Candi Kidal Dikepung Bau Kotoran Ayam
Candi Kidal di Kec Tumpang, Kab Malang |
Aku sebenarnya paling suka jalan-jalan ke objek wisata sejarah. Ketika ada kesempatan liputan ke Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, aku sempatkan mengunjungi Candi Kidal.
Objek wisata Candi Kidal yang berada di Desa Kidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang dikepung bau kotoran ayam yang berada di kanan dan kiri candi ini.
Kondisi ini sudah terjadi bertahun-tahun namun ternyata belum ada penanganan dari Pemkab Malang. “Dengan kondsi seperti ini, pengunjung tidak terlalu kerasan di candi ini,” kata Rabun, juru pelihara Candi Kidal.
Kurang satu kilometer dari candi ini, warga banyak yang beternak ayam petelur. Sehingga baunya sangat menyengat bagi mereka yang berkendara melewati jalan yang bisa menghubungkan ke Kecamatan Tajinan ini.
Kondisi dua peternakan milik warga itu menurun Rabun memang sudah lama ada. Ia menyebut peternakan ayam yang menjadi satu dengan rumah pemilik di kiri candi sudah sekitar 25 tahun berdiri. Sementara yang berada di kiri candi, sudah mencapai lebih dari 10 tahun.
Kondisi ini sudah terjadi bertahun-tahun namun ternyata belum ada penanganan dari Pemkab Malang. “Dengan kondsi seperti ini, pengunjung tidak terlalu kerasan di candi ini,” kata Rabun, juru pelihara Candi Kidal.
Kurang satu kilometer dari candi ini, warga banyak yang beternak ayam petelur. Sehingga baunya sangat menyengat bagi mereka yang berkendara melewati jalan yang bisa menghubungkan ke Kecamatan Tajinan ini.
Kondisi dua peternakan milik warga itu menurun Rabun memang sudah lama ada. Ia menyebut peternakan ayam yang menjadi satu dengan rumah pemilik di kiri candi sudah sekitar 25 tahun berdiri. Sementara yang berada di kiri candi, sudah mencapai lebih dari 10 tahun.
Kondisi di candi sendiri memang asri. Andai ingin berlama-lama di lokasi ini sebenarnya asyik karena ada taman. Selain itu juga ada bangku taman. Namun masalahnya, bangku taman itu juga dekat peternakan ayam. Meski sudah ditembok tinggi, tapi baunya masih menyengat.
Sehingga, jelas Rabun, paling lama pengunjung di candi sekitar 20-25 menit. Setelah itu keluar dari lokasi candi Di lokasi candi memang tidak ada objek hiburan lain. Namun fasilitasnya cukup baik karena ada toilet dan papan keterangan mengenai sejarah candi itu.
Dengan kondisi seperti ini, jelas pria yang menjadi tenaga honorer BP3 Trowulan ini, jumlah pengunjung relatif banyak. Sekitar 200-an per bulan yang rata-rata didominasi oleh wisatawan nusantara dan studi wisata dari sekolah-sekolah atau perguruan tinggi. “Pengunjung ramai pada Sabtu-Minggu. Tapi kadang-kadang hari biasa masih ada rombongan yang datang,” jelas Rabun.
Ia menyebutkan juga keluhan pengunjung akan bau kotoran ayam, termasuk wisatawan asing dari Swiss yang berkunjung ke tempat sejarah itu. Taufik, salah satu peternak ayam yang kandangnya berdekatan dengan Candi Kidal mengatakan memiliki 2000 ayam. “Kalau dipindahkan, ya harus ada solusinya misalkan diganti di lokasi lain. Saya ya mau saja,” kata Taufik dikonfirmasi terpisah.
Ia membenarkan bau ternak ayamnya, apalagi dalam musim hujan seperti sekarang ini. Katanya, semua warga di sekitar candi memiliki usaha ternak ayam skala rumah tangga. Candi Kidal merupakan candi Hindu yang dibangun oleh dinasti Singosari sebagai tempat pendharmaan Raja Anusapati yang wafat pada tahun 1248 M.
Diperkirakan candi ini dibangun pada tahun 1260 M. Candi ini pertama kali ditemukan oleh Belanda pada tahun 1925 dan pernah dipugar pada 1926. Karena itulah mengapa arca Siwa yang semestinya berada di Candi Kidal sekarang terdapat di "Royal Tripical Institute" Amsterdam. Pemerintah melakukan rekonstruksi candi ini pada 1986 oleh Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur. sylviantia widyawati
Komentar
Posting Komentar