Belajar Menyulam

Sasa, anak sulung saya mendapat tugas membuat produk sulam dari guru keterampilannya. Saya baru membelikan aneka benang dan peralatan menyulam minggu lalu usai liputan.
Untung tokonya masih buka. Lokasinya depan Pasar Besar Malang. Nama tokonya Arjuno, sebuah toko benang dan perniknya. Pas kecil dulu, saya juga suka diajak ibu ke toko ini. Tokonya masih eksis sampai sekarang.

Setelah sekian tahun, saya jadi tahu lagi harga benang sulam mulai Rp 1700 sampai Rp 2000 tergantung warna benang. Saya tidak tahu harganya mahal atau tidak karena belum komparasi ke tempat lain. Untuk kain katunnya, saya membeli di toko lain. 

Sasa belajar menyulam
Untuk menyulam, Sasa nonton youtube. Tapi akhirnya saya juga ikut menonton. Sebab Sasa bertanya soal teknik sulam. Saya menjawab kurang tahu untuk masing-masing namanya. Tapi setelah melihat di youtube, saya tahu teknik menyulamnya dan baruntahu nama masing-masing.

Maklum, saya belajar otodidak dari ibu. Jadi tanpa belajar teorinya. Ibu saya dulu suka menyulam. Bahkan produknya dijual ke teman-temannya. Jadi, saya ikut belajar menyulam.

Tapi menyulam sudah lama saya tinggalkan. Sekarang giliran anak saya yang belajar.  Menurut Sasa ia menyukai kegiatan belajar menyulam.  "Tapi tidak sabar," kata Sasa. Ketika menyulam sudah dua jam, ia merasa lelah.

Saya kira bagus siswa belajar keterampilan menyulam. Di sana bisa memadukan gambar karena membuat polanya dan keterampilan menggunakan jarum dan benang. Pada masa SMP dulu, saya juga masih gemar coba-coba. Seperti menjahit dengan belajar ke nenek saya. Akhirnya saya jadi suka menjahit. Ayah saya kan dulu suka membeli majalah dan ada pola baju. Maka saya ambil dan belajar meniru pola baju dengan kertas koran.

Untuk kainnya, ibu saya tidak pelit. Saya boleh membeli kain-kain di pasar besar waktu itu. Padahal jadi aja belum tentu, hahahhaha. Tapi minimal akhirnya jadi bisa menjahitlah. Kalau bajunya nggak jadi ya sudah. Saya simpan di tas kresek. Kalau mood, saya perbaiki lagi. Akhirnya tas kresek saya penuh kain.  Oh ya, dulu di kampung saya ada penjahit terkenal. Saya suka main dengan anak pemiliknya. Kalau ada kain sisa-sisa juga sering saya bawa pulang.  Saya buat untuk baju boneka saya. Boneka saya mirip barbie.

Berambut blonde panjang dan langsing. Baju boneka saya banyak banget. Namun bikinnya dengan cara menjahit tangan karena bonekanya kecil. Usai lulus SMA, boneka itu dan tas kresek isi kain-kain gombal saya buang ke sungai dekat rumah. Saya memutuskan kuliah di Surabaya. Sehingga saya tak mau membawa banyak barang di kamar saya. Usai sudah masa menjahit. Saya kemudian lebih suka menulis dan belajar bahasa. Tapi saya tetap bisa menjahit. Sylvianita widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini