SMK Mutu Membuat Hybrid Solar Car
Ini model hybrid solar cell buaatan siswa SMK Mutu |
Ia menyetir mobil bernama Surya Wangsa berbahan bakar matahari itu di sekitar lingkungan Kantor Bupati Malang, Jumat sore (2/11/2012).
Durasi waktunya tak sampai lima menit. "Ini mobil kedua buatan anak SMK di Kabupaten Malang. Saya sangat bangga," komentar Rendra mengenai mobil itu.
Pada 2009, SMKN 1 Singosari juga menciptakan mobil Digdaya dan kini disusul oleh SMK Mutu (Muhammadiyah 7). Kegiatan launching itu diikuti oleh ratusan siswa SMK itu.
Bupati usai mencoba mobil itu menyatakan karena mobilnya masih mobil riset/prototipe, perlu banyak penyempurnaan. "Kalau dari sisi kenyamanan dengan melihat interiornya, pas nyoba tadi ya kurang. Tapi kalau dikembangkan lagi kan masih bisa," katanya. Bertenaga matahari, mobil itu juga masih bisa dipicu hingga mencapai 70 km per jam.
"Mobilnya gak ada suaranya sama sekali. Sepertinya harus diciptakan ada sedikit suaranya. Nanti orang terkejut," celetuknya. Sebelum dilaunching oleh bupati, mobil ini juga dilaunching oleh Din Syamsudin, Ketua Umum PP Muhamadiyah di SD Muhamadiyah 4 Pucang.
Setelah itu, mobil menaklukkan jalanan Surabaya dan kembali ke Malang. Pahri SAg MM, Kepala SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, pengerjaan mobil ini selama 1 tahun delapan bulan dan menghabiskan anggaran Rp 246 juta. Anggaran besar karena mobil masih risel dan beberapa kali gagal. Sehingga biaya membengkak. "Pembuatan mobil ini sejak 12 Februari 2011 hingga 25 Oktober 2012," terang Pahri.
Ide pembuatan mobil berawal dari keprihatinan terhadap bahan bakar dan polusi. Sehingga memacu pembuatan mobil bebas BBM dan anti polusi. "Jadi, mobil ini tidak perlu uji emisi," kata Pahri. Dalam waktu dekat, mobil ini akan diuruskan HAKI-nya. Setelah itu, ia ingin mencari rekanan untuk pengerjaan komponennya.
Katanya, kalau sudah bisa diproduksi massal, maka mobil ini bisa dijual lebih murah. Untuk biaya perakitan hanya Rp 96 juta. Kalau dijual bisa mencapai Rp 110 juta hingga Rp 120 juta. Menurut bupati, jika nanti diproduksi, anak SMK jangan disuruh membuat mobil sebagai pekerja. "Itu biar dikerjakan pabrikan. Tugas siswa yang belajar berinovatif," tegasnya.
Perjalanan test drive hybrid solar car bernama SuryaWangsa dari Surabaya ke Malang dilalui dengan lancar. Sempat melewati kawasan Tugu Pahlawan kemudian masuk Dupak menuju jalan tol ke arah Malang. Sampai di Kantor Bupati Malang sekitar 16.30 WIB dari Surabaya sekitar pukul 10.00 WIB. "Alhamdulillah, perjalanan lancar," tutur Abdurahman, test driver bersama Samid, siswa sekolah itu.
Tapi ia mengaku sempat ketar-ketir ketika melewati jalur tanjakan dari Purwosari, Kabupaten Pasuruan ke Lawang, Kabupaten Malang. "Untung tadi kondisinya panas. Coba kalau mendung," tutur Abdurrahman. Sebab jika ada tanjakan, tentu lebih banyak menghabiskan tenaga. Achmad Muhtadi, penanggungjawab program mobil riset ini membenarkan jika mobil ini lebih contoh untuk jalan datar. "Ya..kalau untuk kota-kota, cocok karena sejenis city car," ungkapnya.
Di mobil ini ada panel surya, panel baterai (penyimpan energi) dan panel kontribusi ke tiap mesin. Selain itu dilengkapi kamera LCD untuk memudahkan parkir. Kata Achmad, komponen-komponennya diciptakan sendiri, seperti pedal. Untuk body-nya memakai fiberglass. "Mobil ini dari sisi bobot sangat gemuk.
Mencapai 700 kg. Sebanyak 30 persennya untuk mengangkut berat baterai kering. "Sebenarnya bisa diringankan, seperti memakai baterai lithium. Tapi mungkin sekolah yang berat," paparnya.I berharap dalam pengembangan mobil edukasi ini, bisa lebih manis dan elegan.
Pahri, Kepala SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi ini mengharapkan pemerintah memberikan regulasi terkait kreatifitas para siswa. Sebab ia tidak ingin, hasil riset siswa SMK terhenti begitu saja. sylvianita widyawati
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Komentar
Posting Komentar