Liburan di Surabaya

Kadang-kadang merancang liburan spontan malah berjalan. Ini terjadi lagi. Tiba-tiba sama anak-anak pingin liburan ke Surabaya. Padahal kalau dipikir, lebih enak di Malang karena hawanya lebih dingin. Tapi kadang-kadang anak-anak suka suasana baru. Ide awalnya ketika ingin mencoba naik kereta api eksekutif dari Malang ke Surabaya.  Setelah sempat vakum KA eksekutif Malang-Surabaya, beberapa waktu lalu ada lagi jenis kereta api ini. Namanya KA Bima II. Perjalanan ke Malang hanya memperpanjang relasi KA itu.
Tampak depan kamar hotel tempat kami menginap
Rute sebenarnya adalah Surabaya-Jakarta. Tapi karena di Surabaya berhenti lama untuk berangkat ke Jakarta, PT KAI memperpanjang rutenya ke Malang. Anak-anak jadi penasaran ingin mencobanya. Harga tiketnya Rp 30.000.

Sejak senang naik kereta api, jika bepergian jauh dan ada relasi KA, kita suka naik kereta api. Dari Stasiun KA Malang, kereta api ini berangkat pada pukul 14.30 WIB. Sampai Stasiun Gubeng Surabaya pada pukul 16.30 WIB.

Perjalanan terasa cepat hanya dua jam sudah sampai ke Kota Surabaya. Biasanya kalau naik bus atau travel kan masih dihadang macet. Kalau saya pribadi sering ke Surabaya dengan naik travel karena sampai tujuan. Setelah KA Bima sampai Stasiun Gubeng, rasa bete sudah muncul. Gara-garanya ya macet di mana-mana. Menurut saya pribadi, kalau KA ini sampai sore hari di Surabaya, untuk melanjutkan ke tempat lain agak kurang ideal.

Senang bisa berlibur dengan anak-anak 
Karena mulai pukul 16.30 WIB, adalah jam pulang kantor. Biasanya jalanan padat. Liburan ke Surabaya, kami memutuskan menginap di Hotel Equator. Lokasinya di barat Surabaya. Jadi sebenarnya kalau turun di Stasiun Gubeng agak jauh. Tapi demi anak-anak, saya mau saja.

Dari sini, kami naik taksi ke hotel itu. Ya allah, macetnya itu... Sopir minta lewat tol Dupak karena khawatir macet di Jl Mayjen Sungkono karena habis hujan. Oke, saya mau saja. Tapi ternyata otw tol, jalannya sudah agak padat.

Anak-anak sudah resah karena sudah ingin istirahat. "Sabar..sabar, ya? Masih macet," kataku ketika anak-anak bertanya mana hotelnya kok tidak kelihatan juga. Hanya itu yang bisa saya lakukan. Mungkin karena hari sudah agak gelap.

Selfie dulu, he...he
Saat itu, kemacetannya luar biasa. Untuk keluar pintu tol Mayjen Sungkono juga sulit sekali. Sehingga perjalanan stasiun-hotel sudah memakan waktu sekitar satu jam sendiri. Tapi begitu sampai masuk hotel itu, mereka bersuka cita. Saya lihat mereka sudah capek.

"Yes....." seru mereka begitu sampai hotel. Kami disambut staf hotel dengan ramah. Welcome drink juga langsung datang. Setelah itu, kami diantar ke kamar. Selama dua hari disana, kami menginap di sebuah bangunan dua lantai.

Suasana di sana yang tenang seperti 'diramaikan' anak saya. Mereka malah lebih sering main dibanding tidur. Saya sendiri sudah lelah. Baru pada esok paginya melihat suasana sekitar sambil sarapan pagi. Ada yang pingin renang, ada yang pingin jalan-jalan dsb. Kalau saya, andai boleh memilih, saya pingin tidur saja, he..he. Tapi ternyata juga tidak bisa. Tetap saja sibuk meladeni mereka.

Oh ya, secara kebetulan, akhirnya sama adik-adikku jadi bisa berkumpul bersama keluarga mereka. Kami ketemuan di hotel ini. Setelah itu, jalan-jalan menelusuri Surabaya. Surabaya sebenarnya bukan kota asing. Saya pernah menjadi warga kota buaya ini sejak 1989 karena mengikuti orangtua. Ayah ibu saya pindah tugas ke Telkom Surabaya. Jadi saya meneruskan kuliah di Surabaya setelah menyelesaikan SMA di Kota Malang. Adik-adik sudah duluan tinggal di Surabaya sejak 1986. Saya menyusul belakangan karena memilih tinggal bersama nenek di Malang.

Selama di Surabaya, kami tinggal di komplek Telkom Sawahan Surabaya. Kami sempat mengunjungi komplek itu. Tapi sudah dibongkar. Rasanya, seperti kehilangan jejak satu. Tapi tetangga di kampung sebelah masih tetap kayaknya. Begitu juga para penjual di dekat komplek. Setelah itu, jejak nostalgia bergeser melewati Jl Pacuan Kuda,

Kami melewati jembatan yang di bawahnya adalah sungai. Aroma baunya khas meski saya telah meninggalkan kawasan itu beberapa ahun lalu. Di Jl Pacuan Kuda, pada pagi hari sampai siang hari, dipakai sebagai pasar tradisional. Bisa dibayangkan, jalanan sempit, tapi masih ada kendaraan lewat. Tapi senang sekali dulu kalau ke pasar.

Dari komplek, biasanya saya ama ibu jalan kaki ke pasar. Pulangnya baru naik becak, Jualan di pasar itu lengkap sekali. Kadang bapak saya ikut ke pasar sambil jalan-jalan pagi, Wow..bisa dipastikan yang dibeli lebih beragam. Bapak suka sekali ini itu, terutama makanan. Saya ingat dulu suka sekali beli lontong sayur. Padahal penjualnya itu ngetem di dekat drainase yang juga bau. Tapi ya, ampun, yang beli juga antre. Sebab makanan itu enak banget. Kalau diingat-ingat geli juga ya? (sylvianita widyawati)

Komentar

  1. wow, menarik juga cerita liburannya yah, eh tadi gue baca katanya liburan ke surabaya bisa 1 juta loh, nih disini http://goo.gl/dYsqtE

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini