Luwak-Luwak Kebun Bangelan, Wonosari

Pintu masuk Kebun Bangelan, Kec Wonosari, Kab Malang.
Nama kopi luwak melejit sejak tahun lalu. Jika sudah menjadi sajian kopi di kedai kopi, harganya juga selangit. Untuk kopi luwak jenis Robusta, secangkir bisa dihargai Rp 70.000. 

Sedang untuk secangkir kopi luwak jenis Arabica bisa mencapai Rp 90.000. Kebun Bangelan merupakan perkebunan kopi Robusta milik PTPN 12 yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. 

Kebun itu memiliki luas  800 hektare dengan produksi kopi Robusta sebanyak 650 ton per tahun. Dari produksi itu, sebanyak 60 kg didapat dari kopi luwak Robusta. 

"Hasilnya sekarang sedikit karena luwak-luwaknya banyak yang dimutasi di Kebun Pancurangkrek, Kabupaten Bondowoso." jelas Ir Sumarsono, Manajer Kebun Bangelan saat itu. Semula, Kebun Bangelan memiliki 25 ekor luwak sehingga bisa menghasilkan kopi luwak sebanyak 210 kg pada 2009. 

Tapi sejak Juni 2010, Kebun Bangelan hanya memiliki lima ekor luwak. Terjadinya mutasi 20 luwak itu karena untuk kopi luwak jenis Arabica harganya sangat tinggi dibanding kopi luwak Robusta. Kedua jenis kopi itu memang memiliki beda rasa. Untuk Robusta, biasanya ada taste asam. Sedang Robusta, cenderung pahit.

Untuk produksi kopi luwak, kata Sumarsono, juga tidak selalu bisa diadakan. Biasanya pada periode panen kopi Robusta di Bangelan yaitu pada Mei hingga September jika kopi serentak berbunga. Selama masa panen itulah, lima luwak itu diberi 'makanan' kopi setiap hari. Per hari, seekor luwak bisa memakan 200 gram kopi. 

Untuk itu, staf perkebunan sudah memilihkan kopi terbaik. Meski sudah diberi terbaik, luwak sangat pemilih, yaitu tidak mau jika kopinya tidak matang sempurna, tidak mau ada 'lubang' karena hama dll. Kopi matang biasanya juga masih sangat segar karena baru dipetik dari kebun.

Kandang-kandang luwak di Kebun Bangelan terletak di area kantor perkebunan setempat. Dalam kandang dada rumah untuk tidur dan tempat minum. Saat masih memiliki 25 ekor luwak, petugas memberi kopi mentah segar sebanyak 5-7 kg/hari.

"Setelah dimakan luwak dan dikeluarkan lewat kotorannya, dibersihkan dan tidak ada kadar airnya, maka bisa menghasilkan 4-5 kg kopi luwak saja," cerita Hari Wiyono, Asisten Teknik Pengolahan Kebun Bangelan. Tentu saja, kopi yang sudah dimakan luwak berbeda karena mengalami fermentasi karena ada proses mengeluarkan dari perut.

tentu saja luwak tidak hanya makan kopi selama masa panen kopi, tapi juga jenis makanan lain seperti pepaya, pisang dan suplemen penambah gisi seperti sayap ayam, ceker dan kepala ayam. "Luwak juga kita beri asupan lain untuk menambah gizi yaitu susu bubuk Dancow untuk anak usia empat tahun ke atas," tambah Hari.

Tapi susu tidak diberikan setiap hari, namun seminggu sekali sebanyak 150 cc. Waduh....Tak heran, karena biaya hidup luwak peliharaan sangat tinggi, maka harga kopi luwak pun ikut terkatrol naik. Luwak ketika makan kopi, jika dalam kondisi perut penuh, maka cepat berak. Jika sedang malas makan, maka bisa dipastikan, 'berak kopi' baru keluar keesokan hari.

Belum lagi luwak dalam kondisi stres. "Meski hanya binatang, luwak pun harus bisa dijiwai agar senang. Sebab berada di kandang terus juga pasti akan tertekan," papar Hari, pria yang tinggal di Blitar ini. Namun di Kebun Bangelan tidak memproduksi sendiri kopi luwak Robusta itu. Hasil dari kebun secara keseluruhan dikirim ke surabaya untuk diolah. sylvianita widyawati

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini