Mengenang Pak Harto, Yuk kunjungi Museumnya

Patung Pak Harto di depan pendopo
Kesempatan berkunjung ke Jogjakarta baru-baru ini, saya manfaatkan juga untuk mengunjungi museum Soeharto, Presiden RI yang berkuasa selama 32 tahun. 

Letak Memorial Jendral Besar HM Soeharto ini berada di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo Kabupaten Bantul. 

Museum ini bisa dijadikan salah satu tujuan wisata jika memiliki waktu banyak di Jogjakarta. Untuk menuju museum ini, bisa lewat Kabupaten Sleman atau Kabupaten Bantul. 

Jalannya relatif enak. Apalagi jika sudah masuk dusun ini. Aspalnya hotmix. Siang itu, usai jalan-jalan di sekitar Kota Jogjakarta, saya ke Bantul. Untuk ke tempat ini butuh waktu sekitar satu jam. Untuk mencarinya juga tidak susah karena sudah banyak petunjuk yang mengarahkan ke Museum Soeharto. 

Namun sayangnya untuk akses kendaraan umum memang tidak ada. Sehingga harus memakai kendaraan pribadi. Untuk menampung animo pengunjung, pengelola juga sudah menyiapkan lahan parkir yang luas dekat museum ini. Dari tempat parkir kendaraan, tinggal berjalan kaki ke museum yang memiliki pagar tembok warga biru putih ini.

Begitu masuk halaman museum ini, pengunjung sudah disuguhi patung pak Harto setinggi empat meter. Biasanya pengunjung sudah terpikat dulu melihat patung ini dan membaca biodata almarhum, yaitu tanggal kelahiran, wafatnya dan tempat pemakamannya. Luas lahan museum adalah 3.620 meter persegi yang terdiri atas bangunan joglo (seluas 600 meter persergi), museum, rumah singgah dan petilasan tempat lahir HM Soeharto.
Pendopo bisa dibuat lesehan sambil melihat informasi di televisi

Memorial ini dibangun oleh H Probosutedjo, adik Soeharto untuk mengenang jasa dan pengabdiannya pada Indonesia. 

Pada 8 Juni 2013, Probosutedjo meresmikan tempat ini bersama Mbak Tutut, anak sulung Soeharto. 

Perjalanan ke tempat ini bisa dimulai dari pendopo setelah melepas sepatu/sandal. 

Sambil duduk lesehan, bisa menikmati semilir angin dan melihat tayangan TV mengenai Soeharto. Bagi wisatawan yang membawa anak-anak, datang ke museum ini bisa menjadikan mereka lebih tahu mengenai Soeharto. 

Di dekat pendopo ada petugas yang menjaga museum sekaligus bertindak sebagai pemandu wisata. Dia bertugas mendata pengunjung yang datang di buku besarnya. Saat saya kesana, yang sedang bertugas adalah Endi Setiawan. “Lumayan banyak yang datang ke museum ini. Apalagi saat liburan,” tutur Endi. Ia membolak-balik catatan data pengunjung.

Hampir seluruh wisatawan dari seluruh Indonesia sudah datang ke sini,” tuturnya bangga Kalau minggu, jumlah pengunjung bisa membeludak hingga 2000 orang. Menurut penuturannya, sebelum koleksinya selengkap sekarang, museum ini awalnya hanya ada pendopo dan anjungan berisi beberapa koleksi foto Pak harto dan keluarganya. 

Saat itu sifatnya masih soft opening mulai Maret 2013. Tapi kemudian dilengkapi lagi dengan museum dan diresmikan pada 8 Juni 2013. Tanggal itulah kelahiran Presiden RI tersebut. Selain itu masih ada rumah singgah dari bahan kayu yang diperuntukkan bagi keluarga pak harto, seperti anak-anaknya atau ketika ada kunjungan pejabat tinggi, Contohnya ketika Presiden SBY beberapa waktu lalu mampir melihat museum ini.
Pintu masuk, seperti diajak ke lorong waktu

Rumah singgah itu informasinya ada kamar-kamar yang bisa dipakai untuk istirahat untuk keluarga Soeharto. Tapi jika tidak ada keluarga Soeharto yang datang, pintunya tertutup. 

Tapi bukan berarti pengunjung tidak boleh kesana. Sebab di teras rumah singgah itu bisa dimasuki. Ada beberapa tempat duduk dari bahan kayu yang bisa diduduki pengunjung untuk istirahat setelah berkeliling museum. 

Kalau mau duduk di pendopo juga sebenarnya bisa. Setelah dari pendopo, pengunjung bisa melihat ke selasar depan museum. Di tempat itu dipajang beberapa foto keluarga Pak Harto. Ada silsilah keluarganya, ada foto-foto anak-anak Pak Harto dll. Setelah itu, pengunjung bisa masuk ke dalam museum. “Serba digital di dalam,” cerita Endi pada saya. 

Begitu masuk, kita disuguhi lorong seperti diajak melewati lorong waktu untuk memutar lagi waktu mengenal Pak Harto. Ada selasar-selasar. Banyak yang bisa dilihat di dalam sini. Soeharto dilahirkan pada Rabu Kliwon 8 Juni 1921 di Dusun Kemusuk dari pasangan Kertosudiro-Sukirah. Ia lahir di sebuah sentong atau kamar. 

Pondasi kamar itu masih ada sampai sekarang dan tetap dipertahankan. Ini juga menjadi bagian dari komplek memorial ini. Di lokasi itu juga ada sumur yang masih keluar airnya. Uniknya, setelah ditengok di bagian dalamnya, banyak pengunjung yang melemparkan uang koin. 

Entah apa maksudnya. Mungkin berharap ada berkah. Agar nampak masih alami, ada timba berisi air disiapkan di bibir sumur. Pengunjung kadang mengambil air dari timba itu ke wajahnya. Tapi saya tidak tahu maksudnya. Bisa juga untuk membasuh muka biar segar atau mengharapkan sesuatu, he..he. 

Begitu juga maksud melemparkan koin di dalam sumur juga tidak diketahui maknanya. oh ya, tempat ini juga dilengkapi mushola yang ber AC dan toilet yang bersih. Ada juga warga yang berjualan suvenir kaos dan warung-warung jika mungkin lapar. sylvianita widyawati






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini