Cemburu, Suami Habisi Istri

Balada cinta Irawan (23) dan Nur Fitriyah (20), warga RT 36, RW 8, Dusun Keden, Desa Argosuko, Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang berakhir tragis di kamar tidur mereka, Jumat (15/7). Padahal pasangan suami istri ini baru menikah kurang dari setahun. Irawan, warga Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang diduga menghabisi istrinya. Setelah terlihat meninggal, pria pendiam ini melakukan aksi bunuh diri dengan gantung diri memakai sarung yang digantungkan di jendela kamarnya. Irawan mengalami luka sayatan dari pisau dapur di tangan kanan kirinya  Istrinya ketika ditemukan nampak tertelungkup di ranjang.
“Nampaknya mereka memanfaatkan situasi sepi karena warga sedang Jumatan. Sehingga tidak ada yang tahu mungkin ada jeritan atau apa,” jelas Fikih, salah satu tetangga. Kejadian diperkirakan pada pukul 11.30-12.00 WIB. Pasutri yang sama-sama pendiam itu tinggal bersama neneknya dan orangtuanya. “Saya kurang tahu penyebabnya. Mungkin Irawan cemburu pada adik saya. Tapi mereka akhir-akhir ini memang sering cek cok,” aku Abdul Syukur, kakak korban Nur Fitriyah. Tapi masalah yang didebat mereka juga ia kurang tahu.
Nur Fitriyah diduga meninggal setelah dianiaya oleh Irawan. Korban mengalami luka di bagian kepala atas pecah, dahi memar, telinga kanan luka memar dan mengeluarkan darah, hidung mengeluarkan darah dan di lehernya ada luka bekas cekikan. Yang mengetahui kasus itu pertama kali adalah pakde Nur Fitriyah, Kasmat yang pada pukul 12.00 WIB hendak mengembalikan sapinya ke kandang. Kandangnya kebetulan berada di belakang rumah korban. Jendela kamar Nur terbuka. Ia mendengar adik korban Choirul Yaqin (9) mengetuk kamar Fitriyah. “Mbak…mbak’e ,” teriak Choirul memanggil kakaknya namun tidak ada jawaban. Kasmat akhirnya melihat ke jendela kamar yang terbuka.
Yang didapat adalah adanya ceceran darah di dekat jendela dan melihat Irawan gantung diri dan Fitriyah tertelungkup di ranjang. Di rumah ada neneknya, Mbah Sariem (70) tapi pendengarannya kurang bagus. Setelah mengetahui itu, Kasmat memanggil Abdul Syakur yang sedang berada di jalan. Pintu kamar akhirnya didobrak. Pintu terkunci dari dalam dan masih diganjal kursi. “Saya nggak tega melihat adik saya,” cetus Abdul Syukur sambil menunduk. Ia tak sampai hati melihat luka-lukanya. Kata Syukur mungkin karena adiknya takut kepadanya sehingga ia kurang terbuka terhadap masalah di rumah tangganya. Irawan sendiri juga pendiam. Bahkan ada yang mengatakan meski terlihat pendiam, Irawan seperti kasar.
Masalah cek cok tak hanya terjadi di rumah, tapi juga ketika berada di rumah saudara lain. “Adik saya baru sekali keluar sama buleknya, Bu Chroiriyah untuk menjenguk orang sakit. Mungkin itu dicemburui, Irawan. Cemburu pada siapa? Saya juga tidak tahu. Selain keluar dengan bulek itu,  adik saya tidak pernah keluar rumah,” kisahnya. Irawan sendiri, katanya, juga baru pulang dari Kalipare setelah tiga hari tidak pulang. Karena itu saat bunuh diri, Irawan yang bekerja serabutan itu juga masih mengenakan sepatu dan kaos kaki. Kisah cinta Irawan-Nur Fitriyah yang alumnus MTs di desanya bermula dari SMS nyasar.
Akhirnya mereka jadi saling cocok, berkenalan dan berpacaran. Setelah itu, usai Lebaran tahun lalu, mereka menikah dengan cara sederhana. “Tidak ada foto-fotoan. Pernikahannya biasa saja,” kata Syukur dengan mata berkaca-kaca. Nampaknya juga tidak ada keluarga dari Irawan dalam pernikahan itu. Karena, lanjut kakak korban ini, setelah pernikahan itu, keluarga di Kalipare juga tidak pernah ke Poncokusumo. Atas kejadian itu, keluarga Nur Fitriyah keberatan membawa mayat Irawan karena telah membunuh istrinya. “Biar dibawa saja ke Kalipare,” ungkapnya. Di rumah korban, para tetangga sudah bertakziah. Jenasah keduanya akhirnya dibawa ke kamar mayat RSSA Kota Malang untuk dimintai otopsi. 
Terpisah, Kepala Desa Argosuko, Ruslan, menyatakan belum berani memastikan motif yang mendorong peristiwa itu. Namun dia menduga bahwa kematian pasutri itu didorong oleh masalah rumah tangga yang tidak banyak diketahui masyarakat. ”Saya belum tahu apa motifnya, namun di masyarakat banyak beredar isu bahwa Irawan cemburu berat pada istrinya. Cemburu karena siapa, itu pun warga juga tidak tahu” ujar Ruslan. Ditambahkannya pula, sebelum peristiwa berlangsung, tiga hari lamanya Irawan tidak pulang menemui istrinya. Hanya saja warga tidak banyak mengetahui dimana keberadaan pria yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan itu selama tiga hari tak pulang.
”Nggak banyak yang tahu permasalahan rumah tangga kedua orang itu. Saya mengetahui kejadian ini waktu paman Nur Fitria melapor kepada saya usai salat jumat” pungkas Ruslan.
Setelah mendapatkan laporan tersebut, Ruslan lantas menghubungi Kapolsek Poncokusumo yang selanjutnya juga melapor ke Kapolresta Malang. Dari sana, kedua jenasah langsung dilarikan ke kamar mayat RS Dr Syaiful Anwar, Malang.
Kapolsek Poncokusumo, AKP Timbul Wahono yang ditemui di halaman kamar mayat RSSA menegaskan bahwa pihaknya masih menyelidiki motif yang mendorong terjadinya tragedi itu.
”Kami masih melakukan penyelidikan untuk memastikan motifnya seperti apa. Yang jelas, dari TKP kami menemukan barang bukti berupa pisau, sarung, bantal, kaos dan sepatu yang semuanya basah oleh darah” beber Wahono.
Setelah menemui wartawan, Wahono segera menemui kedua kerabat korban untuk meminta persetujuan dari kedua belah pihak agar jenasah di otopsi. Dari pembicaraan tersebut, keluarga Nur Fitria yang diwakili pamannya, Kaprawi, setuju apabila jenasah keponakannya di otopsi. Namun keluarga Irawan yang diwakili sang ayah, Minardi, tampak seperti keberatan bila jenasah anaknya di otopsi. Untungnya, tak lama berselang kesepakatan pun dibuat dan kedua jenasah segera diotopsi.
Wadi (55), paman Irawan yang mendampingi Minardi, seolah tak percaya dengan terjadinya peristiwa yang menimpa keponakannya itu. Ya sedikit nggak percaya juga sih, karena setahu saya Irawan itu nggak pernah macam-macam, lha wong cuma anaknya tani. Tapi entahlah, sudah hampir setahun juga saya tidak ketemu dengan dia” pungkas Wadi. vie/St17

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini