Tiga Anak Perempuan Saya
Saya memiliki tiga anak perempuan. Nama panggilannya Sasa, Jasmine dan Rahma. Si bungsu saat ini duduk di kelas 2 SD. Kadang mudah menghandle mereka. Kadang saya juga tidak bisa apa apa karena mereka bersikap sendiri. Ini diwujudkan dalam sikap ngambek atau marah jika terjadi sesuatu.
Jika saat kecil dulu saya merasa 'sepi' karena tiga adik saya laki-laki semua. Sekarang berbalik. Saya tidak pernah merasa sepi. Dengan trio ini, saya harus banyak belajar bagaimana menghadapi mereka. Sebab masing-masing punya karakter sendiri. Model pendekatannya juga beda. Tapi saya pilih mengalir saja ketika terjadi sesuatu.
Dengan ketiga anak saya, saya merasa dekat. Saya bisa berperan jadi ibu juga teman. Merekalah yang paling tahu keseharian saya.
Seperti bagaimana repotnya saya mengatur waktu antara bekerja dan mengurus rumah. Namun karena masih anak-anak, mereka sering juga masih seenaknya sendiri.
Misalkan membuat rumah kotor setelah melakukan sesuatu. Padahal sudah ada tempat pembuangan sampah.
Kadang masalah seperti ini bisa menjadi bahan pertengkaran. Kalau sudah bertengkar, tidak jelas siapa korban dan pelakunya. Semua menangis sambil melaporkan ke saya versi masing-masing. Duh, saya sampai gemes. Biar adil, saya tanya masing-masing versinya. Dari cerita itu, saya bisa menyimpulkan siapa yang melakukan kesalahan awal.
Namanya anak-anak, mereka kadang juga pernah marahan. Tidak mau saling menyapa. Namun tidak sampai sehari, mereka saling menyapa. Sesungguhnya mereka bertiga adalah satu kekuatan. Saling bersatu dan membutuhkan. sylvianita widyawati
Jika saat kecil dulu saya merasa 'sepi' karena tiga adik saya laki-laki semua. Sekarang berbalik. Saya tidak pernah merasa sepi. Dengan trio ini, saya harus banyak belajar bagaimana menghadapi mereka. Sebab masing-masing punya karakter sendiri. Model pendekatannya juga beda. Tapi saya pilih mengalir saja ketika terjadi sesuatu.
Pulang kerja dikerubuti anak-anak beberapa waktu lalu |
Seperti bagaimana repotnya saya mengatur waktu antara bekerja dan mengurus rumah. Namun karena masih anak-anak, mereka sering juga masih seenaknya sendiri.
Misalkan membuat rumah kotor setelah melakukan sesuatu. Padahal sudah ada tempat pembuangan sampah.
Kadang masalah seperti ini bisa menjadi bahan pertengkaran. Kalau sudah bertengkar, tidak jelas siapa korban dan pelakunya. Semua menangis sambil melaporkan ke saya versi masing-masing. Duh, saya sampai gemes. Biar adil, saya tanya masing-masing versinya. Dari cerita itu, saya bisa menyimpulkan siapa yang melakukan kesalahan awal.
Namanya anak-anak, mereka kadang juga pernah marahan. Tidak mau saling menyapa. Namun tidak sampai sehari, mereka saling menyapa. Sesungguhnya mereka bertiga adalah satu kekuatan. Saling bersatu dan membutuhkan. sylvianita widyawati
Komentar
Posting Komentar