Bayi Gizi Buruk Bawa Penyakit Bawaan
Penyakit bawaan, membuat sejumlah bayi gizi buruk terancam meninggal. Bahkan, salah satu bayi yang mengalami gizi buruk, yakni Yuliono (7 bulan), asal Desa Gadungsari RT 02/RW 02, Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang, akhirnya tidak dapat diselamatkan. Rabu (13/4) malam, ia meninggal.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, dr Muhammad Fauzi, mengatakan, Yuliono meniggal karena penyakit bawaan. Kasus serupa juga ditemukan pada bayi Seren Aulin Osie Safara (10 bulan) yang juga mengalami gizi buruk dan memiliki penyakit bawaan.Bayi asal Dusun/Desa Sumbertangkil ini, kini dirawat di RSSA Malang.
Dijelaskan lebih lanjut, rata-rata bayi gizi buruk memiliki penyakit penyerta, sehingga mengalami kesulitan menstabilkan kondisinya. Jika bayi Yuliono memiliki penyakit penyerta sesak nafas, jangtung, dan paru-paru, pada bayi Seren penyakit bawaannya berupa kelainan jantung.
Sementara dua balita gizi buruk lainnya dari Desa Gadungsari yaitu Nabila (3) dan Marfelino (13 bulan) kini dalam penanganan. Nabila lahir dengan berat 2, 9 kg namun di usianya yang ketiga tahun, beratnya hanya 10 kg. Ia merupakan anak dari pasangan Saifudin (39) dan Aprilia (28) yang tinggal di Desa Gadungsari RT 03/RW 01.
Sedang Marfelino (13 bulan) ketika lahir memiliki berat 2,2 kg dan berat badan sekarang yaitu 5,8 kg dengan kondisi sekarang sakit, gatal-gatal, batuk pilek dan belum sembuh. Menurut Fauzi, jumlah bayi gizi buruk yang terpantau sejak 2010 sebanyak 27 anak. Namun karena satu sudah meninggal dunia, maka tersisa 26 anak.
“Saya selalu menghimbau kepada para orangtua yang memiliki balita untuk rajin datang ke posyandu setiap sebulan sekali agar bisa terpantau gizinya,” kata Fauzi. Dengan begitu, jika ada yang mengalami gizi buruk, akan mudah diketahui, termasuk juga soal penyakitnya.
“Saya selalu menghimbau kepada para orangtua yang memiliki balita untuk rajin datang ke posyandu setiap sebulan sekali agar bisa terpantau gizinya,” kata Fauzi. Dengan begitu, jika ada yang mengalami gizi buruk, akan mudah diketahui, termasuk juga soal penyakitnya.
“Namun bisa juga kepada kekurangan pengetahuan orangtua atas gizi, tidak telaten terhadap anaknya sehingga anak jadi kurang suka makan dll,” ujarnya. Dari 25 bayi gizi buruk itu, maka yang terpantau di Kecamatan Tirtoyudo ada dua bayi. Sedang di Kecamatan Poncokusumo ada empat bayi gizi buruk yang dipantau puskesmas dan kader kesehatan.
Lanjutnya, dinkes juga memiliki 89 tenaga gizi yang ditugaskan di puskesmas-puskesmas yang ada. Tujuannya adanya tenaga gizi ini untuk memberikan informasi program gizi kepada masyarakat secara langsung. sylvianita widyawati
Komentar
Posting Komentar