Jadi TKI? Jadi Transmigran Saja Deh

Dewi Hughes

Kegiatan Harlah Fatayat ke 61 sekaligus tasyakuran rumah pintar Yasmin di Desa Sumberjaya, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang dimeriahkan kehadiran presenter tenar, Dewi Hughes.

Ia ditemani istri Menaketrans Ny Rustini Muhaimin Iskandar, Minggu (8/5/2011).
Gondanglegi merupakan salah satu basis pengiriman TKI yang ada di Kabupaten Malang.

Karena itu dalam satu fragmen yang dipentaskan di panggung harlah itu mengangkat kisah tentang rayuan untuk menjadi TKW padahal usianya masih di bawah 18 tahun.

“Aku sik iso ngingoni anakku daripada pergi ke luar negeri. Usianya juga belum cukup umur dan harus ada izin dari orangtuanya,” kata seorang ibu kepada seorang wanita yang ingin mengajak anak ibu itu bekerja ke luar negeri.

Dialog di fragmen itu kemudian disambung dengan talkshow yang menghadirkan tiga narasumber yaitu Dewi Hughes yang dikenal sebagai Duta Antitrafficking menyatakan, Ny Rustini dan Ida Fauziah, Ketua PP Fatayat NU. Dari fragmen itu, Dewi Hughes menarik menjadi benang merahnya dengan membahas tentang ketidakharusan menjadi TKI.

Kata wanita yang melejit sebagai presenter di program KISS ini, daripada menjadi TKI mengapa tidak dipikirkan untuk menjadi transmigran saja. “Sudah dapat lahan gratis, dapat rumah, hiduppun dapat jaminan. Sehingga bisa menjadi bos di negeri sendiri,” ungkap Hughes di atas panggung.

Sebab, jika tidak memiliki keterampilan lebih, kalaupun ke luar negeri hanya menjadi pembantu. Ia mengisahkan tentang sebutan Indon di Malaysia yang ternyata artinya pembantu. “Indon bukan orang Indonesia. Begitu juga kalau naik Saudi Arabia Air, dikira semua pembantu semua. Kita kan juga ingin dhargai,” ceritanya. 
Mereka yang ingin menjadi transmigran adalah WNI yang sudah menikah dan masih dalam usaha produktif. Bahkan menurut data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, transmigran yang sukses bisa memiliki penghasilan Rp 400 juta/tahun.

“Kalau asalnya dari petani, pasti di tempatkan di areal transmigrasi yang memiliki lahan basah. Kalau dari asal keluarga nelayan, pasti yang diletakkan di daerah pesisir,” kata Hughes. Sementara itu menurut Djaka Ritamtama, Kadisnaker dan Transmigrasi Kabupaten Malang menyatakan minat menjadi TKI sebenarnya sudah turun, terutama untuk yang bekerja di Timur Tengah seperti ke Saudi Arabia.

“Nampaknya menjadi TKI sudah tidak terlalu membanggakan. Apalagi banyak kasus yang terjadi,” kata Djaka. Hal ini bisa dilihat dari rekom-rekom yang turun dari instansinya. “Tapi yang pergi ke Asia Pasifik, seperti ke Hongkong dan Taiwan masih banyak,” kata Djaka terpisah. 

Hongkong dan Taiwan masih menarik karena dari sisi penghasilan yang didapat mungkin masih menarik. Tapi belakangan ditengarai ada agen-agen yang curang. Caranya TKI yang akan ditampung ke majikan ‘X’ saat berangkat misalkan, tidak dalam waktu lama kemudian dipindah lagi ke majikan lagi. Sehingga nampaknya fee yang dikejar oleh sang agen meski mungkin tidak terlalu menguntungkan bagi TKI-nya. vie

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini