Tempe Kepanjen

Membersihkan kedelai di Kali Molek, Kec Kepanjen, Kab Malang

 PALING senang jika makan tempe goreng atau tempe penyet. Ketika harga kedelai melejit, kemarin aku bersama fotografer mampir ke Kali Molek, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Di sana ternyata banyak aktivitas para kuli yang membersihkan kedelai usai digiling. Mereka menggunakan air Kali Molek untuk membersihkan kedelai yang sudah terpisah dari kulitnya itu. Ih..aku melihatnya langsung ilfil. Apalagi di aliran atas aku lihat aktivitas warga mencuci baju di sungai itu. Mereka tentunya menggunakan bahan kimia, yaitu sabun untuk mencuci baju itu. Tapi yang aku lihat, para kuli itu cuek saja mencuci di sungai itu. Sebab bisa dibayangkan jika memakai air ledeng di rumah, untuk membersihkan kedelai dari kulitnya butuh banyak air dan makan biaya.
Tapi jika memakai air sungai mengalir, mereka tidak mengeluarkan biaya lagi untuk membayar air. Hanya membayar kuli Rp 10.000 dan penggilingan kedelai Rp 1000 per sak-nya. Sedang kulit kedelai yang terpisah disisihkan di pinggir sungai yang bisa dipakai untuk makanan ternak. Kondisi kedelai naik juga meresahkan sendiri bagi para perajin tempe dimanapun, termasuk di Kepanjen. Sebab mereka otomatis mengurangi produksinya akibat harga kedelai yang setiap hari berubah. Di satu sisi, hal ini berdampak pada omzet jasa penggilingan kedelai yang beroperasi di Kali Molek, Kelurahan Penarukan, Kecamatan Kepanjen. “Jika sebelum kedelai naik bisa mendapatkan order 60 sak, sekarang hanya 40 sak,” jelas Hari, pelaku penggilingan kedelai, Rabu (15/2). Setiap sak diberi tarif Rp 1000. Lewat penggilingannya itu, maka kedelai yang sudah direbus oleh perajin tempe bisa dipisahkan dari kulitnya. Ia mengaku peningkatan harga kedelai awal tahun ini.
Kegiatan penggilingan dan pembersihan kedelai di Kali Molek sejak pukul 13.00-17.00 WIB. Sutrisno, perajin tempe dari Kelurahan Sukoraharjo, Kecamatan Kepanjen membenarkan mengurangi produksi tempenya karena harga kedelai cenderung naik. “Untuk kedelai yang kualitas biasa naiknya per hari bisa Rp 50 per kg. Sedang kualitas baik, bisa naik Rp 100 per kg/per hari,” tutur Sutrisno. Kedelai kualitas biasa yang agak mrotol kini seharga Rp 5.800 per kg. Untuk kualitas baik mulai Rp 6.200 hingga Rp 8.000 per kg. Kata Sutrisno,  ia hanya memproduksi tempe satu kuintal lebih pada Kamis Kliwon saja.
Hari-hari biasa, hanya membuat 75 kg per hari. “Ongkos produksinya makin besar,” jelas  Sutrisno. Katanya, untuk pembuatan tempe, memerlukan waktu empat hari. “Jika dibersihkan sekarang kedelainya, maka baru bisa dijual lagi untuk empat hari kedepan,” kisahnya. Sutrisno membuat dan menjual tempe itu sendiri dengan cara berkeliling naik sepeda. Ongkos produksi yang dihitungnya adalah selain kenaikkan kedelai, juga biaya buruh nyelep yang membersihkan kedelai usai keluar dari penggilingan yang mencapai Rp 10.000 per orang. Di rumah juga masih harus memakai tenaga orang lain untuk pembuatan tempenya.
Achmad Fanan, perajin tempe lainnya menyikapi kenaikkan kedelai dengan mengurangi volume tempenya sebanyak satu centi. “Harga jual tempenya tetap,” cetus Fanan. Ia per hari tetap memproduksi tempe sebanyak 45 kg. Penggilingan kedelai dan pembersihan di Kali Molek sangat dikenal di kawasan Kepanjen. Meski air Kali Molek nampak keruh agak kehitaman karena habis hujan, kegiatan pembersihan kedelai tetap dilaksanakan. Umumnya perajin memasarkan produksinya di sekitar Kepanjen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini