Ojek
Beberapa kali saya naik ojek (bukan gojek) di Malang. Yang saya rasakan adalah ketidaksamaan tarif antar pengojek. Padahal rutenya sama. Pertama kali naik, saya pikir murah daripada saya jalan kaki menuju sebuah tempat di kawasan kampus di barat Malang.
Waktu itu saya dikenakan Rp 10.000. Oke. Setidaknya menyelesaikan problem saya yaitu bisa sampai di lokasi dengan cepat. Namun hari berikutnya, saya naik ojek dari titik sama ke kampus itu.
Harganya lebih murah. Malah saya diturunkan dekat banget dengan lokasi. Sedang tadi saya naik ojek dan turun di titik yang lebih dekat dikenakan Rp 7000. Dari beberapa pengalaman ini, saya jadi tahu kekurangan ojek tradisional.
Yaitu tidak ada kesepakatan harga pada jarak tertentu antar pengojek. Harusnya ini bisa dikomunikasikan dengan grup. Dengan begitu konsumen bisa nyaman. Misalkan jarak sekian km dikenakan tarif sekian.
Ini mungkin bisa jadi masukan pengojek. Karena saya yakin keberadaannya tetap dibutuhkan masyarakat. Apalagi jika tidak ada angkutan umum. Jika tidak dibenahi, maka akan kalah dengan jasa sejenis yang lebih fair soal tarif. Sylvianita widyawati
Komentar
Posting Komentar