Pensiun

Beberapa hari lalu sebelum anak saya berangkat sekolah, kami sempat ngobrol. Saya duduk di sofas sambil membaca surat kabar pagi. Sementara dua anak saya, Jasmine dan Rahma sedang memasang sepatunya. Entah rasanya saat itu saya lelah banget. "Ih..capek banget ya aku. Pingin istirahat, libur," kataku pada mereka. Entah apa yang dipikiran anak saya. Mereka menyarankan saya pensiun. Ini bukan pertama kalinya saran itu keluar.

"Ibu pensiun saja," celetuk Rahma, si bungsu kepada saya. Pensiun??????? Memang pernah ada dibenak saya. Tapi saya masih belum menemukan formulasi tepat saya harus ngapain jika pensiun. "Terus ibu ngapain di rumah,? jawab saya ke Rahma. Dia menjawab singkat. "Ibu ya bisa nyapu-nyapu atau apa gitu," ceplosnya.

Menunggui kegiatan anak-anak beberapa waktu lalu
Hmmm, anakku. Sepertinya mereka ingin saya di rumah saja. Sementara saya juga masih bingung mau ngapain di rumah jika benar-benar pensiun. Ada beberapa rencana, tapi masih belum mulai merintisnya karena belum ada waktunya.

Sementara usia terus bergerak. Jika mengacu masa pensiun di perusahaan saya, memang masih lama. Tapi saya juga tidak berniat lama-lama berada di lapangan.

Kadang ada keinginan saya minta switch ke dalam. Namun dinamika di lapangan meski melelahkan namun sangat dinamis. Saya mendapat dan bertemu teman-teman lebih muda.

Mereka itu seperti jadi baterai buat saya untuk bersemangat. Mereka seperti mengingatkan pada saya saat usia 21 tahun sudah mulai berusaha bekerja meski masih magang. Rasanya, hidup saat itu hanya untuk bekerja. Pacar ada, tapi berjauhan saat itu. Jadi bisa fokus kerja. Kuliah juga agak berantakan di semester akhir karena fokus kerja. Bagi saya yang kurang aktif di organisasi, masuk ke dunia kerja seperti membuka jalan saya. Andai saat itu saya tidak berani mengambil magang karena khawatir tidak mampu, mungkin jalan saya tidak seperti ini.

Btw, kembali ke pensiun, mungkin harus saya pikirkan. Namun saya harus mengisi kegiatan produktif. Suara anak saya yang menginginkan pensiun memang terpecah. Si sulung tidak menyukai opsi pensiun karena dia tidak mau ibunya tidak bekerja. Dia senang saya bekerja sehingga bisa update. Bagaimana dengan saya? Saya hanya menyukai menulis......(sylvianita widyawati)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini