Pemakai Gas Metan TPA Talangagung Capai 60 Rumah Tangga

Ny Neneng sedang menjajal kompor gas metan di dapurnya
MALANG-Hingga saat ini, pemakai gas methan dari TPA Talangagung Kepanjen sudah mencapai 60 rumah tangga yang berada di Dusun Rekesan Dengan hasil sampah yang mencapai 150 meter kubik per hari, gas methan seharusnya bisa dimanfaatkan hingga 500 rumah tangga. "Tapi untuk sementara masih 60 rumah dan mungkin berkembang hingga 100 rumah dulu," jelas Rudi Santoso, pengelola/kader lingkungan TPA Talanggangung, Minggu (11/11/2012). Dari TPA sendiri pengembilan gas metannya gratis. Tapi sekarang ada sudah ada pengelolanya dalam KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) pengguna dan pemanfaat biogas TPA Talangagung.Sehingga dari KSM memberlaukan adanya iuran ke warga pengguna gas metan sebesar Rp 6.000 per bulan. Dengan adanya kelompok ini, maka uang iuran  bisa dimanfaatkan untuk pemeliharaan dan perawatan serta pengembangannya. Warga yang telah mendapat layanan gas metan dari TPA bisa dilihat dari rumahnya yang ditempeli stiker warna hujau bertuliskan "Kampung Metan. Rumah Ini telah menggunakan Gas Metan dari Pengolahan Sampah TPA". Selain itu juga disertai nomer registernya. Keberadaan pipa PVC dari TPA terlihat jelas.

"Panjang pipa paralon untuk menyalurkan gas metan mungkin sudah mencapai 2 Km," tambah Rudi. Dipilihnya pipa PVC karena elastis sesuai dengan tekanan gas metan dan tidak korosif. hal ini karena sifat gas metan asam. Dari hasil sampai yang mencapai 150 meter per kubik sehari, maka bisa dihasilkan gas metan mencapai 3 m3 per jam. "Dari gas yang dihasilkan itu, masih terpakai mencapai 2 m3 per jam," kata Rudi. Dipilihnya penyaluran gas metan untuk warga sekitar TPA untuk memberikan nilai manfaat TPA itu kepada warga. Salah satu rumah tangga pemakai gas metan, yaitu Ny Neneng.

Lokasi rumahnya sekitar 500 meter dari TPA itu. Di dapurnya ada kompor gas bekas, dari pipa PVC dekat kompor itu. Untuk menghidupkannya, ia tinggal membuka kerannya setelah membuja tombol kompor. Ia menyolot api dari elpiji di dekat kompor bertenaga gas metan. Selanjutnya, api hasil solotan dari kompor sebelah, dinyalakan di kompos gas metan. "Iya, saya masih tetap harus punya cadangan gas elpiji," tutur Ny Neneng yang sudah tujuh tahun tinggal di Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen itu. Katanya, kadang-kadang kompornya tidak bisa menyala. "Mungkin pasokan gasnya kadang tidak stabil," tuturnya.

Sehingga ia harus sering mengecek apakah bisa dipakai atau tidak. "Takuntya sudah mengharapkan memakai kompor gas metan, tapi ternyata pas tidak bisa dipakai. Untuk antisipasi itu, saxa masih tetap oakai elpiji," tutur Ny Neneng. Setiap bulan, ia masih perlu tiga kali mengisi tabung elpihinya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Tapi ia menyadari mungkin ini masih perlu pengembangan dan penyempurnaan lagi dari TPA untuk penyaluran gas metan sehingga stabil bisa digunakan untuk warga. Menruut Rudi, dari sampah yang masuk ke  TPA sudah bisa langsung menghasilkan gas. Sebab sampah-sampah sebelum sampai di TPA, sudah mengalami fermentasi. sylvianita widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini