Jalal Bin Saimo, CJH Tertua Kabupaten Malang


Jalal Bin Saimo menyiapkan barang-barang untuk berhaji
Calon jemaah haji (CJH) tertua disebut Kementrian Agama Kabupaten Malang adalah Jalal Bin Saimo (93), warga Dusun Cura Ampel, Desa Ampeldento, Kecamatan Pakis. Ditemui di rumahnya pada Rabu pagi (26/10), Jalal nampak bersantai mengisap rokok di rumahnya. Meski sudah tua, ia terlihat masih sangat sehat. Jika diajak berkomunikasi juga sangat lancar dan suka bercanda. ”Biar panjang umur,” kata Jalal tentang kesukaan bercanda. Disebut calon haji tertua, ia juga hanya tertawa ringan.
”Mungkin ya. Soalnya saya juga tidak hafal tahun pasti tanggal kelahiran saya. Ya ikut saja usia sesuai yang didaftar haji itu,” celetuknya ringan. Rencananya, Jalal dan CJH lainnya akan berangkat pada Sabtu, 29 Oktober dalam kloter 86 nanti ke Surabaya dan kemudian ke Mekkah. ”Saya berangkat sendiri dan tidak ditemani anak-anak,” kata Jalal.
Kebetulan di kampungnya juga ada tetangganya yang sama-sama akan berangkat haji yaitu pasutri Mat Fauzi-Narsih. Sehingga ia tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya tidak ada yang mengawasinya.
Untuk mengisi kegiatan menjelang berangkat, ia suka melakukan jalan pagi habis melaksanakan salat subuh di sekitar kampungnya. Katanya hal itu untuk latihan berjalan biar kuat meski mungkin di tanah suci sangat memungkinkan karena usianya, ia juga disediakan kursi roda. Katanya, yang mengurus segala keperluan hajinya adalah anak-anaknya. ”Saya memang ingin naik haji sejak dulu. Tapi ketika istri saya meninggal, ketika anak-anak menawari lagi, saya sempat ragu,” ungkap pria asli dusun itu. Akhirnya beberapa tahun lalu, anak-anaknya mendaftarkan untuk berhaji. 
Masih suka bercanda
”Saya sak dermo budhal. Sebab yang mengurus semua anak-anak saya,” kata pria yang menikah dua kali dan memiliki delapan anak, 12 cucu dan satu cicit ini. Uang untuk melaksanakan ibadah haji itu dari hasil persewaan sawahnya yang disewa anaknya. Oleh anaknya kemudian dirupakan dalam bentuk beribadah haji lewat KBIH dekat rumahnya. Kondisi kesehatannya menurutnya juga tidak ada masalah. Namun memang ada masalah dengan pinggulnya karena pernah ditabrak sepeda motor. Dampaknya, ketika terlalu lama berjalan kaki, maka kakinya terasa ngilu. Sementara tangan kirinya juga agak bengkak karena terkena buah pepaya yang diambilnya.
”Mudah-mudahan bisa sembuh sebelum berangkat,” ujarnya.  Pria yang pernah menjadi buruh tani itu juga sudah mempersiapkan segala perlengkapan berangkat ke tanah suci. Semua sudah dimasukkan koper oleh anaknya. Ia membawa bawang merah goreng, terasi, abon, beras 5 Kg yang dimasukkan dalam jeriken, obat untuk sakit maag-nya dan obat sakit kepala. ”Bawa terasi mungkin buat nyambel. Tak lupa rokoknya satu slop, ha..ha,” ujar suami dari almarhum Wainah dan almarhum Supinah. Satu slop berisi 12 bungkus. ”Ya, bawa secukupnya saja rokok itu. Nanti dikira jualan,” urainya. Ia hanya minta didoakan agar kegiatan ibadah hajinya bisa berjalan lancar. vie

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini