Rajawali Masih Berhitung Untung Rugi Buka PG Baru

Truk-truk tebu yang masuk ke PG Krebet Baru
Rencana grup Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk ekspansi usaha membuka pabrik gula baru di Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang hingga saat ini masih menunggu hasil feasibility study (FS)/studi kelayakan yang tengah dilakukan oleh Sucofindo.

Menurut GM Krebet Baru, Warsito Utoyo, rencana itu timbul karena pihaknya melihat animo petani di Malang Raya dalam menggilingkan tebunya makin bertambah.

“Sehingga ketika kemampuan PG yang ada di Kabupaten Malang tidak mencukupi, petani tebu menjualnya keluar Malang seperti ke Blitar, Madiun, Kediri dll,” ungkap Warsito di kantornya, Jumat lalu. Di sisi lain, keberadaan PG baru itu rencananya juga untuk swasembada gula pada 2014 sehingga tidak lagi tergantung pada gula impor. Ia tidak mengetahui kapan hasil FS nanti keluar.

”Intinya, kami juga masih memikirkan untung ruginya jika membuka PG baru. Selain itu juga kemampuan ketersediaan bahan baku apa akan ada terus,” ujarnya. Memang, hingga saat ini, ketersediaan tebu sebagai bahan baku pembuatan gula masih banyak, tapi tidak diketahui bagaimana ke depannya. Sehingga, kalau masih bisa ditangani oleh PG yang ada di Kabupaten Malang, mungkin juga tidak perlu keberadaan PG baru.

PG Krebet Baru terdiri atas unit I dan II. Namun PG tidak memiliki HGU atas lahan tebu sendiri namun murni berasal dari tebu petani. ”Total luas tanaman tebu petani yang digilingkan ke PG Krebet Baru sebanyak 21.000 hektare,” jelasnya. Sistemnya adalah PG menjadi avalis/penjamin atas kredit yang diberikan kepada pertani yang setiap tahunnya mencapai Rp 110 miliar saat musim tanam (MT). 

Hasilnya nanti akan terjadi bagi hasil sebanyak 34 persen untuk PG dan 56 persen untuk petani. Sedang untuk tetesnya, setiap kuintal, sebanyak 5 Kg dibagi hasil untuk PG sebanyak 2 Kg dan sisanya, 3Kg untuk petani. Sedang blothong/ ampasnya diambil petani biasanya untuk menyuburkan tanamanan.

Purwanto, Kadis Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang menyatakan saat ini masih ada 39.000 hektare lahan tebu yang belum digarap secara optimal yang terdiri atas  34.000 hektare lahan kering serta lima hektare lahan tebu di luar garapan dua pabrik PG yang ada yaitu PG Krebet Baru dan PG Kebon Agung. Lahan kering umumnya masih digarap warga dengan menanam singkong dan ketela. 

Menurut Purwanto, meski pihaknya menggiatkan penanaman tebu, tapi ia tidak ingin warga mengganti lahan sawah menjadi lahan tebu. Apalagi saat ini harga gula juga sangat manis. Saat lelang, harga gula sudah mencapai angka Rp 8.900 per kg. Sejumlah kecamatan yang memiliki lahan, namun belum tergarap oleh tebu antara lain di Keca matan Pagak, Bantur, Donomulyo, Gedangan, Kalipare, serta Gondanglegi. sylvianita widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini