Kasek-Ortu Islah, Eh… Wali Murid Keberatan (3)

Mediasi yang dilakukan oleh BKD dan Dinas Pendidikan Kabupaten Malang terhadap masalah yang membelit kepala SDN Sitrejo 04 Wagir, Imam Sodiqin dengan walimurid, Lilis Setyowati berakhir damai, Rabu (13/7). Mediasi dilakukan di ruang guru dihadiri Lilis, Kepala BKD, Didik Budi Mulyo, Bupati LIRA (Lumbung Informasi Rakyat) Zuhdi Achmadi yang mengadvokasi Lilis, kasek, kadindik Suwandi, kepala UPTD Dindik Kecamatan Wagir, Ali Hasan dan sejumlah staf dindik dan BKD.
Selain itu juga hadir dalam pertemuan itu sejumlah walimurid dan para guru. Kasus bergulir ketika Imam mengeluarkan surat permohonan agar anak siswa Yoga dan Yogi Prakoso (8), siswa kelas dua untuk dipindahkan dari SDN pada Senin (11/7) yang diserahkan pada hari pertama masuk sekolah karena Lilis dinilai suka menjelek-jelekan sekolah. Namun yang membuat pilu adalah penolakan sejumlah walimurid di sekolah itu atas islah yang terjadi. Nursyiah, salah satu walimurid kelas 2 ketika terjadi proses islah antara kasek dengan Lilis saling bersalaman.Nursyiah menyatakan tidak setuju.
Menurutnya, jika diterima begitu saja, maka Lilis akan berulah lagi, tutur Nursyiah. Ketika ditanya alasannya, ia hanya menjawab “Pokoknya tidak setuju,” katanya sambil keluar dari ruangan. Begitu juga wali murid yang lain namun mereka tidak mau menyebut namanya. Mereka nampaknya keberatan dengan kembalinya Yoga-Yogi bersekolah di tempat itu. Salah satu alasan mereka adalah kondisi sekolah jauh lebih saat dipimpim Imam Sodiqin  
Apalagi sebagai orang baru di Wagir, Lilis yang merupakan pindahan dari Kecamatan Sukun, Kota Malang tidak mengetahui bagaimana dulu SDN Sitirejo 04 yang dulu halaman sekolahnya becek, kini sudah punya punya perpustakaan, mushola dll. Dengan islah itu, maka segala permasalahan dianggap selesai. Yoga Yogi juga tetap bersekolah di SDN. “Saya minta maaf atas nama pribadi dan lembaga. Yang sudah terjadi, ya sudah. Yang penting ke depannya harus lebih baik lagi,” ujar Imam Sodiqin. Usai islah, kasek sempat merangkul Yoga-Yogi, namun si kembar malah menangis barengan seperti ketakutan.
Trauma perlakuan di sekolah, nampaknya terus menghantui si kembar. Bahkan ketika dijemput guru di rumahnya di Dusun Tenggulunan, Desa Mendalanwangi, si kembar sudah merasa ketakutan. Terkait penolakan wali murid, nampaknya tak menggentarkan Lilis. Ia akan tetap membawa anaknya bersekolah.  “Mungkin anak saya akan mulai sekolah lagi Senin, minggu depan. Sekarang saya juga bingung. Anak saya tidak mau bersekolah di tempat itu lagi,” tutur Lilis ditemui terpisah di rumahnya. Menurutnya, pihak sekolah sudah mempersilahkan agar si kembar cepat kembali ke sekolah. Tapi si kembar sendiri sulit kembali ke sekolah. “Iya, selama minggu ini saya akan berusaha membujuk si kembar agar kembali ke sekolah itu,” jelas wanita berusia 42 tahun ini.
Namun Yogi yang duduk dipangkuannya menjawab tidak mau kembali ke sekolah. “Nggak tahulah nanti bagaimana kalau memang tidak mau bersekolah di tempat itu lagi. Wong saya ini juga sedang bingung karena bulan ini, kontrak rumah saya juga habis dan tidak punya uang untuk memperpanjang lagi,” ungkap Lilis yang duduk di ruang tamu sambil menoleh kepada suaminya Taufan Efendi (46) yang duduk di ruang keluarga. Namun rencana pindah nampaknya sudah ada dibenaknya, setidaknya si kembar akan di sekolahkan ke Kecamatan Sukun, Kota Malang karena ibunya juga tinggal di Jl Parkit Utara, Sukun. vie

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini