Mengunjungi Candi Mendut di Magelang
Hari pertama libur Lebaran di Jogja, agendanya ke rumah bude dan pakde dari keluarga suami saya. Kami naik mobil. Dalam rombongan itu, ada adik-adik ipar saya dan anak-anaknya. Kami berangkat pagi setelah saya istirahat usai datang Kamis (7/7/2016) subuh. Badan sudah agak segar setelah mandi. Kami semua semangat berangkat. Lokasi terjauh unjung-unjung ini adalah di Kabupaten Magelang. Dari rumah suami saya agak dekat sebenarnya. Karena cuma dipisahkan oleh jembatan untuk menjangkau wilayah Jawa Tengah.
Dalam perjalanan, adik ipar saya, Tri sudah menanyakan mau main kemana jika unjung-unjung selesai? Saya bilang ke dia, saya lebih senang ke candi. Karena anak-anak bisa belajar sejarah juga. Awalnya ingin ke Candi Borobudur. Saya sudah beberapa kali ke sana dengan anak-anak saat masih kecil. Namun mereka mengaku lupa pernah ke sana. Sayangnya, saat itu, jalanan cukup padat. Hari kedua Lebaran nampaknya semua memanfaatan untuk wisata.
Karena melihat sikon seperti itu, kami memutuskan ke objek wisata Candi Mendut. Justru candi ini belum pernah saya singgahi. Jika ke Candi Borobudur, pasti akan melintasi candi ini. Dari Candi Mendut ke Candi Borobudur, kata Tri, kurang 3 Km saja. Namun jalan menuju Borobudur padat dan macet. Jadi, kami langsung belok ke Candi Mendut.
Lokasi candi Budha ini berada di pinggir jalan raya. Kendaraan pengunjung diparkir dekat candi. Sebelum masuk ke candi, di area itu ada tempat vihara Budha atau Buddhist Monastery. Saya tidak menyangka tempatnya bagus.
Banyak patung dan ornamen dari batu. Iseng saya ikuti wisatawan yang masuk ke sana kok seperti bebas. Dua pintu gerbangnya dibuka dan tidak ada penjaga. Ternyata ketika saya masuk ke halaman dalam, sudah banyak orang yang berfoto-foto. Akhirnya, kita menikmati semua yang ada di sana. Tamannya bagus dan halamanya bersih.
Setelah itu, kami keluar vihara. Kami berjalan ke arah candi. Sepanjang perjalanan ada kios-kios suvenir. Mulai kaos, pernik-pernik khas Candi Borobudur dll. Untuk masuk ke candi, kami dikenakan tiket Rp 3500/orang. Anak-anak senang banget. Mereka membaca sejarah candi dan naik ke atas.
Mereka ingin tahu suasana di dalam candi yang jadi tempat sembahyang. Di dalam ruangan sangat bersih. Ada patung besar dan bau dupa dan seperti bekas lilin baunya menyengat. Jadi, anak-anak tidak lama berada di sana. "Oh..di dalamnya seperti itu ya, bu?" komentar anak-anak.
Setelah itu, mereka mengelilingi candi dan kemudian turun lagi ke halaman candi. Yang bikin betah adalah hawanya sedang sejuk. Di lokasi ini, kami menemui banyak pengunjung yang selfi. Bagus memang. Saya juga mengambil banyak foto. Makin sore, banyak rombongan wisata datang. Umumnya rombongan keluarga usai berlembaran dan mampir ke candi. Setelah puas, kami memutuskan sholat ashar di masjid dekat candi. Candi Mendut mengingatkan saya pada Candi Penataran dan Candi Jago yang juga sudah dikepung pemukiman.
Masjidnya bersih. Disiapkan juga mukena di masjid itu. Namun sebaiknya, membawa sendiri jika merasa nyaman memakai mukena sendiri. Setelah sholat, kami putuskan kembali pulang karena sudah sore. Saat menuju mobil adik ipar saya, saya dikejutkan ada nenek yang terkunci di dalam mobil lain.
Entah bagaimana awalnya nenek ditinggal di mobil dalam keadaan tertutup. Sementara sopir ke SPBU. Sedang yang lain piknik ke candi. Nenek tua itu oleh anggota rombongan diminta membuka pintu dari dalam. Namun sepertinya tidak memahami. Saya juga bingung harus menolong apa. Kami kemudian memutuskan pulang setelah membeli sate lontong dengan vihara. Penjual satenya orang Madura. sylvianita widyawati
Dalam perjalanan, adik ipar saya, Tri sudah menanyakan mau main kemana jika unjung-unjung selesai? Saya bilang ke dia, saya lebih senang ke candi. Karena anak-anak bisa belajar sejarah juga. Awalnya ingin ke Candi Borobudur. Saya sudah beberapa kali ke sana dengan anak-anak saat masih kecil. Namun mereka mengaku lupa pernah ke sana. Sayangnya, saat itu, jalanan cukup padat. Hari kedua Lebaran nampaknya semua memanfaatan untuk wisata.
Tampak depan Mendut Buddhist Monastery |
Lokasi candi Budha ini berada di pinggir jalan raya. Kendaraan pengunjung diparkir dekat candi. Sebelum masuk ke candi, di area itu ada tempat vihara Budha atau Buddhist Monastery. Saya tidak menyangka tempatnya bagus.
Banyak patung dan ornamen dari batu. Iseng saya ikuti wisatawan yang masuk ke sana kok seperti bebas. Dua pintu gerbangnya dibuka dan tidak ada penjaga. Ternyata ketika saya masuk ke halaman dalam, sudah banyak orang yang berfoto-foto. Akhirnya, kita menikmati semua yang ada di sana. Tamannya bagus dan halamanya bersih.
Anak0anak di Candi Mendut |
Mereka ingin tahu suasana di dalam candi yang jadi tempat sembahyang. Di dalam ruangan sangat bersih. Ada patung besar dan bau dupa dan seperti bekas lilin baunya menyengat. Jadi, anak-anak tidak lama berada di sana. "Oh..di dalamnya seperti itu ya, bu?" komentar anak-anak.
Setelah itu, mereka mengelilingi candi dan kemudian turun lagi ke halaman candi. Yang bikin betah adalah hawanya sedang sejuk. Di lokasi ini, kami menemui banyak pengunjung yang selfi. Bagus memang. Saya juga mengambil banyak foto. Makin sore, banyak rombongan wisata datang. Umumnya rombongan keluarga usai berlembaran dan mampir ke candi. Setelah puas, kami memutuskan sholat ashar di masjid dekat candi. Candi Mendut mengingatkan saya pada Candi Penataran dan Candi Jago yang juga sudah dikepung pemukiman.
Pasar suvenir di sekitar Candi Mendut |
Entah bagaimana awalnya nenek ditinggal di mobil dalam keadaan tertutup. Sementara sopir ke SPBU. Sedang yang lain piknik ke candi. Nenek tua itu oleh anggota rombongan diminta membuka pintu dari dalam. Namun sepertinya tidak memahami. Saya juga bingung harus menolong apa. Kami kemudian memutuskan pulang setelah membeli sate lontong dengan vihara. Penjual satenya orang Madura. sylvianita widyawati
Komentar
Posting Komentar