Cita Cita

Tadi sebelum berangkat ke sekolah, saya berbincang-bincang dengan dua anak saya, Jasmine dan Rahma. Awalnya saya cerita tentang teman saya yang pandai menggambar. Saat ini, ia sedang menyelesaikan studi S2 Bahasa Inggris. Namun ia juga masih menulis untuk media online. Jasmine kemudian bertanya tentang teman saya itu. "Mbak Anja sebenarnya memilih jadi wartawan atau dosen nanti?" tanya anak kedua saya.
Saya menjawab mungkin pilihannya jadi dosen Bahasa Inggris.  Lalu saya pun bertanya ke Rahma, si bungsu tentang cita-citanya. "Kamu pingin jadi apa besok, Rahma? tanya saya.
Sambil mengenakan sepatunya, ia menjawab begini. 

"Iya, aku masih bingung, Bu," jawab Rahma. Saya menyatakan jadi guru juga gak papa atau terserah pingin jadi apa. Ia lalu menjelaskan jika ingin jadi dokter.  Saya tanya alasannya kenapa? "Soalnya cita-citaku itu sudah dicatat guruku, Pak Prapto. Masak mau beda?" Jelasnya.

Saya masih bingung mendengar jawabannya. Ia kemudian menjelaskan jika guru kelasnya, Pak Prapto beberapa waktu lalu mencatat cita-cita tiap siswa di buku. "Pak Prapto menanyakan cita-cita teman-teman sesuai nomor absen," terang Rahma.
Jadi, lanjut dia, Rahma yang nomor absen di kelas urutan 30, kemudian ditanya cita-citanya. Ia menjawab ingin jadi dokter.  Teman-temannya ada yang ingin jadi polisi dan guru.
"Hmmm...kok gak pingin jadi wartawan...seperti ibu?" tanya saya. Ia menjawab tidak mau. "Jadi wartawan itu melelahkan/kesel," komentarnya. Hahahaaha.....(sylvianita widyawati)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini