Suciwati Munir Buka Toko Oleh-Oleh
Perjuangan hidup, janda almarhum penjuang HAM, Munir, yaitu Suciwati nampaknya tak pernah padam. Disela mengurus kedua anaknya, wanita yang kini tinggal di Kota Batu itu melirik dunia bisnis. Minat berbisnis ternyata sudah lama ada di benaknya. Setelah agak leluasa waktunya dan setahun terakhir lebih banyak tinggal di Kota Batu, Suciwati Munir memilih berbisnis dengan membuka toko oleh-oleh yang berada di Karangploso, Kabupaten Malang. Rute itu sering dilewati kendaraan wisata yang akan dan ke Kota Batu. “Sebenarnya sejak dulu sudah ada pembagian wilayah dengan Mas Munir. Tapi belum sempat terwujudkan,” jelas Suciwati Munir di tokonya yang baru dibuka, Selasa (7/6).
Toko itu diberi nama D' Ploso.Tujuannya waktu itu memilih di bidang bisnis adalah adalah ia bisa menjaga di jalur ekonomi rumah tangganya dan supaya suaminya, almarhum Munir waktu itu tetap bisa berkonsentrasi di jalur advokasi dengan idealismenya yang tinggi. Tapi ternyata perjalanan hidup perkawinan mereka tidak mulur. Munir ditemukan meninggal dalam penerbangan ke Belanda karena diracun Arsenik ketika menumpang Garuda. Setelah menabung, akhirnya diwujudkan toko oleh-oleh yang menampung home industry buatan tangan.Isi tokonya mulai dari makanan ringan hingga souvenir dengan harga terjangkau. Termasuk batik khas Kota Malang yang ada simbol singo edan, bunga teratai dan tugu. “Iya, saya putuskan untuk menjual barang-barang dari Malang. Tapi ketika ada teman dari Kediri ingin menitip kopi jualannya, saya juga jualkan,” kata ibu dari Alief Allende (12) dan Diva Syuuky (9). Jelasnya, sebagian hasil penjualannya akan didonasikan ke para korban HAM agar tercover pendidikan, kesehatan dan keterampilannya.
Untuk pembukaan itu, ia mengundang teman-teman mendiang suaminya di Kontras yaitu Usman Hamid, Ketua Kontras hingga selebriti semacam Glenn Fredly, sahabatnya serta pejabat lokal. Kata Suci, meski sudah tinggal di Kota Batu, tapi masih sering mondar-mandir ke Jakarta karena mengurusi advokasi masalah suaminya. “Hari ini saya mendapat kabar ada persidangan perdana Polycarpus, pilot Garuda untuk peninjauan kembali atas kasus hukumnya ke MA di PN Jakarta Pusat,” cerita Suci.
Ada rasa tidak enak karena akhir April lalu, ia mendapat telepon dari seseorang di MA yang mengambarkan hal itu dan bahwa pada Desember nanti, Polycarpus akan bebas dari hukumannya 20 tahun. “Saya sudah cek di PN kata panitera tidak terdaftar. Ini kok tiba-tiba ada kabar sudah ada sidang perdana,” ujarnya. kalau benar Polycarpus dibebaskan pada Desember nanti, ujar Suci, ia melihat aparat nampaknya lebih memilih uang daripada memilih Indonesia menjadi lebih baik lagi. “Sebab buktinya Muhdi PR juga sudah bebas,” kata Suci. vie
Komentar
Posting Komentar