Jalan-Jalan Ke Pasar Kranggan Jogja
Tugu Jogja belok kiri ke Pasar Kranggan |
Kondisinya berbanding terbalik dengan suasana malamnya. Sambil berjalan, hobi kami adalah melihat semua yang ada di sana. Melihat hotel-hotel di sepanjang jalan itu, melihat orang asyik baca koran di pinggir jalan dll. Tak disangka, di antara kegiatan itu, saya menemukan penjual gudeg yang saya cari semalam. Namanya warung gudeg Bu Widodo. Senengnya...
Ternyata penelusuran semalam itu harusnya masih perlu jalan kaki lagi beberapa meter. Pasti akan menemukan lokasinya. Tapi saya juga tidak yakin kalau warung itu buka sampai malam. Saya menyukai gudeg warung itu beberapa tahun lalu. Saat itu, saya ditraktir makan oleh saudara suami saya yang tinggal di Jakarta. Katanya, ia menyukai gudeg kering.
Soal gudeg kering saya tahunya juga dari Mbak Erna. Menurut saya, apapun gudegnya, kering atau ada kuah dikit, tetap enak. "Wah..ibu akhirnya makan gudeg pagi ini," celetuk Jasmine, anak kedua saya, Kami hanya memesan dua porsi. Sebab tiga anak saya ingin sarapan pagi di hotel. Warung itu memanfaatkan trotoar untuk tempat makan. Ada kursi yang ditata, ada juga bentuk lesehan. Saya memutuskan makan sambil lesehan.
Beli camilan di depan Pasar Kranggan |
Dekat saya duduk, ada penjual koran pagi. "Ini banyak koran-koran lokal, Mbak. Silahkan milih," kata penjual koran yang juga duduk lesehan. Saya memilih satu koran untuk mengikuti berita jatuhnya helikopter di Kalasan, Kabupaten Sleman yang terjadi sehari sebelumnya.
Setelah menyelesaikan makan dan baca, kami bergerak lagi ke arah Pasar Kranggan. Dari hotel, lokasi pasarnya sepertinya kurang dari 2 Km. Kami melewati Tugu Jogja. Saat itu sepi tanpa pengunjung. Beda pada sore hingga malam hari. Pasukan tongsis menguasai lokasi.
Sampai di pasar, di bagian depan pasar ternyata lokasi berjualan kuliner. Setelah membeli beberapa, kami masuk ke dalam karena ada yang ingin dibeli. Setelah beres, kami kembali lagi berjalan ke arah hotel. Capek juga sih jalan PP. Namun akhirnya sampai juga ke hotel dan anak-anak minta diantarkan ke lantai dua tempat sarapan. Setelah itu, kami kembali ke kamar istirahat. Berikutnya, anak-anak kembali mengajak berenang. Capek juga menunggu mereka. Sebab mereka berenang cukup lama. Mulai dari pengunjung ramai sampai hanya tinggal mereka. Anak-anak malah senang kolam renang sepi. "Rasanya seperti kolam renang ini milik kita sendiri, ha,,,ha," canda mereka. Byuuuuur.... sylvianita widyawati
Komentar
Posting Komentar