Menjadi Wartawan (2)
Setelah menjadi wartawan, ternyata dunianya penuh warna warni. Banyak pelajaran justru saya dapatkan di lapangan. Narasumber beragam karakter dan ilmu. Teman-teman di lapangan juga beragam. Selalu ada yang datang dan pergi. Pergi karena menekuni pekerjaan baru. Yang baru kemudian datang. Begitu juga teman saya. Sebagian besar masih jomblo. Hidupnya hanya memikirkan pekerjaan dan berita,hehehe..Seperti saya dulu...
Saat liputan |
Malam hari atau pagi hari sudah chatting via WA. Isinya bagaimana mendapatkan berita.
-mbak kemana? Ayo ke ini...
-ada info ini. Ayok wuzzz...
-mbak, jadi ke pak ini? Jam berapa?
-mbak..kamu sik nyapu a? Ayok mbak kita wuzzzx...
-mbak syl...posisi?
-mbak kemana? Ayo ke ini...
-ada info ini. Ayok wuzzz...
-mbak, jadi ke pak ini? Jam berapa?
-mbak..kamu sik nyapu a? Ayok mbak kita wuzzzx...
-mbak syl...posisi?
Untung saya punya anak-anak. Jadi akan selalu bangun pagi. Menyapu, menyiapkan sarapan atau roti. Kemudian mengantar si bungsu ke sekolah dan ke pasar. Sampai rumah, saya cek HP. Ada saja informasi masuk lewat teman-teman. Jika bertemu mereka, yang saya dapatkan adalah semangat itu. Karena itu bergaul dengan mereka seperti dapat baterai baru. Oke, saya sudah lama di bidang ini. Tapi menurut saya selalu ada yang baru. Saya harus belajar terus bersama yang muda-muda. Sylvianita widyawati
Komentar
Posting Komentar