliran saya berangkat kerja, malah pas seluruh angkot mogok. Awalnya masih yakin dapat angkot karena karena ketika mampir ke rumah ibu, masih ada yang lewat. Eh, setelah itu nunggu lama gak ada yang lewat sama sekali. Akhirnya saya hubungi taksi. Operator hanya bilang armada tidak ada. "Kami.khawatir nanti dihentikan oleh angkot. Nanti malah ibu diturunkan di tengah jalan," alasannya. Nunggu pak bentor langganan juga masih repot. Akhirnya ibu saya menyarankan minta tolong sekuriti perumahan. Untung dia mau nganter. Ya wuzzz wer pokoknya. Gak sampai 10 menit sudah sampai kantor. Akhirnya bisa ikut rapat di kantor. Angkot memang se

Ke Makam Sunan Ampel Surabaya

Gambar
Jalan menuju makam dan masjid Sunan Ampel Surabaya Kami sampai di Surabaya menjelang magrib, Minggu (12/2/2017). Tujuan terakhirnya adalah makam Sunan Ampel. Lokasi parkirnya cukup jauh. Sehingga harus berjalan sekitar 1,5 km.   Tantangannya adalah hujan dan arus kendaraan yang padat di Surabaya. Rasanya sumpek gitu. Berbeda saat di Madura yang relatif sepi. Saya melewati kampung-kampung di sekitar Ampel yang berjualan aneka produk. Mulai busana muslin sampai kurma. Setelah berkumpul semua, kami langsung menuju makam Sunan Ampel. Meski hujan, banyak sekali penziarah ke sana dan berdoa. Untuk ke areal makam harus melepas sandal. Setelah selesai, kami berjalan kaki lagi ke arah parkir bus.  Semua melewati jalan yang sama. Namun saya sempat membeli makan malam dengan dibungkus untuk di makan di bus. Oh ya...tempat parkis bus kotor sekali. Banyak sampah dari bus dibuang di sana. Karena hujan, tidak ada pembersihan. Selanjutnya, perjalanan ke Malang. Saya kira semua tertidu

Pasar Tumpah di Camplong Sampang

Gambar
Suasana pasar tumpah Camplong, Sampang  Jalan raya Camplong Kabupaten Sampang pasti dilewati ketika kita akan atau ke Madura. Jalannya tidak terlalu luas. Yang bikin agak macet ketika melewati pasar tumpah yang berjualan ikan. Ketika perjalanan pulang ke Surabaya, Minggu (12/2/2017) saya merasakan itu. Namun karena di atas bus, ya nothing to do. Akhirnya memilih menikmati pemandangannya dari atas bus. Terlihat ikannya masih segar semua.  Pembawanya adalah kaum perempuan. Mereka memasukkan di dalam bak hitam. Setelah itu berjualan di pinggir jalan. Selain ikan juga ada cumi. Terlihat segar sekali. Andai menggunakan kendaraan sendiri, mungkin asik juga belanja di sana. Sylvianita widyawati

Mengunjungi Api Tak Kunjung Padam Pamekasan

Gambar
Suasana di objek wisata api tak kunjung padam Perjalanan diteruskan ke wisata api rak kunjung padam di Kabupaten  Pamekasan, Minggu (12/2/2017) sore. Jalan menuju ke lokasi itu sudah bagus. Sepertinya baru diaspal mulus. Namun di lokasi parkis bus masih tanah biasa.  Karena belum sholat, kami ke mushola terdekat. Saat itulah mulai turun hujan. Untung tak sampai 15 menit hujan reda. Kami kemudian langsung ke lokasi. Saya melihat ada pagar melingkar dan di sekitarnya ada beberapa api menyala.  Padahal habis hujan. Dampaknya ada kubangan-kubangan air dekat api. Di sekitar lokasi ada pasar oleh-oleh dan penjual jagung. Harga per biji Rp 3000. Beberapa anggota rombongan berburu oleh-oleh. Aneh, saya sama sekali tidak tertarik membeli. Mungkin karena oleh-oleh yang ada di Madura serupa semua. Rahma saya tawari membuat jagung bakar.  Ada yang mencoba membakar jagung di api abadi Namun dia tidak mau. Saya sendiri kurang sreg tempatnya. Apalagi jika membakar jagung dekat ku

Ke Makam Jaka Tarub di Pamekasan

Perjalanan dari Kalianget Sumenep berlanjut ke Kabupaten Pamekasan, Minggu (12/2/2017). Saya pikir ke wisata api tak kunjung padam. Ternyata ke makam Jaka Tarub. Saya sempat ragu mau turun. Badan rasanya sudah pegel semua. Tapi saya kepo sekali. Untuk mencapai kesana, kami harus berjalan kaki. Tidak jauh kok. Jalannya sudah dipaving. Kami kemudian bertemu dengan juru kunci. Saya lihat, tak ada rumah warga penduduk yang lain. Di lingkungan itu setidaknya ada dua rumah dan semua mushola. Untuk ke makam Jaka Tarub, kami berjalan kaki lagi. Ke areal makam, sandal harus dilepas. Di sana juga sudah berpaving dan berkeramik. Di tempat itu, kami mendapat penjelasan tentang Jaka Tarub. Ingat kan? Cerita Jaka Tarub yang menyembunyikan selendang Nawang Wulan. Nawang Wulan kemudian tidak bisa kembali ke khayangan. Mereka akhirnya punya anak. Nah, di sana ada kuburan Jak Tarub, istrinya dan anaknya. Juga ada ayah Jaka Tarub. Beberapa makam juga ada disana. Beberapa saat disana, hujan turun

Taman Sare Sumenep

Gambar
Suasana di Taman Sare Sumenep Taman Sare adalah bagian yang saya kunjungi di areal museum kraton Sumenep, Minggu (12/2/2017). Ada pintu gerbang bertuliskan Taman Sare. Guide mengajak kami masuk. Di sana kami melihat kolam besar dan ada tangganya. Warna cat kolamnya biru. Airnya tidak penuh. Saya melihat ikan-ikan besar. Ada seperti lele besar, ikan lohan dan ikan hitam yang besar sekali. Menurut guide itu, ikan hias warna hitam besar adalah khas dari pantai di Sumenep. Saya lupa pantai apa. Mungkin Pantai Slopeng. Airnya terlihat jernih. Namun dibawah kolam banyak kotoran ikan. " Silahkan kalah kamu cuci muka atau membasuh kaki. Hati-hati ya.... Soalnya lunyu..licin," kata dia lewat pengeras suara. Untuk ke kolam,ada dua pintu masuk. Masing-masing pintu ada tujuannya.  Ada yang ingin jabatan, ada pintu yang ingin lebih dekat dengan Allah. Saya pilih pintu terakhir karena paling sepi. Semua menuju ke pintu pertama. Senang sekali melihat ikan-ikan itu. Menurut

Wisata ke Talango Sumenep

Gambar
Sampai di Kecamatan Talango, Kab Sumenep Setelah kunjungan ke museum kraton Sumenep, kami menuju ke Talango,Minggu siang (12/2/2017).  Talango adalah nama kecamatan. Sedang tujuan kami ke Pulau Poteran. Pulau itu berada di seberang pelabuhan Kalianget.  Wah..saat kesini, terik banget. Apalagi lokasi parkir busnya agak jauh. Yuhuu...kami pun jalan kaki ke pelabuhan. Petugas menyambut kami dengan menyuruh langsung masuk ke kapal. "Perwakilan panitia saja yang membayar nanti," tutur petugas karcis. Kami kemudian masuk ke dalam kapal. Rahma minta duduk di atas dimana ada tempat duduk penumpang. Rahma senang sekali naik kapal itu. Ia menanyakan apakah pulaunya jauh. Saya jawab nggak. "Itu pulaunya kelihatan, " jawab saya. Ternyata perjalannya tidak lama. Sepertinya hanya 10 menit. "Duh..belum sempat tidur sudah sampai," komentarku. Kami disambut tulisan Selamat Datang di Kecamatan Talango. Tujuan kami adalah ke makam Sayyid Yusuf. Untuk kesana bisa

Ke Museum Kraton Sumenep

Gambar
Al Quran berusia ratusan tahun koleksi museum kraton Sumenep Ini kunjungan kedua saya di museum kraton Sumenep, Minggu (12/2/2017). Meski sudah pernah, saya nikmati saja. Apalagi Rahma belum pernah ke sana. Yang ia amati pertama ternyata tarif tiketnya. "Ternyata murah ya bu masuk ke museum," ujar Rahma. Ada guide yang menyambut kami. "Ayo rombongan dari Malang masuk. Saya akan menjelaskannya," tutur guide.  Setiap benda ada keterangannya. Sehingga memudahkan pengunjung untuk memgetahui informasinya. Dari banyak benda, saya tertarik dengan lemari setinggi lima meter yang dulu jadi tempat menyimpan tombak. Wah...panjang banget. Sampai menyentuh atap museum. Sylvianita widyawati

Mengunjungi Asta Tinggi Sumenep

Gambar
Di salah satu bagian di Asta Tinggi Selamat pagi, Sumenep!!! Perjalanan pertama di Sumenep, Minggu (12/2/2017) adalah ke Asta Tinggi. Dari masjid jamik, sepertinya tidak jauh. Kami berangkat pukul 06.00 WIB. Obyek wisata ritual ini masih sepi meski sudah ada rombongan lain datang. Ini adalah komplek makam raja Sumenep. Kami kemudian diterima di tempat mirip pendopo. Kami mendapat cerita mengenai Asta Tinggi. Bapak itu menjelaskan titik-titik yang harus dikunjungi. Suasana sekitar Asta Tinggi Rahma, anak bungsu saya mulai terbiasa mengunjungi makan-makam. "Aku pikir menakutkan," tutur Rahma. Nggak kok jawab saya. Saat di sini, sempat turun hujan juga. Wah..sempat khawatir juga kalau seharian ini akan hujan. Ternyata nggak lama kemudian terang. Dampaknya hawanya sejuk. Usai di makam, masih ada sarapan pagi. Saya memutuskan menyimpan buat makan siang. Siapa tahu tidak sempat membeli. Perjalanan dilanjutkan ke museum kraton Sumenep. Lets go...!! Sylvianita wi

Tidur di Masjid Jamik Sumenep

Gambar
Tampak depan Masjid Jamik Sumenep Saya baru pertama kali ini mengunjungi masjid Jamik Kabupaten Sumenep, Sabtu malam (11/2/2017). Awalnya saya berencana menginap di hotel. Namun karena melihat skedulnya padat, saya pasrah saja dengan jadwal rombongan. Kami sampai pukul 23.30 WIB.  Di masjid sebenarnya ada tempat untuk menginap. Namun sedang penuh dengan rombongan lain. Jadi kami menginap di tempat sholat wanita. Menginap di masjid, ya baru ini. Awalnya gimana gitu. Saya hanya khawatir tidak bisa mandi karena saya tidak tahan dingin. Namun melihat kamar mandinya bersih karena habis renovasi,saya jadi lupa diri. Saya cepat-cepat mandi biar segar. Begitu juga dengan Rahma, anak bungsu saya. Setelah itu, saya sholat dan ingin tidur. Apa daya, perut lapar. Saya dll pergi ke depan masjid. Gerimis mulai turun. Kami hanya makan bakso dan minum air teh hangat. Setelah itu kembali ke masjid. Saat itu sudah dini hari, Minggu (12/2/2017). Lelah sekali.. Menu sarapan pagi di depan M

Mengunjung Aer Mata Bangkalan

Gambar
Sehabis mengunjungi makam dan masjid Syaichona Kholil, kami bergerak ke Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan, Madura. Perjalanan tidak terlalu lama. Akhirnya kami sampai ke makam Aer Mata. Sebelum turun di bus, kami sudah diberitahu jika banyak pengemis. Pintu masuk makam Aer Mata di Bangkalan Dari dalam bus, saya bisa sejumlah pengemia sudah siaga.  Oh ya, makam Aer Mata agak naik. Jadi kami harus melewati sejumlah tangga. Nah...di ujung tangga itu ada banyak pengemis. Mereka adalah perempuan dan anak-anak. Rasanya paling menegangkan ya saat lewat barikade mereka. Kami mendapat informasi jika diberi satu, maka semua akan minta. Karena ada yang memaksa, sampai ada insiden seorang anggota rombongan saya menyenggol wadah sate. Maka ramailah suasana. Penjual minta ganti rugi. Karena tidak ingin ribut, ganti rugi diberikan namun ia tidak mau membawa sate ayam itu. Itu terjadi ketika rombongan saya akan turun dari makam. Kami di sana tak lama. Mungkin tak sampai 30 m

Perjalanan ke Madura

Gambar
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Madura, Sabtu (11/2/2017) siang, kami mampir ke sebuah pondok pesantren di Surabaya. Tujuannya untuk sholat dhuhur. Sepanjang tinggal di Surabaya, baru pertama kali ini saya datang ke tempat ini. Melintasi jembatan Suramadu Masjidnya sangat besar. Kami sholat berjamaah. Cuaca Surabaya saat itu cukup enak setelah turun hujan.  Setelah beberapa saat disana, kami meneruskan perjalanan ke Pulau Madura. Ini perjalanan ke sekian kali saya ke Madura.  Masjid Syaichona Cholil di Bangkalan, Madura Terakhir saya wisata ke pulau ini pada Desember 2010 saat cuti kerja. Jadi ya sudah cukup lama juga.  Pasti banyak perubahan di sana. Sementara bagi Rahma, si bungsu, ini pertama kalinya. Ia ingin tahu Madura yang hanya dilihatnya di peta. Selain itu, ia juga ingin tahu jembatan Suramadu. Dengan melewati jembatan ini, perjalanan ke Madura memang jadi cepat. Setelah bus mengisi BBM, kami melanjukan perjalanan ke Bangkalan. Dua titik kami kunj

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Gambar
Papan informasi mengenai makam Troloyo Sabtu (11/2/2017) saya dan rombongam mengunjungi komplek makam Troloyo di Kabupaten Mojokerto. Ini merupakan tujuan pertama rombongan saya. Dari Kota Malang kira-kira perlu waktu dua jam. Di dalam bus, kami mendapat penjelasan dari pembimbing rombongan mengenai makam itu. Karena sudah tertidur dalam perjalanan Malang-Mojokerto, saat sampai disana sudah lumayan melek. Jadi, saya merasa menikmati perjalanan itu. Oh ya, sebelum sampai makam, saya melihat kolam besar. Namanya sumber sendang. Katanya dulu itu tempat mandinya orang istana Majapahit. Sekarang tentu tidak dimanfaatkan lagi. Saya lihat dari atas bus, luas sekali. Ada beberapa pemancing disana. Padahal informasinya tidak boleh untuk pemancingan. Konon disana banyak piring dari bahan perak yang dibuang di kolam itu. Tak lama kemudian, kami sampai di Troloyo. Bus parkir sekitar 400 meter dari makam. Di parkiran, banyak pengojek menyambut wisatawan. Tarifnya Rp 3000. Satu moto

Menjadi Wartawan (3)

Gambar
Menjadi wartawan itu harus banyak ide. Tapi kadang pernah juga ide buntu. Manusiawi sekali. Karena setiap hari selalu memproduksi berita bersumber dari ide. Jadi ada baiknya juga punya teman yang bisa diajak bicara mengenai itu. Bersama teman-teman di lapangan Saya yakin, setiap teman wartawan pasti juga punya teman dekat. Begitu juga dengan saya. Teman saya juga dari media lain yang biasanya posnya linier. Sesungguhnya, pertemanan wartawan juga complicated. Di satu sisi kami adalah mahluk sosial. Di satu sisi kami sesungguhnya adalah kompetitor. Ya..gimana caranya menyeimbangkan sendiri. Sehingga keduanya bisa berjalan. Karena dari teman-teman juga mengalir informasi. Selanjutnya, kompetisinya adalah bagaimana menggarap info itu. Karena masing masing media memiliki perspektif sendiri dari informasi itu. Pandangan saya itu sih..sylvianita widyawati

Menjadi Wartawan (2)

Gambar
Setelah menjadi wartawan, ternyata dunianya penuh warna warni. Banyak pelajaran justru saya dapatkan di lapangan. Narasumber beragam karakter dan ilmu. Teman-teman di lapangan juga beragam. Selalu ada yang datang dan pergi. Pergi karena menekuni pekerjaan baru. Yang baru kemudian datang. Begitu juga teman saya. Sebagian besar masih jomblo. Hidupnya hanya memikirkan pekerjaan dan berita,hehehe..Seperti saya dulu... Saat liputan Malam hari atau pagi hari sudah chatting via WA. Isinya bagaimana mendapatkan berita. -mbak kemana? Ayo ke ini... -ada info ini. Ayok wuzzz... -mbak, jadi ke pak ini? Jam berapa? -mbak..kamu sik nyapu a? Ayok mbak kita wuzzzx... -mbak syl...posisi? Untung saya punya anak-anak. Jadi akan selalu bangun pagi. Menyapu, menyiapkan sarapan atau roti. Kemudian mengantar si bungsu ke sekolah dan ke pasar. Sampai rumah, saya cek HP. Ada saja informasi masuk lewat teman-teman. Jika bertemu mereka, yang saya dapatkan adalah semangat itu. Karena itu bergaul d

Menjadi Wartawan (1)

Gambar
Tadi pagi, Rabu (8/2/2017), saya menerima pesan lewat WA dari sebuah radio di Kota Malang. Isinya ajakan untuk menjadi narasumber di dialog tentang wartawan di media. Menarik sebenarnya karena saya di dunia itu. Sayangnya tawaran mepet waktunya. Karena biasanya seorang wartawan pada malam hari sudah memiliki rencana untuk esok harinya. Saya meminta maaf karena tidak bisa terlibat. Mungkin dialog ini dikaitkan dengan Hari Pers Nasional pada 9 Februari 2017. Senang rasanya masih ada orang lain yang mengingat tentang sosok wartawan. Kalau akhirnya saya menggeluti profesi ini karena saya passion di menulis. Saya juga tidak bercita-cita jadi wartawan.  Saya ingin menjadi penulis dan bisa traveling. Itu saya katakan ke guru BK di SMAN 5 Kota Malang saat ditanya cita-cita. Waktu itu akan ada penjurusan.  Saya memilih ke bahasa karena suka menulis dan bahasa. Namun saya juga tidak tahu apakah saya bisa mencapainya. Sejak SMA saya berani mengirim tulisan ke media cetak. Oh ya, di rumah