Terpesona di Bukit Kuneer, Ngisis Dulu Ya..

Suhu tinggi masih melanda di berbagai daerah di Indonesia. Kota Malang masih 32 derajat celcius. Kegiatan Minggu pagi (19/10/2025) diisi dengan jalan kaki ke Bukit Kuneer di perkebunan teh Wonosari di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Ke lokasi ini bisa ditempuh lewat Kecamatan Singosari dan Kecanatan Lawang. Dari rumah di Sawojajar, kita (saya, paksu, satu anak saya dan keponakan) naik mobil ke Wonosari lewat tol.

Kalau ke utara itu males banget lewat jalan arteri karena padat. Sampai di Lawang, hawa sejuk agak terasa. Setelah itu sampailah kita ke jalan masuk perkebunan Wonosari milik PTPN 12. Tiketnya total Rp 105 ribu termasuk parkir. Karena datang akhir pekan, tarifnya agak mahal yaitu Rp 24 ribu. Jika weekday Rp 20 ribu. Selain itu, kita diberi voucher minum teh hangat yang disediakan dekat pusat informasi. Air tehnya mengambil sendiri ya.

Sudah ada gelas kertas disana. Dan vouchernya diletakkan disana (ada tempatnya). Karena baru sampai, kita duduk sebentar di lokasi sambil minum teh hangat. Jenisnya black tea. Cocok buat saya. "Kita bawa saja minuman ini sambil jalan," kata paksu. Alasannya karena perjalanan masih panjang. Kalau makin siang malah gak asik. Jadi perjalanan dimulai pukul 09.00 WIB. Sambil jalan, kita menikmati kebun teh dan nyeruput teh hangat itu. 

Jalan menuju Bukit Kuneer itu makadam. Memang agak melelahkan ya. "Ibu jalan di batu makadam yang tengah saja. Lebih rata," teriak Jasmine, anak saya. Oh bener juga sih. Lebih nyaman. Selama perjalanan, paksu sudah membawa dua tongkat. Satu buat saya untuk keseimbangan. Fungsinya bermanfaat sekali. Saya sudah dua kali pakai tongkat ini. Pertama saat ke Bukit Kaliandra di Batu dan ke Bukit Kuneer. Maklum, kadang saya mleyot jalannya, wkwkwk.

Dengan bersama keluarga, kita terutama saya bisa jalan santai tanpa target cepat-cepat santai. Mungkin beda jika dengan orang lain. Sebagai manula, saya lebih suka jalan santai tapi pasti. Di perjalanan, kita juga bertemu orang-orang yang sudah turun dari bukit. Bahkan ada yang mengajak anaknya yang masih kecil. Hebat...Kalau paksu sudah beberapa kali kesini. Dia suka karena buat latihan jalan kaki. Saya tujuannya juga buat olga jalan kaki. 

Total lama perjalanan kita sekitar 50 menit. Petunjuk ke arah bukit sangat jelas. Jalan turun dan menanjak hanya sedikit. Yaitu saat akan masuk ke pintu masuk Bukit Kuneer. Disana ada loket lagi. Per orang bayar Rp 10 ribu. Di bukit ini juga ada warung dan toilet. Juga gubuk-gubuk buat istirahat. Di gazebo itu terasa banget semilir anginnya. Sambil tiduran, saya juga selonjorkan kaki. Hmmm, enak sekali. Liyer-liyer, bahasa Jawanya. Di perjalanan ini, kita juga membawa bekal nasi, air dan kue.

Setelah istirahat, saya dan keponakan naik ke rumah pohon. Sumpah, isis pol sambil melihat pemandangan gunung dan tanaman teh yang menghijau. Lama juga saya disana sambil ngobrol dengan Alya, keponakan. Setelah itu jalan-jalan di sekitarnya, termasuk ke kincir angin. Tapi anehnya, saya kok mager main di jembatan. Padahal ikonik juga di Bukit Kuneer. Oh ya, selain bisa ditempuh dengan jalan kaki, ke bukit ini juga bisa sewa kendaraan jeep.

Banyak juga yang naik kendaraan itu. Saat pulang, kita juga ketemu sejumlah jeep membawa penumpang. "Lain kali mungkin bisa menyewa ya buat merasakan itu. Tapi jalan kaki paling enak," kata paksu. Saya jawab ya semua punya pilihan sendiri. "Kalau kita kan emang niatnya buat olga jalan kaki," jawab saya. Mungkin kalau dibiasakan jalan kaki seperti ini, kaki saya juga lebih kuat. Karena njarem kaki memang ada tapi sudah berkurang dibanding awal dulu. 

Setelah sampai dibawah, kita ke tea house cari makan siang. Suasana di kafe sangat ramai. Ternyata ada pertemuan alumni dari sebuah SMP di Sidoarjo. Tapi saya nekat saja ke kasir. "Bu, apa masih ada kursi lagi?" tanya saya ke kasir. Ternyata kita diarahkan ke ruangan bagian dalam. Kita pesan makanan dan minuman. Sambil menunggu, kaki saya selonjorkan lagi. Paksu sholat di mushola kecil. Setelah makan, saya gantian sholat.

Airnya dingin. Segar buat berwudhu. Setelah itu, saya beli oleh-oleh teh. Jadi di perkebunan Wonosari ada pabrik teh Rolas. Saya beli teh celup ori (black tea) dan yang racik. Dekat pusat oleh-oleh itu ada pabrik tehnya. Yang jelas, suasana Minggu itu sangat ramai pengunjung. Mungkin berharap juga pada hawa dingin ya. Meski gak dingin amat, lumayanlah ada semilir anginnya. Kami pulang lewat Singosari, via Toyomarto. Sampai rumah, saya langsung tidur, wkwkw. 

Sejak perjalanan pulang di mobil, saya memang mengantuk. Next kemana ya? Saya kok ingin ke Gunung Kelud tapi lewat Kediri saja sebagai wisatawan dengan naik ojek ke atas. Sylvianita Widyawati

Foto/sylvianita widyawati
Suasana di Bukit Kuneer, di depan pabrik teh Wonosari dan perjalanan ke bukit. Jalannya makadam berbatu tapi landai, Minggu (19/10/2025)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Belum Sosialisasi E KTP, Pelaksanaan Molor