Kamar Istimewa di Rumah Dinas Bupati Malang

Wawancara perpisahan di rumah dinas mantan Bupati Malang, Sujud Pribadi
Sebelum mengakhiri masa tugasnya pada 25 Oktober 2010, Bupati Malang Sujud Pribadi sempat mengajak sejumlah awak media, termasuk saya ke rumah dinasnya.

Lokasinya di lingkungan kantor Bupati Malang Jl Agus Salim, Kota Malang. Sujud Pribadi, Bupati Malang ke 19 dan 20 ini selanjutnya akan digantikan oleh Rendra Kresna sebagai Bupati Malang terpilih atau Bupati Malang ke 21 yang dilantik pada 26 Oktober 2010.

Rumah dinas yang didominasi warna cat kuning keemasan itu berada di belakang Pendapa Kabupaten Malang.
Biasanya, wartawan yang ingin wawancara dengan Sujud, memilih mencegatnya di Pringgitan, semacam teras rumah dinas yang dimana ia biasanya menerima tamu-tamunya.

Tapi pada Senin lalu, usai berbincang santai dengan berbagai topik di Pringgitan, ia langsung mengajak para wartawan masuk rumahnya. Rumah itu sudah bersih dari berbagai pernik-pernik rumah tangga karena ia sudah mau boyongan dari rumah dinas itu pada 26 Oktober 2010. Namun, inventaris rumdin seperti sofa, meja makan dan ranjang dll masih ada. “Ayo, langsung masuk ke dalam saja,” ajak Sujud. Tetuko, ajudannya membuka pintu depan rumahnya.

Pintu terbuka, ia langsung masuk ruang tamu utama. Di dinding ruang tamu, digantung foto para Adipati Malang dan Bupati Malang terdahulu. “Foto-foto ini merupakan sejarah Kabupaten Malang dan harus selalu ada,” kata Sujud sambil menunjuk satu persatu foto di dinding ruang tamu. Kemudian ia menunjuk satu kamar yang tertutup rapat yang berada di ruang tengah. Kamar dengan pintu warna kuning keemasan itu terbilang ‘sakral’ namun Sujud Pribadi mengatakan tidak pernah ada yang menghantuinya.
Para Bupati Malang dari masa ke masa
“Nggak ada kok hantunya. Masak di rumah sendiri ada hantunya. Saya malah gemes dengan tikus-tikusnya yang besar-besar. Kamar ini (sambil menunjuk kamar yang tertutup itu) selalu saya bersihkan namun tidak pernah terpakai.

Kalau ada tamu seperti menteri atau gubernur mau menginap di sini, biasanya saya siapkan kamar ini dan kamar sebelahnya,” terang Sujud. 
Kamar tertutup itu jelas tidak dibukanya. Tapi kamar sebelahnya, boleh dibuka. 

Ada ranjang dilengkapi kasur serta kamar mandi dalam yang bersih. Sumber dalam rumah dinas bupati, kamar yang tertutup itu berukuran sekitar 5 x5 m dan dilengkapi kamar mandi dalam. Bak mandinya selalu diisi lengkap air penuh plus peralatan mandinya.

Sedang ranjangnya adalah ranjang kuno bertiang dilengkapi  kasur, bantal dan guling dengan sprei warna putih. Setiap Jumat Legi, kamar itu dibersihkan oleh Sujud Pribadi dan menghidupkan kayu cendana. Sedang air di bak mandi juga dikuras meski tidak pernah terpakai. Menurut sumber itu, di dalam kamar itu, sebenarnya dulu ada escape gate yang bisa langsung mengarah ke kawasan kampung Kidul Dalem di belakang rumah dinas itu yang konon dulu banyak dihuni kerabat dekat kabupaten.

Tapi pada era Bupati Abdul Hamid (tahun 1990-an), lorong melarikan diri itu sudah ditutup. Dan setiap kamar yang ada di rumah dinas itu juga selalu ada connecting door . Kata sumber itu, kamar tertutup itu dulu pernah ditempati oleh Bupati Malang ketiga yaitu Kanjeng Sapu Jagat. Namun ia mukso, yaitu meninggal dunia namun tidak ada jasadnya. 


Sabuk Bupati Malang ke 4 saat dipamerkan di Museum Singhasari
Entah berhubungan atau tidak, setidaknya ada dua mantan Presiden RI yang sempat menginap di kamar bekas Kanjeng Sapu Jagat itu untuk transit saat kunjungan ke Malang. Dua petinggi itu adalah mantan Presiden Gus Dur dan BJ Habibie. Beberapa bulan setelah itu, mereka kemudian lengser. Sedang yang pernah menginap di kamar itu menurut cerita adalah Bung Karno ketika berada di Malang.

“Namun Bu Megawati jika ke Malang tidak pernah mau mampir ke rumah dinas,” tutur sumber dalam itu. Begitu juga dengan Presiden SBY ketika melawat ke Malang beberapa waktu itu. Semula sudah disiapkan menginap di rumdin bahkan sudah dicek Paspampres, Namun akhirnya batal. 

Barangkali sudah mendapat informasi sebelumnya terkait kamar itu. Selain itu, wanita pun dilarang masuk ke kamar itu. Namun menurut penuturan Ny Martiani Setyaningtyas, istri Sujud Pribadi, dua anak bupati sering melihat hantu. Cerita rumah dinas peninggalan penjajah kolonial Belanda sebelum kemerdekaan ini sudah lama tersiar di kalangan para pengawai Pemkab Malang. Tapi, karena hantu sulit dibuktikan secara materi maka adanya penunggu tetap lain selain bupati dan keluarganya. Sehingga hal ini menjadi pembicaraan di kalangan para pegawai Pemkab Malang. 

”Anak saya yang kedua, Muhammad Rizky Putra Negara, 3,5, pernah menangis dan takut masuk ke dalam rumah. Katanya di pintu itu ada mbah-mbah berdiri menghalangi pintu masuk ke dalam rumah,” ujar istri Bupati Malang Martiani Setyaningtyas seraya menunjukkan pintu tempat berdirinya mbah-mbah. Sumber dalam menyatakan, mbah-mbah itu mungkin bernama Kanjeng Eyang Surgi. Sedang anak pertamanya, Nadia Eka Prameswari,8, juga pernah menangis melihat mbah-mbah itu di sudut ruangan makan. Sosok penunggu tersebut sering terlihat di sudut ruangan makan yang biasa dibuat tempat makan oleh bupati dan keluarganya.

Topi Bupati Malang ke 4 saat dipamerkan di Museum Singhasari
Di rumdin itu ada enam kamar. Saat masuk ruang depan sudah mulai terasa kesan angker dan kuno seperti singup. Rumdin itu mirip ruangan lorong besar segi empat. Repotnya, rumah Bupati tak hanya ditunggu hantu, namun sering ada orang-orang yang meloncat pagar tembok belakang rumah dinas dan langsung nyelonong ke dapur untuk mengambil makanan.

Mereka itu sering kali mengganggu rumah kediaman Bupati Malang. “Mereka mengembalikan sendiri piringnya di pos depan yang dijaga Satpol PP,” terang Sujud ketika bersantai di gazebo taman belakang sambil menunjukkan tembok belakang rumah dinasnya. Rumah dinas Bupati Malang memiliki halaman luas di belakang bangunan dinas. Mulai kolam renang,  kolam ikan, halaman bermain anak serta gazebo.

Ganti Warna Cat Tembok

Meski ada isu soal mahluk gaib di rumah dinas Bupati Malang, Rendra Kresna, Bupati Malang terpilih yang bakal dilantik pada 26 Oktober mendatang tidak terusik. Menurut Rendra, kamar itu akan tetap ada dan difungsikan sebagaimana mestinya. “Kamar agung itu memang biasanya hanya untuk transit ketika di Malang, seperti untuk ganti baju,” cerita Rendra ketika ditemui di ruang kerjanya.
Bupati Malang, Rendra Kresna
Katanya, soal ada mahluk lain dalam rumah dinas itu, ia mempercayainya. “Pasti ada mahluk lain selain Allah. Tapi kan tidak ada yang sejahat manusia,” jelas pria asal Pamekasan, Madura ini.

Yang ia tahu, kamar agung itu merupakan kamar yang pernah dihuni oleh mantan Bupati Malang R Sutojoningrat atau akrab disebut dengan Raden Sapu Jagad itu.                                
Politisi Golkar ini mengaku, selama berkiprah di panggung politik Kabupaten Malang, baru dua kali menginjakkan kakinya di rumah dinas Bupati Malang. “Pertama kali waktu masih menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Malang. Saat itu, Bupati Malangnya masih Pak Ibnu Rubianto (almarhum). Karena ada yang perlu dibicarakan secara khusus, saya diajak masuk ke rumah dinas itu,” kenang Rendra.

Tapi ia tidak diajak ke ruang dalam, namun berada di teras belakang dekat dapur.
Kemudian beberapa tahun lagi, ia masuk rumah dinas itu lagi ketika ada kunjungan Gus Dur (almarhum). “Meski sudah masuk dua kali, saya juga tidak sempat celingak celinguk,” ujar kolektor 25 wesi aji ini.

Katanya, kesan singup mungkin ditimbulkan dari kondisinya. “Nanti, kalau saya masuk ke sana, saya ingin ada perubahan. Saya hanya ingin ada perubahan warna cat tembok,” katanya. Suasana baru ini diharapkan timbul. Sehingga rumah dinas juga terkesan segar. Ia sempat melontarkan warna krem untuk dijadikan warna baru rumah dinasnya.

Selain itu, kesan ‘sendu’ dari lampu-lampu yang terpancar dalam rumah dinas itu umumnya karena menggunakan lampu  doff. “Saya ingin lampunya terang, seperti neon,” jelasnya. Perubahan fisik jelas tidak dilakukan atas rumah dinas itu karena ia menilainya sudah sangat nyaman. “Taman belakang di rumah dinas itu juga sudah bagus, indah,” cetusnya.

Katanya, soal rencana menutup kolam renang juga tidak dalam pemikirannya. “Saya sendiri juga belum tahu bagaimana kolam renang itu. Apakah masih dipergunakan atau tidak. Mungkin dialihfungsikan untuk kolam ikan atau bagaimana,” ujarnya. Ia sendiri mengaku suka mengamati gerak ikan di kolam saat pikiran suntuk.

“Rasanya pikiran ini jadi jernih. Tenang melihat pola tingkah ikan. Meski setelah itu harus menghadapi lagi masalah yang sedang dihadapi,” cerita bapak empat anak ini. Susianto, Ketua Balegda DPRD Kabupaten Malang mengatakan, pihaknya sudah melontarkan raperda inisiatif tentang cagar budaya di Kabupaten Malang.

“Selain situs-situs yang banyak di Kabupaten Malang, termasuk juga ikon Kabupaten Malang seperti Pendapa Kabupaten Malang dan rumah dinas tersebut,” kata Susianto terpisah. Wacana soal raperda itu merupakan bagian dari usulan Balegda pada 2010 ini. Namun pihaknya juga sambil menunggu pembahasan UU tentang Cagar Budaya di DPR RI.  Jika di tingkat nasional bergulir cepat, maka pihaknya juga akan segera membahasnya. (sylvianita widyawati)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini