Padepokan Daur Ulang Manusia, Konsentrasi Pada Pecandu Narkoba




Meski tidak pernah menjadi pecandu narkoba atau minuman keras, tapi Gus Idah/Cak Idah memilih berkonsentrasi membenahi para pecandu narkoba sejak ia masih menjadi santri di Ponpes Tebu Ireng Jombang selama periode 1983-1993. Kemudian pada 1999, ia mendirikan Padepokan Sawung Nalar Daur Ulang Manusia yang berada di Dusun Klakah, Desa Patok Picis, Kecamatan Wajak. Diberi nama padepokan agar tidak tersegmen pada sesuatu dan membuat semua orang merasa nyaman masuk padepokan bernuansa asri ini,
“Ketertarikan ini berawal dari niat memberi manfaat pada yang lain. Kalau menampung orang baik-baik kan sudah banyak. Tapi bagaimana dengan orang yang tidak baik? Namun untuk ‘memulung’nya, kan tidak sembarangan orang bisa melakukannya,” kata pria kelahiran Surabaya yang memiliki nama lengkap Achmad Izyubaidah, pemilik padepokan, Selasa (19/10).  Ia lebih senang menyebut dirinya terapis.
Tugas membenahi mental ini menjadi pilihan hidupnya. Sebab, kata pria berambut, mereka yang memiliki kepribadian tersisih itu terjadi karena pengaruh lingkungan. “Sebab manusia, pada fitrahnya ingin menjadi baik namun butuh pertolongan orang lain,” kata Cak Idah. Dengan konsep ‘daur ulang’ itu, pada awalnya ia sempat menangani orang-orang dengan segala masalah, seperti orang stress, gila hingga narkoba. “Tapi saya tidak mampu menangani semuanya, termasuk orang stress. Gerakan spontan orang stress itu malah mengganggu orang lain. Akhirnya, empat tahun terakhir, saya kosentrasi menangani para pecandu narkoba,” kisahnya.
Pria kelahiran 1958 ini mengaku mereka yang  menjalani rehabilitasi dari berbagai kota besar di Indonesia. Sebagian ada yang datang sendrii, dintar teman dan keluarga. “Ketika mereka datang ke padepokan, mereka dalam kondisi sakauw dengan masa kecanduan antara empat tahun hingga puluhan tahun,” terang pria yang juga berprofesi sebagai ustad/guru ini. Ketika sakauw itu datang, biasanya pecandu itu dipijati, diajak bercanda antara dua-tiga hari. Katanya, sakauw itu seperti rasa, seperti sakit yang lain. Jika mampu melupakan rasa itu, pasti akan sembuh. Rasa itu semakin diingat, maka akan semakin terasa.
“Tak ada pendekatan menggunakan fisik apapun,” tuturnya. Terapi model sharing (berbagi cerita/informasi) ternyata juga dipakai pendekatan rasio plus spiritual dengan semakin mendekatkan diri pada Tuhan lewat shalat-shalat yang dilakukan secara berjamaah. Dengan guyonan, cerita masa lalu, kemudian diajak berpikir, para pecandu itu diarahkan kepada kesadarannya. “Lama penyembuhan memang tergantung mereka sendiri. Sebab tiap pecandu memiliki tingkat kemauan dan kemampuan sendiri,” ungkapnya.
Secara umum, mereka bisa normal sekitar satu tahun. Para pecandu datang dan pergi ke padepokannya sudah mencapai ratusan orang. Ia sangat menyatu dengan para korban itu karena juga ingin dekat dan bisa mengetahui apa sakitnya. Cak Ida hanya mengingatkan, dengan kondisi ini, para orangtua, keluarga sangat berperan penting dalam melihat perkembangan anak-anak mereka. “Sebab rata-rata pecandu narkoba di sini mulai mengenal narkoba sejak kelas 2 SMP. Masa itu, remaja seperti botol kosong. “Apalagi narkoba sekarang juga bisa dibeli dengan harga murah,” katanya.

Komentar

  1. saya searching di google, "Daur Ulang Manusia", eh mampir ke artikel ini. menarik, memang.

    salam kenal, saya seorang dokter yang sedang mendalami spesialisasi psikiatri (kedokteran jiwa). dan aktivitas sambilan saya dahulu sebagai trainer, membawa saya ke konsep daur ulang manusia juga.

    saya kemudian pada Mei 2011 lalu mengubah konsep training untuk lebih memberdayakan orang lain, agar mandiri dan bisa mendaur ulang dirinya sendiri.

    tak gampang, memang. namun, jika berusaha, Tuhan pasti memperkenankan datangnya keajaiban.

    blog Daur Ulang Manusia sedang saya susun di daurulangmanusia.wordpress.com.

    terimakasih, dan Salam Sehat Jiwa!

    BalasHapus
  2. terima kasih telah mampir ke halaman saya. Sebenarnya waktu itu konsep tulisan saya ingin saya buat feature. tp apa daya, halaman surat kabar saya terbatas. ketika ingin saya benahi disana sini untuk tulisan di blog ini, saya sudah kehilangan catatan-catatan saya, ha..ha. Maklum,, tiap hari selalu ada catatan saya buat sehingga perlu waktu untuk mencari notes saya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini