Gizi Buruk, Usia 10 Bulan Miliki Berat 3,9 Kg
Seren, bayi gizi buruk didampingi ibunya di RSUD Kanjuruhan |
Bayi gisi buruk asal Dusun/Desa Sumbertangkil RT/RW 1, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang akhirnya dirawat di RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Rabu (6/4) dengan mengendarai ambulan Puskesmas Tirtoyudo. Seren Aulin Osie Safara yang berusia 10 bulan ini hanya memiliki 3,9 kg dengan tinggi 50 cm. Andai tidak memiliki keluhan batuk dan pilek, mungkin kondisi Seren tidak diketahui. “Ia sudah saya bawa ke bidan desa karena sakit batuk dan pilek itu. Tapi kemudian dirujuk ke Puskesmas Tirtoyudo dan dirawat selama empat hari. Tapi selanjutnya dibawa ke RSUD Kanjuruhan pada Senin malam (4/4) lalu,” cerita Revika (20), ibu kandung Seren di IRD RSUD Kanjuruhan.
Saat ke IRD RSUD Kanjuruhan, Revika tidak ikut, tapi ada adiknya yang ikut. Ia tidak tahu mengapa anaknya tidak bisa dirawat di RSUD dan akan dibawa ke RSSA Malang. “Setelah diperiksa, Seren disuruh pulang,” katanya. Namun akhirnya kembali diperiksakan ke RSUD Kanjuruhan pada Rabu siang. Sempat beredar informasi ada penolakan dari pihak RSUD, namun dibantah oleh Nanik Endang EMR, Humas RSUD Kanjuruhan. “Kondisi waktu itu (Senin malam), di IRD pasiennya sudah penuh. Jadi bukan ditolak,” kata Nanik.
Katanya, Seren kemudian dirujukkan ke RSSA Malang dan itu ada balasan rujukannya karena di sana ada poli tumbuh kembang anak. “Sementara di RSUD Kanjuruhan belum ada,” kata Nanik. Kini pihaknya akan memeriksa kondisi bayi gizi buruk itu. Seren masuk dengan menggunakan SPM (Surat Pernyataan Miskin). “Dengan diperiksa, kami bisa mengetahui kondisi seren. Apakah ada penyakit penyertanya. Yang pasti dia gizi buruk ini bisa dilihat dari kulitnya yang keriput karena ada kekurangan cairan,” papar Nanik
Menurut Revika, ketika lahir, anaknya memiliki berat badan normal yaitu 2,8 kg dengan tinggi badan 47 cm. Kata istri Basuki (21) ini setelah Seren menginjak usia empat bulan, bisa dibilang pertumbuhan tubuhnya stagnan yaitu mencapai 4,1 kg. “Sejak usia 7 bulan, berat badannya malah drop 3 ons hingga sekarang hanya 3,9 kg di usianya yang 10 bulan,” tutur istri buruh bengkel ini. Ia memastikan anaknya memperoleh asupan gizi seperti biasa seperti dari ASI dan susu formula.
“Kalau makan bubur juga suka. Tapi saya tidak tahu mengapa berat badannya tidak pernah bisa tambah,” keluhnya. Ia sedih melihat anaknya namun seperti tidak berdaya. Apalagi jika melihat jika anaknya berak selalu sembelit. Soal sakit anaknya, ia tidak tahu banyak. “Waktu di puskesmas, hanya diberitahu bahwa ia anemis,” ungkapnya. Ia berharap jika ditangani di RS, maka bisa diketahui sakit anaknya dan ia masih ingin melihat perkembangan Seren menjadi lebih baik.
Sebab di usianya yang ke 10 bulan, ia tidak berkembang seperti halnya bayi di usianya itu. Dengan berat 3,9 kg, Seren malah seperti bayi usia 3-4 bulan. Namun kulitnya tidak kencang karena pucat keriput. Ini semakin nampak ketika Seren menangis. Gurat-gurat keriputnya makin nampak dengan kelompok mata seperti bengkak. Alis mata dan rambutnya juga tidak tumbuh seperti halnya bayi normal lainnya. Dr Benekdiktus, dokter jaga IRD RSUD Kanjuruhan Kepanjen kepada wartawan mengatakan Seren merupakan bayi gizi buruk karena asupan gizinya kurang terutama dari kalori dan proteinnya. “Harusnya bayi usia 10 bulan beratnya mencapai 6-7 kg,” kata dr Beni. Data di Dinkes Kabupaten Malang, sampai Februari 2011, jumlah bayi gizi buruk menimpa 27 anak. Sementara yang berada di bawah garis merah (mendekati gizi buruk) jika tidak ditangani secara tepat akan mencapai gizi buruh sebanyak 1.022 anak. Vie
Akan Dipantau Perkembangannya Tiap Hari
Meski di RSUD Kanjuruhan Kepanjen tidak memiliki poli tumbuh anak, menurut Kadinkes Kabupaten Malang, dr M Fauzi, bayi gizi buruk Seren akan mendapatkan pemantauan setiap harinya. “Nanti ada rawat gabungan tak hanya melibatkan dokter spesialis anak, tapi juga patologi, tim gizi dll,” jelas Fauzi dihubungi terpisah. Karena itu Seren untuk sementara tetap dirawat di RSUD sambil dicari penyebab penyakitnya guna untuk diperbaiki gizinya. Sedang dr Heri Hartanto, Direktur RSUD Kanjuruhan menambahkan nanti Seren juga dipindahkan ke ruangan untuk rawat inap.
“Kami kan juga memiliki laboratorium untuk memeriksa Seren. Dengan dipantau secara penuh, maka diharapkan ia bisa lebih cepat pemulihannya,” kata dr Heri. Pihaknya juga akan menanyakan ke ibu kandung Seren mengapa sampai terjadi kondisi itu sehingga anaknya terlambat diketahui pertumbuhannya sehingga jatuh menjadi bayi gizi buruk. Sementara itu mereka yang berobat ke RSUD Kepanjen, termasuk Seren, bayi gizi buruk menggunakan SPM (Surat Pernyataan Miskin). Trend pemakaian SPM menurut Ninik Endang EMR, Humas RSUD Kanjuruhan dirasakan pihaknya mengalami kenaikkan. “Mereka yang menggunakan SPM adalah warga kurang mampu yang tidak tercover dalam Jamkesmas maupun Jamkesda,” kata Ninik. Jumlah pasien SPM likuid dan mereka tetap dibiayai pemerintah daerah ketika sakit mengenai mereka.
Beda dengan jumlah pasien Jamkesmas dan Jamkesda yang sudah pasti datanya. Pasien SPM, Jamkesda dan Jamkesmas itu semua dirawat di kelas 3 atau 60 persen dari jumlah tempat tidur di RSUD. Katanya, harusnya untuk hunian rumah sakit paling banyak 80 persen agar tidak terjadi kontaminasi/infeksi penyakit jika terjadi jumlah pasien penuh. Tapi dalam kenyataannya, pasien di kelas 3 juga selalu penuh. Menurut datanya, jumlah pasien SPM hingga Februari sudah mencapai 1.300-an. Sementara sepanjang 2010 telah mencapai lebih dari 6.000 pasien SPM. vie
Komentar
Posting Komentar