Suryadi, Juru Pelihara Candi Terbaik se Indonesia 2011
Suryadi, juri pelihara Candi Jago |
Jika ada yang memandang profesi juru kunci atau juru pelihara candi sebagai profesi rendahan, Suryadi (52) justru ia amat bangga dengan pekerjaannya itu. Bahkan karena dedikasi dan kecintaannya pada profesinya itu, ia justru diganjar sebagai juru pelihara candi terbaik se Indonesia pada 2011 lalu. "Juru kunci itu bukan profesi rendahan. Tapi juru kunci justru ujung tombak sebuah objek sejarah," tutur Suryadi, Kamis (8/11/2012).
Pria kelahiran Malang, 2-12-1960 ini ditemui di tempat kerjanya di Candi Jago, Tumpang. Selain jadi juru pelihara candi, Suryadi juga sebagai koordinator wilayah juru pelihara wilayah Malang BP3 Trowulan. "Sebab, sebagai ujung tombak itu, saya harus menyampaikan mengenai objek sejarah itu pada mereka yang datang. Dari omongan saya juga, mereka kemudian bisa menceritakan lagi kepada orang lainnya," ungkapnya.
Selama 25 tahun menjadi juru pelihara candi, prestasi itu sebagai apresiasi atas kinerjanya. "Saya bekerja karena dedikasi dan cinta saya kepada pekerjaan ini," ungkapnya. Juru pelihara candi selalu jadi orang pertama yang berhadapan dengan tamu atau wisatawan. Sehingga memang idealnya menjadi juru pelihara candi juga harus mempunya kemampuan lain, seperti sejarah. Selain dia mendapat penghargaan itu, Candi Jago yang dijaganya sebagai candi percontohan di Jawa Timur. Meski candi itu berada di pemukiman padat penduduk, namun sangat bersih dan asri. Kalau melihat besarnya candi, luas halaman candi dirasa sangat sempit. Candi itu berukuran 24 m X 14 m dengan ketinggian 10,5 m. Candi peninggalan Kerajaan Singosari yang dibangun pada 1268 masehi atau 1190 tahun saka. Candi itu dibangun untuk pendarmaan pada Wisnu Wardhana.
Bangunan utama candi selalu dibersihkan setiap pagi. Peninggalan sejarah itu dibersihkan dengan cara manual agar terjaga. Meski tak bisa dihindari karena faktor alam, karena ada penggaraman, ada pori-pori batu adesit (batu gunung) ada yang rusak. Candi Jajaghu ini kaya akan relief-relief sehingga harus dijaga. "Kisah-kisah dalam reliefnya bagus-bagus," tuturnya. Tugasnya sebagai koorwil adalah mengawasi 12 candi lainnya yang berada di Kota dan Kabupaten Malang. Meski tiap candi itu sendiri sudah ada juru peliharanya. Ia menyebut lima candi di Singosari, Candi Badut, Candi Karangbesuki, Museum Mpu Purwa, Arca Ganesha Karangkates, prasasti Empu Sendok di Turen, Candi Jawar di Ampelgading, Candi Jago dan Candi Kidal.
PNS BP3 Trowulan Jawa Timur itu mengaku mencintai sejarah karena terpengaruh ayahnya, Bambang Sutrisno yang juga gemar sejarah dan pernah menulis buku tentang sejarah Kabupaten Malang. Candi Jago sendiri menjadi destinasi wisatawan karena aksesnya mudah terjangkau. Setiap bulan ada 1.200 pengunjung ke candi itu. Sedang wisatawan asing jika pada Juli-Agustus bisa mencapai 400-an orang dari bulan biasanya yang hanya 260 orang. "Wisman Eropa perseorangan selalu mampir ke candi ini, bukan hanya untuk transit," tuturnya. Wisman -wisman itu berasal dari Eropa umumnya antusias dengan candi itu. Sylvianita widyawati Powered by Telkomsel BlackBerry®
Komentar
Posting Komentar