Postingan

Naik KA Sindro ke Surabaya Rp 5000

Gambar
Sejak dua hari ini saya di Sidoarjo menjenguk anak saya yang magang industri. Karena sudah MPP, waktunya agak leluasa ke luar kota meski hanya sebentar. Si bungsu senang saya berada di dekatnya. Begitupun saya. Tapi dua kakaknya juga kangen saya. "Apa ibu bisa dibelah? Aku juga kangen ibu," kata Jasmine, anak kedua. Dalam grup WA, ia selalu bilang kangen. Bingung juga saya. Pasti sebagai ibu ya kangen semuanya.  Saat di Sidoarjo, saya ya kangen anak di Malang dan sebaliknya. Mumpung si bocil libur magang, saya ajak main ke Surabaya. Kami naik KA Sindro PP, Selasa (19/11/2024).  Ini adalah commuter line jurusan Sidoarjo-Surabaya-Gresik. Tiketnya Rp 5000. Sindro yang kami naiki ini mirip KA Penataran. Tapi formasi tempat duduknya dua-dua. Tidak ada nomer kursi. Jadi bebas memilih tempat duduk. Kami berangkat jam 15.10 WIB dari Sidoarjo dan sampai di Stasiun Surabaya Gubeng sekitar jam 16.00 WIB.  Lalu kami memutuskan main di Plaza Surabaya saja dengan berjalan kaki. Alasan main

Masuk Masa Persiapan Pensiun

Gambar
Waktu memang berlalu cepat. Masa-masa krusial seperti bingung mengurus anak dengan pekerjaan sudah terlampaui. Anak-anak sudah besar sekarang. Dan saya sudah masuk MPP (Masa Persiapan Pensiun) di media saya bekerja. Saya diangkat perusahaan pada 1997. Dan usia pensiun di media saya adalah 55 tahun. Jadi saya pensiun pada 18 Februari 2025 saat usia 55 tahun. Pada 12 November 2024 lalu, saya sudah menerima surat pemberitahuan MPP dari perusahaan.  Rasanya tuh nano-nano. Ya senang, ya tiba-tiba berujung pada rasa kangen pada pekerjaan kelak. Saya sebenarnya sudah menyiapkan lama blog ini untuk media tulis saya kelak. Saya buat blog ini pada 2010 yang nantinya akan saya isi tulisan-tulisan. Awalnya memang menampung berita-berita saya yang human interest atau yang menurut saya menarik. Tapi seiring dengan perjalanan waktu media massa, tulisan-tulisan sudah ada di online. Jadi sewaktu-waktu bisa saya cari lagi. Jadi isi blog saya beragam. Selain berita dan behind the scene-nya, juga kegiatan

Terobati Rasa Kangen Naik Kereta Api

Gambar
Kadang jika tidak direncanakan malah berjalan. Seperti keinginan naik kereta api akhir Februari 2021 lalu. Sejak pandemi Covid-19, kami tidak berani kemana-mana. Setelah mendekati setahun, kami ada rencana ke rumah Sidoarjo. Awalnya mau naik bus. Tapi dihitung-hitung, biayanya mahal. Akhirnya iseng buka aplikasi KAI. Ternyata untuk kereta lokal tanpa menunjukkan surat non reaktif.  Kami naik KA lokal dari Malang-Sidoarjo perlu biaya Rp 48.000. Terjangkau banget. Nanti sampai Sidoarjo akan dijemput Pak Suami. Seperti biasa, jika di kereta, saya cepat mengantuk. Saya butuh tidur untuk menghilangkan lelah di mata. Saya baru melek setelah di Stasiun Bangil karena lama berhenti. Oh ya, di dalam kereta dingin banget. Rata-rata penumpang juga tidur. Sampai Sidoarjo, kami menunggu jemputan dan istirahat dulu sebelum jalan-jalan sekitar kota. Rasanya, akhir bulan ini ingin lagi naik kereta buat refreshing. Saya biasanya memilih berangkat pada Sabtu pagi karena sedang offduty. Mungkin lain kali

Saya Sudah Divaksin

Gambar
Kamis lalu (4/3/2021), saya menjalani vaksinasi Covid-19 bersama teman-teman wartawan lainnya di Puskemas Kedungkandang Kota Malang. Saya dapat nomer urut ke 12. Awal mendengar akan divaksin, rasanya deg. Entah kenapa saya kepikiran besarnya jarum suntiknya berhari-hari. Kayak over thinking gitu. Selain harus vaksin, hari itu juga ada jadwal liputan lainnya. Tapi anehnya, pas hari H, kok perasaan saya terkendali. Merasa santai. Saya sarapan dulu sebelum berangkat ke puskesmas dan menjalani prosesnya. Saya ke meja satu untuk mengisi administrasi dan menunjukkan KTP serta kartu identitas media. Setelah itu menunggu panggilan lagi untuk screening kesehatan sebelum disuntik.  Alhamdullilah lolos. Tidak ada keluhan penyakit yang ditanyakan petugas. Saya bilang punya maag tapi jarang rewel. Setelah itu, berkas saya dibawa ke vaksinator. Saya memilih meleng ketika divaksin. Jarumnya ternyata kecil. Setelah itu, saya menunggu reaksi pasca disuntik. Saya tidak merasa ada

Berbagi Pengalaman Bekerja Sebagai Jurnalis

Gambar
Saat Hari Pers Nasional pada 9 Februari 2021 lalu, saya dihubungi lewat pesan WA dari kru Radio RRI Pro 2 Malang. Intinya mengajak berbagi pengalaman sebagai jurnalis. Awalnya saya ragu-ragu. Akhirnya saya menerima karena lebih ke pengalaman pribadi. Saya ditelpon dari nomer kantor radio itu. Sebelumnya itu, saya sempat bikin "oret-oret" tulisan. Barangkali ditanya. Eh, malah pas on air mengalir saja. Mungkin karena host juga santai. Awalnya ditanya apa memang sejak awal ingin jadi jurnalis? Saya menjawab, awalnya ingin jadi penulis saja, bukan jurnalis. Memang sejak SMP saya suka menulis fiksi kayak cerpen atau puisi. Di SMA juga masih begitu untuk mading atau mengirim naskah ke koran waktu itu. Menurut saya, menulis cocok untuk saya yang introvert. Tapi saya juga mulai ikut atau diikutkan sekolah di kegiatan diklat jurnalistik saat di SMAN 5 Kota Malang. Pernah juga ikut diklat pas libur sekolah atas keinginan pribadi. Tapi saya belum ingin jadi jurnalis. Setelah gagal masu

"Harta Karun" Di Sekitar Situs Sekaran Malang

Gambar
Saat liputan di Situs Sekaran, Di Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang pada November 2020 lalu, Saya waktu itu ingin update saja. Kebetulan ada kunjungan arkeolog BPCB Jawa Timur. Waktu menunggu membuat saya pangling. Kondisinya sudah beda dengan kunjungan saya sebelumnya. Di situs itu sudah diberi atap dan tanaman bunga tumbuh liar. Di sekitar situs itu adalah jalan tol. Ini tulisan yang sudah dimuat di media saya.  SURYAMALANG.COM-MALANG-Sekitar Situs Sekaran di Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang masih banyak "harta karun". Arifin, masyarakat setempat melaporkan hasil penemuannya ke BPCB (Balai Pelestari Cagar Budaya) Jawa Timur. Wicaksono Dwi Nugroho, arkeolog BPCB Jatim kemudian datang ke Sekaran dan ke rumah Arifin, Rabu (18/11/2020).  Lokasi penemuan justru di luar situs yang kini sudah diberi atap untuk melindungi kondisinya. "Saya kalau mendapatkan temuan selalu lapor ke BPCB," jelas Arifin pada  suryamalang.com  di rumahnya. Arke

Museum Musik Malang Digitalisasi Majalah Musik

Gambar
Majalah-majalah musik lama didigitalisasi oleh Museum Musik Indonesia (MMI) Kota Malang. Andai semua diabadikan seperti ini, maka karya itu akan ada selamanya meski mungkin reporternya kelak sudah tiada. Tulisan itu akan abadi. Ini tulisan saya sudah dimuat di media saya dan ingin saya abadikan juga di blog ini. SURYAMALANG.COM-MALANG-Museum Musik Indonesia (MMI) telah menyelesaikan digitalisasi 200 edisi delapan majalah musik yang dalam kurun waktu 12 tahun (1967-1978). Hasilnya kemudian ditampilkan di https:// museummusikindonesia. id  sehingga bisa diakses masyarakat umum lebih luas. Bahkan bisa unduh misalkan untuk kepentingan riset.  Ini merupakan  pekerjaan Dokumentasi Sejarah Musik Populer di Indonesia Tahun 1967 1978 yang didanai oleh Kemendikbud lewat Ditjen Kebudayaan FBK (Fasilitasi Bidang Kebudayaan). Delapan majalah yang digitalisasi dengan cara scan adalah Diskorina (Yogya), Favorita (Surabaya), Paradiso (Surabaya) serta Junior, Star, Top, Varia Nada dan Vista