PR Si Bungsu Buat Saya

Dua anak saya, Jasmine dan Rachma memasuki jenjang pendidikan baru di tahun ajaran 2020/2021. Pandemi Covid-19, membuat seluruh siswa sekolah yang masih berada di daerah non zona hijau masih belum boleh sekolah. Sehingga mereka harus belajar dari rumah. Jasmine memilih SMK. Sekolahnya di Sidoarjo sesuai minatnya. Sedang kami berdomisili di Malang.

Si bungsu Rachma masuk SMP di Malang. Banyak PR saya buat si bungsu. Jasmine sudah lebih dewasa dan mandiri. Saya lihat perkembangannya membanggakan. Minggu lalu baru melewati MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang dimulai pukuk 08.00 WIB. Jam 07.00 WIB ia sudah mandi dan kemudian menyiapkan komputer dan seragamnya untuk bersiap online lewat zoom. 

Monitor komputer saya tambahi webcam seharga Rp 250.000 agar bisa ikut kegiatan. Presensinya adalah foto dirinya memakai seragam SMP lengkap dengan sepatu hitamnya. Setelah itu ia mengikuti kegiatan diseling break istirahat siang. Ia juga dapat penugasan-penugasan. Sebelum masuk sekolah, kami pernah ke Sidoarjo melihat sekolahnya dari luar pagar. Ia cukup senang. Ini terlihat dari wajahnya yang cerah. 

"Kapan aku bisa masuk sekolah ya?" Gumannya usai melihat sekolahnya. Sedang si bungsu juga sekali melihat sekolahnya yang saat itu tutup karena hari Sabtu. Ayahnya mengajaknya ke sekolah barunya. Nah, bagaimana PR si bungsu ini dari sudut pandang saya sebagai orangtua? Pertama model belajarnya harus dirubah. Bahwa di SMP harus lebih serius lagi. Sebab mapelnya lebih spesifik. 

Tugas-tugas sekolah lewat platform google classroom. Semua siswa saat ini sudah terhubung dengan guru mapel. Tadi belajar Bahasa Inggris tentang greeting dan mencatat isi videonya. Pelajaran non matematika, insyaallah saya bisa. Rasanya saya ingin jadi anak SMP menggantikan dia kalau saya lihat kurang semangat. "Kalau melihat video jangan hanya melihat saja, tapi juga dicatat," kata saya ke dia.

Tujuannya agar ia punya buku catatan di mapel itu.
Untuk si bungsu, saya memang cerewet. Ini supaya dia bisa ngeblend dengan mapel. Meski di dalam hati saya juga gak sreg dengan model daring ini. Terutama pada siswa kelas awal. Gimana caranya biar cepat mudheng. Apalagi nanti September sudah UTS. Semoga saya bisa membangkitkan semangat belajarnya terus bersama dukungan kakaknya. Sylvianita Widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini