Macet Malioboro, Mampir Ke Benteng Vredeburg Jogja
Belum lengkap kalau liburan di Jogja tanpa merasakan kemacetan di Jl Malioboro. Mungkin ini yang dirasakan oleh semua wisatawan Lebaran termasuk saya. Jumat (7/6/2019) berangkat siang dari rumah mertua di Sleman. Saya naik bus kecil ke Terminal Jombor dan oper bus Trans Jogja 2A. Busnya sepi hanya ada tujuh penumpang. Saat berangkat, saya tanyakan ke kondektur apa bisa masuk Jl Malioboro.
Ibu kondektur tak menjawab tegas. Dia duduk di dekat sopir dan menanyakan itu. "Bentar Mbak saya cari info dulu," kata Ibu itu. Saya kembali menikmati perjalanannya. Ibu kondektur ternyata mencari jawaban di grup WA. Intinya Jl Malioboro macet. Selain itu di Istana Presiden di Jl Malioboro ada keluarga Presiden Jokowi. Saya googling berita ternyata benar. Presiden sudah ada di Jogja sejak Kamis. Beliau bagi-bagi sembako, main ke Malioboro Mall dan naik andong dengan Jan Ethes.
Akhirnya bus kami tidak lewat rute biasa. Kami diturunkan di jalan kira-kira satu 1 Km ke timur Taman Pintar. Berombongan turun di bus. Kami dipandu seorang bapak bagaimana mencapai Jl Malioboro. Anak-anak tidak mau wisata ke Taman Pintar karena dulu saat kecil sudah sering saja ajak kalau libur Lebaran. Akhirnya saya ajak ke Benteng Vredeburg sebelahnya atau di seberang Istana Agung.
"Siapa tahu ada mushola juga disana," ajak saya pada anak-anak. Tiket masuk Rp 3000 untuk dewasa dan anak-anak Rp 2000. Murah juga bermanfaat edukasinya. Setelah antre, kami mencari mushola dulu di kiri jalan setelah tempat tiket. Wah..ternyata mushola adalah bekas penjara/tahanan dulu. Saya tahu saat membaca keterangannya dekat mushola laki-laki. Musholanya bersih dan diberi karpet. Saya dan anak-anak ke mushola putri dengan kondisi sama.
Setelah itu baru menjelalah museum. Gak usah bingung mau kemana dulu. Di belakang tiket ada denah museum yang bisa dikunjungi. "Ada ruang-ruang diorama sampai 4. Silahkan dikunjungi. Denahnya juga ada di belakang tiket ini," jelas sekuriti yang bertugas. Senangnya. Ruangnya ber AC dingin. Pindah-pindah ruang gak terasa. Jika dengan anak-anak, mereka bisa belajar semua. "Di buku pelajaran ada semua," komentar anak-anak. Tapi di museum lebih menarik karena ada visualnya.
Misalkan siapa yang menjahit bendera merah putih. Divisuallan Fatmawati, istri Presiden Soekarno sedang menjahit di mesin jahit. Saya ingat pernah kesana saat Shasa, anak pertama saya kecil. Tapi waktu itu benteng sedang tidak operasional. Namun pengunjung boleh masuk halaman buat istirahat. Shasa menangis kepanasan. Saat kesana dia saya ingatkan dulu dia bagaimana. Kondisinya sama saat itu Jl Malioboro macet dan penumpang bus Trans Jogja tidak melewati jalan biasanya.
Jadi waktu itu ya jalan kaki 1 Km untuk mencapai Jl Malioboro. Saat melintasi sebua hotel kecil, dia merengek ke ayahnya kapan bisa menginap di hotel di Jogja. Sebab rumah neneknya di Sleman jauh jika ke Jogja. Hotel itu masih ada sampai saat ini. Saat Jumat melintasi hotel itu saya ceritakan. Dulu mereka kalau naik Trans Jogja juga selalu tidur sampai Terminal Jombor dan masih harus oper lagi bus. Jadi kebayang kan repotnya.
Makanya tiap libur Lebaran, saya sekarang sisihkan buat menginap dua hari di hotel Jogja dan tiga hari di rumah neneknya. Setelah itu kami pulang ke Malang. Akhirnya, wisata ke Malioboro Jumat itu adalah berjalan sampai gempor, hehehe. Sempat mampir ke Mall Malioboro cari makan siang. Kemudian keluar cari oleh-oleh kaos di Toko Corona dan berjalan ke Jl Pasar Kembang. Ternyata taksi onlinenya meminta menyeberang di Jl Margo Utomo agar tak terjebak kemacetan.
Akhirnya sampai juga di Hotel Rich Palace tempat menginap. Begitulah cerita Lebaran tahun ini. Sylvianita Widyawati
Komentar
Posting Komentar