Eko Cahyono, Penggiat Perpustakaan Gratis

Eko Cahyono
Secara pribadi, aku kagum sekali dengan apa yang dilakukan oleh Eko Cahyono, 30, penggiat perpustakaan gratis yang diberi nama Perpustakaan Anak Bangsa yang berada di Jl Brawijaya, Desa Sukopuro, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang.

Mungkin karena saya sama-sama suka membaca dan mengoleksi buku. Kenal pertama kali dengan Eko ketika aku  liputan ke perpustakaannya yang waktu itu akan tergusur. Saat itu, pemilik lahan yang ditempatinya ingin menjadikan lokasi itu untuk rumah.

Ia sendiri sudah bolak balik pindah lokasi dan baru ‘jenak’ di lokasi sekarang setelah menerima kebaikan dari pemilik lahan. Lokasi perpustakaan itu ada di jalan raya, dekat sekolahan. Sepak terjangnya dilakukan sejak 12 tahun dari hobi awal mengoleksi tabloid-tabloid di rumahnya.

Karena eksistensinya dengan perpustakaan gratis itu, ia sempat beberapa kali meraih nominasi penghargaan di tingkat nasional atas dedikasinya. Aku makin kagum saja. Salah satunya sempat masuk nominasi di Kick Andy Heroes 2010 pada Februari lalu.

Program itu diperuntukkan bagi para narasumber acara Kick Andy. Jika ada hal baru terkait kiprahnya, Eko selalu menghubungi saya meski lewat SMS. “Doakan ya, mbak,” kata Eko setiap kali masuk nominasi. Biasanya aku support penuh.

Menang atau kalah, ia pasti menghubungi lagi. Kadang langsung mampir kantor untuk menceritakan apa yang diraihnya. Ketika masuk nominasi Kick Andy Heroes, ia menceritakan dengan senang.  “Sekarang saya hanya bisa deg-degan. Semoga saja bisa menang. Saya minta doanya saja kepada warga Malang,” kata Eko dengan ekspresi bahagia ketika bertemu di kantorku.

Namun ia mengaku andai tidak menangpun, ia sudah sangat beruntung. Sebab ia sama sekali tidak mengira, pengorbannya untuk perpustakaan gratis itu ada buah manis yang diambilnya. Menurut pria kelahiran 28 Maret 1980, apresiasi yang diperolehnya saat ini merupakan buah ketekunannya mengembangkan konsep perpustakaan gratis buat warga.

Jika dulu ia jatuh bangun mengisi dengan uangnya sendiri, sekarang ia sampai kualahan mendapat bantuan berbagai buku hingga komputer yang diharapkan bisa dimanfaatkan untuk data base buku-bukunya atau hal lainnya.

Meski semangat mengembangkan perpustakaan itu, pada Oktober 2009 lalu ia sempat mengeluh dan akan menjual ginjalnya agar proyek idealisnya itu tetap bisa berjalan. Perpustakaan kini telah memiliki lebih dari 8000 pembaca dengan jumlah koleksi buku mencapai 17.000 buku.

Eko memulai kiprahnya dengan meminjamkan koleksi bukunya pada warga sekitar rumahnya. Awal koleksinya hanya 300-an buku. Kini sudah mengembang menjadi puluhan ribu buku. Bahkan ada pembaca yang ingin membuka cabang dari perpustakaannya di sejumlah desa agar warga bisa mendapatkan ilmu dengan membaca buku.

Antusiasme tinggi terhadap perpustakaannya karena selain gratis, buku-bukunya juga up to date.  Pria berbintang Aries ini kadang juga nggak peduli buku yang dipinjam pelanggannya akan kembali atau tidak. “Saya memastikan buku itu kembali, tapi masih jalan-jalan ke tempat lain,” pungkasnya.

Sumbangan buku yang terus mengalir dari donatur, termasuk dari Belanda, jaringan toko buku besar. Yang menarik, ia tak mengenal kata buku hilang. ”Yang ada cuma jalan-jalan, nanti juga balik sendiri,” katanya. sylvianita widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini