Mengunjungi Goa Harta di Kabupaten Malang

Adanya goa di Dusun Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang saya ketahui dari pembicaraan saya dengan seorang kepala dinas. Dia sendiri mendapat informasi dari kepala desa. "Katanya bagus. Ada stalaktit dan stalakmitnya," cerita sang kadis. Saya jadi penasaran dengan goa itu.

Ketika bertemu dengan teman saya yang bermukim di kecamatan itu, saya sampaikan mengenai itu. Dia ternyata juga sudah diberitahu perangkat dusun meski belum kesana. "Namanya Goa Harta," kata teman saya itu. Dari obrolan ringan itu, saya pun berangkat kesana bersama teman saya. Saya langsung menuju kantor dusun setempat dan menceritakan keinginan melihat Goa Harta.
Pintu masuk Goa Harta masih perlu diperlebar

Kemudian Pak Eriyo, Kasun Sendangbiru meminta saya minta izin ke kepala desa. Karena sudah kenal, saya menelpon kepala desanya, Pak Darsono. "Silahkan ke sana,Nanti diantar perangkat ke lokasi," kata kades. Sebelum ke lokasi, saya pun bertanya-tanya dulu untuk mendapat gambaran.

Oleh perangkat dusun malah langsung dihubungan lewat telepon ke pengelola goa itu. Namanya Hartono. Dia Sekretaris Kelompok Abadi yang akan mengelola goa itu. "Ini masih perlu banyak perbaikan. Tapi kalau pingin lihat gak papa," tutur Hartono.

Saya pikir awalnya lokasi goa itu dekat Pantai Sendangbiru. Ternyata malah berada di kawasan hutan Perhutani. Maka kami pun bersepeda motor ke lokasi. Kami parkir di sebuah rumah semi permanen. Ternyata itu rumah Pak Mulyono, ketua kelompok.

Perjalanan berikutnya dengan berjalan kaki menuju lokasi hutan. Jangan dibayangkan hutannya serem. Biasa saja karena sudah dekat pemukiman warga.
Setelah berjalan sekitar 1 Km, saya baru menemukan goa itu. Awalnya malah tidak terlihat karena goa itu ada di bawah pohon beringin besar. Saat dilihat pertama kali seperti tidak menarik. Jalan masuknya sempit.

Jadi saya harus jongkok, masuk perlahan-lahan. Cukup berat untuk orang agak gendut seperti saya. Penyemangat saya justru perangkat dusun dan dua pengurus kelompok itu. "Ayo masuk. Masak jauh-jauh dari Malang cuma lihat dari situ," tutur mereka. Malunya..."Iya, Pak," jawab saya. Apalagi kalau niat buat tulisan, setidaknya kan perlu bisa melihat isinya bagaimana supaya saya bisa menulisnya dengan baik.

Menurut mereka, awalnya goa itu malah tertutup batu. Kalaupun bisa masuk dulu, ada lubang kecil. Agar bisa dilihat, maka batu padas itu dibuka secara manual. Sehingga orang bisa masuk meski sementara ini masih harus jongkok. Tapi setelah masuk, karena cukup tinggi, maka bisa berdiri biasa. Saya merasa salah kostum karena memakai sepatu juga sepatu yang biasa buat jalan-jalan. Tapi memang tidak ada pikiran saat berangkat bisa masuk.
Saya sempatkan foto sejenak di Goa Harta buat kenangan

Tanahnya ada yang licin karena habis hujan. Setelah bisa masuk, luar biasa indahnya meski saya tidak sampai menelusuri seluruh lorong. Saya hanya melihat sebagian dari keindahan dalam gua.

Selain karena tidak ada persiapan matang, saya masih ragu meneruskan. Benar ternyata ada stalaktit, stalakmit dengan ragam bentuk. Malah ada yang berbentuk seperti bentuk doplhin atau lumba-lumba.

Dalam goa itu juga ada kelelawar. Tapi mereka tidak mengganggu pengunjung. Meski begitu agak was-was juga. Saya bisa melihat mereka di sana. Untuk jadi objek wisata, goa ini belum resmi dibuka. Mereka masih ingin memperbaiki jalan masuk dulu agar bisa nyaman dijadikan tempat kunjungan. Seperti membenahi pintu masuk, jalan ke goa yang akan diberi penerangan dll.

Saya membayangkan keren juga. Apalagi mereka berencana lahan di sekitar goa itu akan ditanami pohon peneduh agar wisatawan kerasan. Good idea. Saya pun diundang mereka lagi jika goa itu resmi dibuka untuk umum. Siang bolong di dalam goa adalah pengalaman menarik. Tidak sebersitpun keinginan  masuk goa setelah terakhir mengikuti kegiatan pecinta alam saat SMA dulu.

Seingat saya, waktu itu goanya malah lebih seram. Lokasinya di Kabupaten Blitar. Bagian dalam goanya ada airnya. Artinya kita masuk ke air. Sebelum masuk, kita diberi topi pengaman. Juga ada tali yang bisa digenggam sepanjang selusur goa itu. Kedalamannya sebenarnya lumayan. Karena banyak kawan, waktu itu saya berani meski takut.

Beberapa waktu lalu ketemu teman teman SMA, Mereka kembali menceritakan pengalaman di goa Blitar itu. Katanya, saya sebenarnya takut. Wajah saya pucat. Itu memang benar, Saya memang takut. Sejak itu, saya ogah mengingat goa itu, ha..ha. Tapi ternyata saya dipertemukan lagi dengan kegiatan selusur goa meski tak sepanjang di Blitar itu. sylvianita widyawati

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini