Terima Kasih Humas UB Malang

Rabu lalu (5/2/2025) lalu, saya datang ke Universitas Brawijaya (UB). Mbak Oki, staf humas UB sudah menjadwalkan wartawan wawancara dengan Wakil Rektor I Prof Imam Santoso terkait perkembangan SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi). Pada 4 Februari memang dimulai pendaftaran SNBP bagi siswa eligible. Acara agak molor dari jadwal jam 13.00 WIB karena Prof Imam masih ada kegiatan. 

Wartawan yang datang waktu itu memang banyak. Sekaligus mencoba media centre UB yang baru di lantai 1 gedung rektorat. Habis kegiatan, saya berniat pulang karena harus mengetik berita. Saya sudah memutuskan akan mengetik di Matos agar efisien. "Mbak Syl, sini ikut aku," tarik Mbak Oki ke ruang humas. Dan saya gak ekspektasi apa-apa. Ternyata saya diberi tas berlogo UB. Saya tidak tahu isinya. "Ini buat kenang-kenangan buat Mbak Sylvie," kata dia.

Alasan diberi saat itu karena khawatir tidak ketemu lagi. "Saya pasti pamitan kok," jawab saya. Saya baru ingat chat-chat dengan Mbak Oki pada Senin (3/2/2025) yang menanyakan kapan saya pensiun. Lalu saya jelaskan 18 Februari 2025 nanti. Singkat kata, setelah pemberian hadiah itu, saya tidak membukanya sampai di saya di rumah. Saat di Matos, saya hanya mengetik dan menunggu anak saya yang kamgen main di mall itu. 

Saat di rumah, ternyata hadiahnya ada sweeter warna biru kesukaan saya dan ada suratnya. Ya allah, so sweet. Pingin nangis, tapi kok bahagia. Saya baca isi surat itu. Sejauh ini, saya memang tidak pernah tahu bagaimana kesan orang lain tentang saya. Saya terus berusaha jadi orang baik, profesional dll. Tapi jika ada yang menilai saya begitu, saya berucap alhamdullilah. Memang selama ini, hubungan saya dengan humas UB baik.

Mereka gercep membantu wartawan. Misalkan menjadi penghubung wawancara dengan akademisi UB, minta nomer telepon narsum dan lainnya. Nah, yang sering saya kontak memang Mbak Oki. Biasanya Mbak Oki juga ngajak wawancara dengan akademisi atas isu apa. Saya maklum dia sangat paham dengan tugas wartawan karena dia juga pernah jadi wartawan. Suaminya juga wartawan dan saya kenal. Seluruh kru humas UB juga dikenal wartawan. 

Begitulah akhir ceritanya. Fungsi humas memang membantu media/wartawan. Kita juga membutuhkan humas sebagai penghubung dan selama ini terbantukan. Warna warni berita UB sejauh ini balancing. Kadang namanya kejadian/peristiwa yang tidak diinginkan juga terjadi. Tapi mereka mau dikonfirmasi. Sehingga ada balancing. Buat teman-teman humas UB, makasih semua.

Mulai masa Pak Kotok (sudah pensiun). Pak Kotok the best dan gercep jika ada isu-isu dan gampang dihubungi dan menolong wartawan mendapatkan narsum. Juga Pak Trois, Kasubag Humas sekarang, Mbak Mita, Mbak Oki, Mbak Ayik, Mas Ponda, Mbak Vicky dan lainnya. Tetap semangat ya bermitra dengan wartawan. 

Ruang humas UB paling sering dijadikan tempat nongkrong/transit sambil makan camilan dan selalu ada air putih yang sering kita ambil buat bekal di lapangan. Rabu siang itu saya tiba-tiba juga pusing di ruang humas. Angin saat itu kencang banget. Saya mengeluh gak enak badan. Hanum memberikan minyak angin, Pak Trois menghidupkan TV dengan tayangan gemericik air.

Serasa di ruang healing. Akhirnya sakit kepala saya hilang tanpa minum obat dan bugar kembali. Kenangan tak terlupakan pada Rabu lalu di UB. Masak itu hari terakhir saya di UB? Ups.. Sylvianita Widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Meraup Untung Dari Si Mini