Loper Koran

Dulu, kalau pagi hari selalu ada teriakan penjual koran atau akrab disebut loper koran. Umumnya penjualnya anak-anak usia SMP. Mereka keliling perumahan menawarkan koran yang mereka bawa.

Mereka biasanya membawa beberapa penerbitan koran. Kalau di Malang, biasanya meneriakkan tiga nama media yaitu Jawa Post, Harian Surya dan Malang post. Tapi mungkin tiga tahun terakhir sepertinya sudah tidak ada lagi. Jadi, kalau pagi adalah pengantar koran langganan saja.

Di rumah saya, koran selalu datang pukul antara pukul 05.00-05.30 WIB. Setelah itu saya baca sampai sekitar 10 menit. Nanti akan saya lanjutkan lagi jika agak senggang. Meski beritanya ada yang sudah saya baca di online, namun tetap ada rasa berbeda ketika membaca lebih lengkap di media cetak.

Apalagi jika disertai grafis. Jadi, jika beritanya pendek, jadi menarik. Berita terlalu panjang juga melelahkan jika dibaca. Kecuali pembaca memiliki banyak waktu membaca. Karena itu, media cetak sudah menyiasati dengan beberapa angle berita agar lebih pendek.

Kembali ke loper koran, kemana mereka berada? Yang keliling menawarkan koran mungkin sudah tidak ada lagi. Bisa jadi margin makin tipis dari hasil penjualan. Sementara jika pembeli berkurang karena minat baca turun, otomatis yang didapat kurang selain mendapat lelah.

Akhirnya yang bertahan hanya loper koran di perempatan jalan yang menawarkan barang di antara waktu pendek berhenti kendaraan. Itupun tak semua membeli mungkin. Dan tak semua perempatan selalu ada penjual koran. Sampai sore hari saya lihat mereka tetap menjual koran tersebut.

Kemana para penbaca koran sehingga enggan membeli? Bisa jadi, berita sudah dianggap cukup didapat dari online. Dengan hanya membeli paket data, seseorang sudah mendapatkan informasi dari genggaman tangan dan HP-nya.

Sehingga merasa tak perlu lagi membeli koran. Mereka yang masih membeli mungkin pembaca usia 35 tahun ke atas. Mereka yang usia di bawah 35 tahun mungkin sudah cukup lewat HP. Karena itu, untuk merawat pembaca muda, media cetak juga melengkapi dengan portal online.

Dari hal itu juga bisa dijual lagi untuk pemasang iklan karena viewernya banyak. Ya..beginilah sirkulasi media. Entahlah ke depan apa masih ada para loper perempatan jalan lagi. Karena sekilas jika dilihat sudah tua. Mereka mungkin mengisi waktu usia senja.

Generasi berikutnya apa masih berminat menjual koran di jalan? Dengan kondisi ini, maka perusahaan media mencari terobosan. Seperti pembelian koran untuk liputan dengan persyaratan minimal atau menurunkan loper-loper tembak ke lokasi sasaran. Sylvianita widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini